Menakar Waktu Kebangkitan Saham Big Bank

3 saham big bank BUMN sudah turun signifikan. BBRI sempat naik karena diselamatkan pembagian dividen jumbo. Kira-kira, kapan saham big bank BUMN ini bisa bangkit? kalau BBCA kayaknya stabil ya meski yang lain lagi tertekan.

Menakar Waktu Kebangkitan Saham Big Bank

Mikirduit – Saham big bank tidak memunculkan sinyal kenaikan anomali saat window dressing akhir tahun. Tercatat sepanjang Desember 2024, harga saham big bank mayoritas merah merona, hanya BBCA yang mencatatkan kenaikan 1 persen sepanjang Desember 2024. Sementara itu, BBNI paling terpuruk setelah turun 6,83 persen. Lalu, kapan saham big bank bisa bangkit?

Saham big bank sering disebut akan naik lebih dulu saat ekonomi Indonesia pulih, tapi sebaliknya juga, mereka akan anjlok lebih dulu saat ekonomi Indonesia diperkirakan tidak bagus. 

Beberapa sinyal ekonomi tidak oke adalah dari segi defisit APBN yang mempengaruhi strategi subsidi energi hingga pengenaan pajak pertambahan nilai 12 persen. Hal itu secara langsung bisa mempengaruhi daya beli masyarakat yang lagi sulit. 

Hal ini bisa membuat efek perputaran roda ekonomi yang coba digerakkan oleh regulator moneter, yakni Bank Indonesia, tetap berputar lebih lambat. Pasalnya, kebijakan fiskal tidak mendukung perputaran roda ekonomi lebih cepat tersebut karena kondisi APBN yang defisit. 

Hal ini langsung berimbas kepada saham bank besar yang langsung terpuruk, terutama tiga bank BUMN, BMRI, BBRI, dan BBNI. Apalagi, BMRI dan BBRI per Oktober 2024 telah mencatatkan penurunan laba bersih yang didorong oleh penurunan pendapatan bunga bersih dan juga kenaikan pencadangan secara bersamaan. 

Lalu, kapan keempat bank besar tersebut bisa pulih lagi?

Saham BBRI

BBRI menjadi saham yang menguat paling agresif pada perdagangan 16 Desember 2024 setelah mengumumkan pembagian dividen senilai Rp135 per saham. Nominal dividen interim itu cukup besar dibandingkan dua tahun terakhir yang masih di bawah Rp100 per saham. 

Kami cukup terkejut BBRI berani memasang dividen interim hingga Rp135 per saham. Dengan begitu potensi tingkat dividend yield dari harga per 16 Desember 2024 menjadi sebesar 3,1 persen. 

Dari keputusan dividen itu, kami menilai prospek dividen BBRI sepanjang 2024 dengan dua skema: 

Pertama, dividend payout rasio 80 persen. Sehingga nantinya dividen final BBRI sekitar Rp190 per saham, serta total dividen mencapai Rp325 per saham atau potensi dividend yield secara keseluruhan sebesar 7,7 persen. 

Jadi, dividen interim yang jumbo ini hanya mengambil bagian dari dividen final sebelumnya. 

Kedua, dividend payout ratio tembus 90 persen. Sehingga nantinya, dividen final menjadi Rp230 per saham, dan total dividen senilai Rp365 per saham. Jika menggunakan asumsi ini, tingkat dividen yield keseluruhan BBRI tembus 8,64 persen.

Sebenarnya, dengan melihat kinerja laba bersih BBRI di 10 bulan 2024, BBRI tengah mengalami penurunan laba bersih 4,93 persen menjadi Rp45,72 triliun, skema pertama yang paling mungkin. Bahkan, bisa jadi dividend payout ratio turun jadi 70 persen. 

Namun, bisa jadi, ada momen besar yang membuat kinerja BBRI bisa lebih baik dalam 2 bulan sisa di 2024. Hal itu yang belum kami bisa prediksi. 

Sementara itu, dari segi komposisi biaya dana atau cost of fund, BBRI sudah lebih efisien dengan adanya kenaikan CASA ratio menjadi 64,5 persen dibandingkan dengan 63,68 persen. Namun, laju pertumbuhan kredit yang lebih lambat (per Oktober 2024 hanya naik 5,62 persen) yang bisa menahan laju pertumbuhan pendapatan bunga bersih lebih tinggi. 

Hal itu wajar, karena BBRI dengan target market UMKM akan lebih selektif dalam memilih debitur. Sementara itu, di tengah tekanan pendapatan bunga bersih turun 7,59 persen, tingkat pencadangan BBRI juga masih naik 19,47 persen sehingga menekan laba bersih perseroan.

BMRI

BMRI menjadi saham big caps dengan penurunan laba bersih terbesar kedua di Oktober 2024 sebesar 4,45 persen menjadi Rp43,06 triliun. 

Penurunan laba bersih BMRI disebabkan dua faktor utama, yakni penurunan pendapatan bunga bersih sebesar 4,48 persen menjadi Rp62,22 triliun, serta kenaikan pencadangan sebesar 17,03 persen menjadi Rp6,83 triliun.

Penurunan pendapatan bunga bersih BMRI disebabkan oleh kenaikan beban bunga setelah tingkat deposito perseroan naik 15,32 persen menjadi Rp287 triliun. Tingkat CASA ratio-nya juga turun menjadi 78,35 persen dibandingkan dengan 79,08 persen. Meski, dari segi penyaluran kredit masih bisa tumbuh 20,82 persen menjadi Rp1.263 triliun secara year on year. 

Dengan posisi kinerja ini, BMRI jelas kalah jauh dari BBCA yang memiliki bisnis serupa. BBCA masih mampu menjaga tingkat keuntungan, bahkan menurunkan pencadangannya. 

Kami ekspektasi BMRI membagikan dividen sebesar 60 persen dari laba bersih. Dengan asumsi laba bersih per saham 2024 senilai Rp617 per saham, berarti tingkat dividen per saham perseroan senilai Rp370. Dengan asumsi itu, potensi tingkat dividend yield BMRI sekitar 6,14 persen. 

BBNI

BBNI menjadi saham bank BUMN yang masih mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang positif. BBNI mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 4,29 persen menjadi Rp18,07 triliun. 

Kenaikan laba bersih BBNI didorong oleh penurunan pencadangan sebesar 21,38 persen menjadi Rp5,72 triliun. Pasalnya, dari segi pertumbuhan pendapatan bunga bersih mengalami penurunan sebesar 5,07 persen menjadi Rp32,25 triliun.

Laju pendapatan bunga bersih BBNI yang turun disebabkan pertumbuhan kredit yang lebih lambat. BBNI mencatatkan pertumbuhan kredit hanya 8,82 persen menjadi Rp725 triliun. Meski begitu, BBNI mampu menjaga porsi CASA ratio tetap meningkat menjadi 70,64 persen dibandingkan dengan 69,92 persen. 

Tingkat tabungan BBNI meningkat agresif 8,99 persen, sedangkan deposito turun 0,57 persen. 

Kami memperkirakan BBNI membagikan dividen dengan rasio 40 persen dari laba bersih. Dengan menggunakan asumsi laba bersih per saham senilai Rp560 per saham, berarti tingkat dividen senilai Rp224 per saham. Jika dihitung dengan harga per 16 Desember 2024, tingkat dividend yield sekitar 4,83 persen.

Nasib AMRT Setelah Tutup 400 Gerai, Bakal Sunset?
Manajemen AMRT mengakui kalau sudah tutup sekitar 400 gerai, apakah ini jadi sinyal AMRT masuk periode sunset? simak ulasan lengkapnya di sini

BBCA

BBCA sering disebut saham kapal induk karena menjadi penentu. Jika BBCA sampai koreksi, berarti tingkat net sell asing bakal cukup solid, begitu sebaliknya saat BBCA naik kencang tandanya net buy asing juga bakal besar. 

Secara keseluruhan, meski aset BBCA masih kalah dari BBRI dan BMRI, tapi kinerja emiten bank swasta terbesar di Indonesia paling stabil. 

Per November 2024, BBCA mencatatkan pertumbuhan laba bersih 14,31 persen menjadi Rp50,47 triliun. Hal ini terjadi saat peers-nya lagi berdarah-darah mempertahankan laju laba bersihnya. 

Kenaikan laba bersih BBCA didorong oleh dua faktor utama, yakni pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 9,28 persen menjadi Rp70,15 triliun, serta penurunan pencadangan sebesar 15,42 persen menjadi Rp1,72 triliun.

Pendapatan bunga bersih BBCA masih mampu tumbuh positif didorong dari pertumbuhan kredit yang masih ekspansif dengan pertumbuhan sebesar 15,47 persen menjadi Rp875 triliun. Ditambah, dari segi biaya dana, BBCA paling efisien dan mampu meningkatkan CASA ratio-nya hingga naik menjadi 82,46 persen dibandingkan dengan 80,8 persen pada periode sama tahun sebelumnya. 

Dari segi proyeksi dividen, BBCA diperkirakan membagikan dividen sekitar 60 persen dari laba bersih. Dengan menggunakan asumsi laba bersih per saham Rp448 per saham, berarti tingkat dividen BBCA sekitar Rp268 per saham. Dengan mengecualikan dividen interim Rp50 per saham, berarti total dividen final sektiar Rp218 per saham. 

Dengan menggunakan asumsi harga saham per 16 Desember 2024, potensi tingkat dividend yield dari dividen final perseroan sebesar 2,16 persen.

Kesimpulan

Dari keempat saham big bank tersebut, bisa dibilang tiga saham bank BUMN tengah terpuruk kinerja keuangannya. BBNI pun bisa makin terpuruk jika di sisa tahun ini atau awal tahun depan terpaksa meningkatkan pencadangan sehingga laba bersih berpotensi makin tergerus. 

Dalam jangka pendek, penentu harga saham ketiga saham bank BUMN itu adalah rilis laporan bulanan per November 2024. Jika ada sinyal perbaikan, mungkin bisa jadi pemulihan harga sementara, tapi jika makin buruk, ada potensi sideways dan kecenderungan koreksi. 

Saham BBRI saat ini pun naik karena ada sentimen dividen interim yang cukup besar. Namun, kami menilai sentimen ini bersifat sementara hingga ada data laporan keuangan baru per November yang muncul. 

Dalam jangka menengah, penentu kinerja saham big bank (termasuk BBCA yang masih terlihat baik-baik saja) adalah kinerja kuartal I/2025. Dengan penurunan suku bunga BI sejak September 2024, kami menilai sudah bisa berdampak terhadap efisiensi cost of fund oleh masing-masing bank. Jika tidak ada kebutuhan kenaikan pencadangan, kami menilai kinerja saham big bank bisa pulih, terutama BBRI dan BMRI yang sudah menaikkan pencadangan cukup signifikan sepanjang 2024.

Lalu, berapa harga wajar masing-masing bank tersebut dan bagaimana strategi belinya? kamu bisa cari tahu dengan join ke Mikirdividen.

LAST CALL PROMO JOIN MIKIRDIVIDEN CUMA RP400.000 PER TAHUN SAMPAI 31 DESEMBER 2024

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini . Ada promo spesial diskon langsung Rp200.000 untuk langganan setahun! CUMA SAMPAI 31 Desember 2024 dan Kuota terbatas!

Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Beberapa benefit tambahan di tahun depan:

  • IPO Digest Premium
  • Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
  • Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini