Memahami Dua Cara Emiten Kasih Benefit ke Investor Saham
Ada dua cara emiten kasih penghargaan atau benefit ke investor atau pemegang sahamnya, termasuk pemegang saham ritel. Pahami caranya agar kamu bisa pilih emiten yang memang mau kasih value ke investornya ya.
Mikirduit – Dalam pasar saham, ada dua jenis aksi korporasi yang dianggap sebagai penghargaan kepada pemegang sahamnya. Pertama, buyback dan kedua adalah dividen. Dari kedua ini, mana yang paling menguntungkan bagi investor saham? apa saja kelebihan dan kekurangannya?
Mungkin, banyak investor saham yang nggak sadar kalau aksi buyback jumbo juga memberikan penghargaan kepada investor sahamnya, kecuali buyback untuk bonus saham ke manajemen ya. Kenapa bisa disebut penghargaan? karena aksi buyback adalah upaya emiten mengintervensi harga sahamnya agar bisa sesuai dengan fundamentalnya. Biasanya, emiten yang melakukan buyback berarti yakin pergerakan harga sahamnya di masa depan bisa lebih baik selaras dengan kenaikan kinerja keuangannya.
Buyback adalah aksi pembelian kembali saham beredar emiten oleh emiten itu sendiri. Setelah melakukan buyback, hasil saham yang ada masuk ke bagian saham treasury. Di Indonesia, emiten maksimal hold saham buyback selama 3 tahun.
Aksi buyback bisa mengintervensi pergerakan harga saham emiten karena dengan pembelian dalam jumlah besar, berarti akan ada permintaan beli yang sangat besar dari dana emiten tersebut. Dengan permintaan beli yang cukup besar itu, harga saham emiten akan terkerek naik secara perlahan.
Artinya, pemegang saham akan mendapatkan benefit keuntungan jika membeli di harga yang murah dan wajar, serta bisa mengurangi kerugian bagi investor yang membeli di harga sangat tinggi.
Ada beberapa alasan emiten melakukan buyback, salah satu yang paling sering adalah karena harga sahamnya dinilai sudah undervalue dibandingkan dengan fundamentalnya. Sehingga, emiten berani melakukan buyback.
Dengan melakukan buyback, emiten juga bisa mendapatkan pertumbuhan kas yang positif hingga melepas saham tersebut. Apalagi, jika harga saham benar-benar undervalue saat dibeli dan mulai naik saat dijual maksimal tiga tahun.
Salah satu emiten yang rutin melakukan buyback adalah ADRO. Hingga periode kuartal I/2024, ADRO sudah merealisasika buyback senilai Rp292 miliar dengan harga rata-rata pembelian di Rp2.382 per saham. Dengan melihat harga rata-rata itu, kami ekspektasikan ADRO mulai melakukan buyback di periode Januari atau Februari 2024.
Selaras dengan aksi buyback tersebut, saham ADRO sudah naik sebesar 16,81 persen sepanjang 2024 (hingga 14 Juni 2024).
Namun, aksi buyback tidak selalu positif jika dilakukan saat momen yang kurang tepat seperti, normalisasi kinerja keuangan perseroan yang terjadi di 2023. Sepanjang 2023, ADRO melakukan buyback senilai Rp273 miliar dengan harga rata-rata Rp2.606 per saham. Namun, harga saham ADRO malah turun 34 persen sepanjang 2023, bahkan harga sahamnya di bawah harga pembelian buyback perseroan.
Dari sisi aksi buyback tersebut, posisi harga rata-rata saham treasury ADRO berada di Rp2.094 per saham. Artinya, dari aksi buyback ini dengan perhitungan harga saham per 14 Juni 2024, ADRO telah mencatatkan floating profit sebesar 32 persen.
Benefit ke Investor Berupa Dividen
Selain buyback, salah satu penghargaan dari emiten untuk investor adalah dividen. Jika buyback adalah aksi korporasi menggunakan dana emiten untuk mengurangi supply saham beredar free float agar harganya bisa naik, dividen adalah aksi korporasi emiten yang membagikan hasil laba bersih tahunan kepada pemegang saham.
Salah satu kelebihan dividen dibandingkan dengan buyback adalah dividen berpotensi menambah likuiditas di pasar saham jika investor melakukan aksi reinvestasi dari hasil dividen tersebut.
Untuk memilih saham dividen jumbo, biasanya investor akan melihat dari segi dividend yield, yakni metriks yang membandingkan antara dividen per saham yang didapatkan dengan harga saham sebagai modal keluar untuk beli saham tersebut. Semakin tinggi tingkat dividen, semakin menarik. Rata-rata dividen yield yang menarik adalah yang di atas 6 persen per tahun.
Namun, tingginya dividen tidak menjamin saham tersebut menjadi bagus. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika tiba-tiba ada emiten bagi dividen dengan tingkat yield tinggi:
- Dari mana asal uangnya, apakah dari pendapatan core bisnis, penjualan aset, pendapatan non-operasional yang tidak berulang, atau mengoptimalkan kas
- Jika berasal dari pendapatan core bisnis, cari tahu, kenapa bisa pendapatan core bisnisnya naik tinggi. Apakah ada klien jumbo yang tidak akan terulang di masa depan atau ada pertumbuhan bisnis secara organik
- Secara historis, harus di cek apakah saham tersebut rutin bagi dividen atau tidak.
Jika memilih saham, beberapa saham dengan tingkat dividen yield jumbo di Indonesia ada di sektor terkait pertambangan terutama batu bara. Beberapa nama favorit seperti, ITMG, UNTR, PTBA, HEXA, BSSR, GEMS, dan lainnya. Namun, kelemahan dari saham batu bara ini adalah tingkat dividennya akan naik-turun sesuai dengan perkembangan kinerjanya.
Berhubung karakter emiten batu bara ini adalah saham cyclical, berarti tingkat dividennya akan naik-turun sesuai kondisi siklus sektor bisnisnya.
Sementara itu, ada beberapa emiten yang non-cyclical seperti BBRI, BMRI, TLKM, ASII (meski tetap relate dengan UNTR), SMSM, BJBR, POWR, yang rutin membagikan dividen dengan rata-rata tingkat dividen yield sekitar 5-8 persen per tahun.
Kelemahan saham dividen adalah, setelah periode ex-dividen (periode pembeli tidak berhak dapat dividen lagi dan penjual masih berhak dapat dividen), harga saham dividen biasanya jeblok, tapi sifatnya sementara aja.
Kesimpulan
Dari dua cara emiten memberikan penghargaan ke investornya itu bisa kita jadikan alat screening saham yang menarik untuk dipilih. Pasalnya, emiten yang secara rutin membagikan dividen dan melakukan buyback berarti saham tersebut punya posisi kas yang cukup kuat.
Dengan begitu, berbagai rencana ekspansi bisnis maupun operasional, serta risiko utang bisa diatasi. Terkecuali ada beberapa kasus saham yang melakukan buyback maupun dividen, tapi tiba-tiba posisi ekuitasnya negatif seperti LPPF. Hal itu disebabkan struktur permodalan LPPF ada defisit setelah terjadi akuisisi pada 2013. Dengan adanya kebijakan papan notasi khusus, salah satunya mengumpulkan emiten dengan ekuitas negatif, saham seperti LPPF menjadi berisiko juga.
Untuk itu, dua metriks dari aksi buyback dan dividen ini bisa dijadikan screening awal untuk memilih emiten. Namun, untuk keputusannya, kita perlu perhatikan fundamental dan kondisi nyata keuangan emiten.
Kira-kira, selain ADRO, apa nih emiten yang rutin buyback dan bagi dividen bersamaan?
Telah Dirilis Ulasan 31 Saham Dividen Paling Oke untuk Jangka Panjang Periode 2024
Yuk join Mikirdividen sekarang juga, kamu akan mendapatkan semua benefit di bawah ini:
- Update review laporan keuangan saham dividen fundamental bagus hingga full year 2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
- Event online bulanan
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini