Menakar Peluang Saham Batu Bara Kembali Berjaya Akibat Manuver Trump

Trump membuat manuver dengan memperpanjang usia PLTU batu bara untuk menangkap kebutuhan listrik data center dan pengembangan AI. Kira-kira apakah jadi booming kedua untuk saham batu bara?

saham batu bara

Mikirduit – Saham batu bara berpotensi tersengat oleh rencana Donald Trump memanfaatkan hak-nya sebagai presiden Amerika untuk memperpanjang penggunaan pembangkit listrik tenaga batu bara yang harusnya dipensiunkan di negaranya. Apakah hal ini bisa mengerek nasib saham batu bara di Indonesia?

Trump menandatangani perintah eksekutif untuk mengizinkan beberapa pembangkit listrik tenaga batu bara yang sudah siap pensiun untuk terus memproduksi listrik. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kenaikan permintaan listrik di tengah perkembangan pusat data, kecerdasan buatan, dan mobil listrik. 

Selain itu, Trump juga mendorong lembaga-lembaga federal untuk identifikasi sumber daya batu bara di lahannya, serta mencabut berbagai hambatan dalam pengembangan tambang batu bara, serta memprioritaskan penambangan batu bara di lahan AS. 

Lalu, apakah kondisi ini berdampak positif ke harga batu bara dunia dan saham batu bara di Indonesia?

Jawabannya bisa jadi dua sisi mata uang. 

Pertama, dengan kebijakan memperpanjang usia batu bara, berarti potensi permintaan dari Amerika Serikat akan tetap stabil dan berpotensi bertumbuh. Apalagi, Trump memiliki proyek data center besar, yang salah satunya dijalankan oleh ORCL dan OpenAI yang membutuhkan kapasitas listrik yang stabil dan cukup besar. 

Fakta menariknya, ekspor batu bara Indonesia ke Amerika Serikat terus menurun sejak 2018. Bahkan, sampai 2023, AS sudah tidak melakukan impor batu bara dari Indonesia lagi. 

Sebagai gambaran, puncak tertinggi permintaan batu bara Indonesia dari AS terjadi pada 2007. Kala itu, AS mengimpor 3,66 juta ton batu bara dari Indonesia. Terakhir, permintaan batu bara terbesar dari AS terjadi pada 2014 yang mencapai 1,52 juta ton.

Setelahnya, rata-rata permintaan batu bara Indonesia dari AS turun di bawah 1 juta ton per tahun. 

Penurunan permintaan batu bara dari AS bukan disebabkan sepenuhnya dari penurunan konsumsi batu bara, melainkan kondisi antara produksi dan konsumsi batu bara di AS mengalami surplus. Pasalnya, AS juga menjadi salah satu negara produsen batu bara. Jika antara produksi dan konsumsi mengalami surplus, AS tidak akan melakukan impor batu bara. 

Sementara itu, dalam kebijakan Donald Trump tersebut, pihaknya juga berencana melakukan ekspansi tambang batu bara lainnya. Sehingga selain ada potensi permintaan yang meningkat, jumlah produksi juga berpotensi meningkat. 

Meski begitu, kami menilai ada ruang peluang dalam jangka menengah pendek untuk batu bara Indonesia. Saat AS menggenjot pembangunan data center besar (salah satunya Stargate yang konon seluas 17 lapangan bola), artinya ada potensi kenaikan permintaan batu bara untuk pembangkit listrik di Amerika. Kenaikan permintaan itu bisa jadi belum mampu dipenuhi dari produksi batu bara existing, sedangkan untuk ekspansi dan eksplorasi batu bara yang baru membutuhkan waktu.

Cuma, investor harus ingat potensi periode booming batu bara ini hanya sementara. Setelaha itu, ada potensi risiko ketika ekspansi tambang batu bara baru di AS mulai produksi, artinya ada potensi terjadi oversupply yang kembali menekan harga batu bara. Hal ini terjadi saat AS mengalami booming shale oil di 2012-2014 yang membuat harga komoditas tersebut turun ke level terendah (bahkan menyentuh 25 dolar AS per barrel).

Efek Tarif dan Tambang Batu Bara

Selain itu, potensi kenaikan harga dan permintaan batu bara bukan cuma karena kebijakan memperpanjang usia PLTU batu bara oleh Amerika. Potensi permintaan batu bara bisa meningkat karena kebijakan tarif oleh Donald Trump. 

Dalam riset CNBC Indonesia yang berjudul Di Luar Dugaan, Batu Bara Jadi Pemenang dalam Perang Dagang menilai jika kebijakan tarif minimal 10 persen untuk seluruh barang yang diekspor ke AS bisa mendorong permintaan batu bara. 

Alasannya, penyedia energi di seluruh Asia akan mendapatkan tekanan untuk memangkas biaya listrik bagi konsumen (rumah tangga hingga industri) yang juga mencakup produsen barang yang ekspor ke AS. 

Dengan status batu bara menjadi sumber pembangkit listrik termal termurah dan stabil, ada potensi batu bara dipilih untuk menurunkan biaya listrik pabrik sehingga menjaga tingkat margin keuntungan perusahaan di Asia tetap terjaga baik, meski ada kebijakan tarif  Trump.

Artinya, potensi permintaan batu bara bukan cuma datang dari Amerika Serikat yang mau memanfaatkan sumber energi murah tersebut, tapi juga negara besar lain di dunia seperti China, India, Vietnam, dan negara industri lainnya.

IHSG Jeblok, Peluang Saham Big Bank Jelang Cum-date Dividen Jumbo
IHSG sempat trading halt dan 4 saham big bank mencatatkan ARB setelah turun 15 persen. Apakah ada peluang dari penurunan saham big bank tersebut?

Saham Batu Bara Indonesia yang Sudah Murah

Kami melakukan screening dari 5 saham batu bara dengan skala terbesar, yakni AADI, ITMG, PTBA, BSSR, dan INDY. Dari kelima saham tersebut, ada 3 saham yang sudah mengumumkan target produksi dan volume penjualan di 2025. 

Dari sini, ada beberapa gambaraan yang bisa diambil:

  • AADI menargetkan produksi batu bara turun 0,49 persen menjadi 65,5 juta ton. Lalu, target volume penjualan turun 5,34 persen menjadi 62 juta ton pada 2025. 
  • ITMG menargetkan kenaikan produksi sebesar 8,42 persen menjadi 21,9 juta ton, sedangkan volume penjualan ditargetkan naik 14,17 persen menjadi 27,4 juta ton.
  • PTBA menargetkan kenaikan produksi sebesar 15,47 persen menjadi 50 juta ton, sedangkan volume penjualan naik tipis 0,47 persen menjadi 43,1 juta ton.

Lalu, secara valuasi dengan price to book value, tiga saham batu bara yang punya PE di bawah 1 kali antara lain, INDY (0,25 kali), ITMG (0,82 kali), dan AADI (0,9 kali). Sementara itu BSSR sebesar 2,39 kali dan PTBA sebesar 1,25 kali. 

Dari segi PE yang di bawah 10 kali antara lain, AADI (2,29 kali), ITMG (4,22 kali), BSSR (4,79 kali), dan PTBA (5,33 kali). Sementara itu, PE INDY sebesar 29,42 kali. Adapun, PE INDY terlihat sangat tinggi karena ada penurunan kinerja laba bersih yang signifikan sebesar 91 persen menjadi Rp163 miliar. 

Dengan data tersebut, kami menilai posisi ITMG yang paling menarik dilirik, setelahnya bisa masuk ke PTBA, AADI, atau BSSR.

Konsultasikan dan Diskusi Kondisi Portomu dengan Join Mikirdividen

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .

Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.

Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Beberapa benefit baru:

  • IPO Digest Premium
  • Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
  • Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini