Menanti Saham NCKL yang Tak Kunjung Menuju Harga IPO-nya
Saham NCKL memiliki banyak agenda dari buyback hingga Rp1 triliun dan rencana right issue jumbo. Namun, semuanya belum dilakukan dan harga sahamnya terus berada di bawah harga IPO, gimana prospek saham ke depannya?
Mikirduit – Ada satu saham yang memiliki beberapa rencana aksi korporasi, tapi harga sahamnya turun terus. Lalu, apakah saham ini punya prospek untuk kembali naik? atau malah tenggelam begitu saja?
Ini adalah saham NCKL, yang sejauh ini bergerak sideways di kisaran Rp800 - Rp1.100-an per saham. Pergerakan harga sahamnya terus mengalami pasang surut mulai dari sempat naik 60 persen dalam 4 bulan di Juni - September 2023, tapi setelah itu kembali turun. Lalu, NCKL juga pernah naik 41 persen dalam 4 bulan selama Februari - Mei 2024. Kini, harga NCKL terus turun, kira-kira apakah saham ini bisa kembali naik atau lanjut tenggelam?
Sebenarnya, dari segi industri bisnis, saham ini menjadi kurang menarik karena tren harga nikel dunia terus turun ke level 16.469 dolar AS per ton. Artinya, harga nikel sudah mengalami penurunan sebesar 22,84 persen sejak 21 Mei 2024.
Namun, emiten ini memiliki dua rencana aksi korporasi yang belum terjadi.
Pertama, perseroan berencana melakukan buyback senilai Rp1 triliun Namun, sejauh ini belum ada aksi buyback yang dilakukan. Perseroan juga tidak mengumumkan maksimal harga belinya. Hanya saja, rencana aksi korporasi ini sempat diumumkan pada Mei 2024 ketika harga saham perseroan masih ada di Rp1.000-an per saham. Bisa dibilang saat itu harga saham perseroan masih cukup tinggi walau masih di bawah harga IPO-nya yang senilai Rp1.250 per saham.
Kedua, perseroan juga berencana right issue yang nilainya agak jumbo dan dikabarkan jadi jalan masuk salah satu investor strategis. Namun, kisah ini sudah berjalan sejak awal 2024 dan sampai saat ini belum kejadian.
Dari public expose pada akhir Juni 2024, ketiga calon investor strategis (Glencore, UNTR, dan Taisho) sudah menyelesaikan due dilligence dan masuk tahap diskusi terkait kondisi dan permintaan yang harus dilakukan jika menjadi investor strategis di perseroan. Jika lancar, seharusnya ada berita terbaru pada kuartal III/2024 atau akhir tahun ini.
Right issue yang dilakukan NCKL tergolong jumbo karena melepas sekitar 30 persen saham baru yang mencapai 18,92 miliar lembar. Jika menggunakan asumsi harga pelaksanaan di harga pasar per 19 Juli 2024 di Rp935 per saham, berarti total dana yang dihimpun sekitar Rp17,69 triliun.
Dari public expose pada akhir Juni 2024, ketiga calon investor strategis (Glencore, UNTR, dan Taisho) sudah menyelesaikan due dilligence dan masuk tahap diskusi terkait kondisi dan permintaan yang harus dilakukan jika menjadi investor strategis di perseroan. Jika lancar, seharusnya ada berita terbaru pada kuartal III/2024 atau akhir tahun ini.
Right issue yang dilakukan NCKL tergolong jumbo karena melepas sekitar 30 persen saham baru yang mencapai 18,92 miliar lembar. Jika menggunakan asumsi harga pelaksanaan di harga pasar per 19 Juli 2024 di Rp935 per saham, berarti total dana yang dihimpun sekitar Rp17,69 triliun.
Dari kedua aksi ini, kami menilai buyback bisa menormalisasi harga saham NCKL kembali ke Rp1.000-an per saham, meski belum tentu menyentuh ke harga IPO pada Rp1.250 per saham. Kami sendiri menilai harga terbaik saham NCKL tetap di sekitar Rp800 - Rp900 per saham. Jika dapat di bawah itu, ya bonus. Pertanyaannya, bagaimana dengan prospek saham NCKL ini?
NCKL Menuju ESG
Selain dua aksi korporasi yang disebutkan di atas, NCKL sudah merealisasikan pendirian dua anak usaha, yakni PT Bhakti Bumi Sentosa dan PT Cipta Kemakmuran Mitra. Keduanya menjadi optimalisasi hasil produksi NCKL agar bisa lebih berkelanjutan dari sisi environment, social, dan governemnt (ESG).
Misalnya, Bhakti Bumi Sentosa berperan untuk mengolah bahan sisa dari hasil HPAL. Harapannya, perusahaan ini bisa mengurangi volume bahan sisa pengolahan nikel di smelter HPAL sekitar 1,5 juta ton per tahun. Dari hasil pengolahan itu, perseroan berharap bisa mendapatkan tambahan keuntungan dari awalnya limbah menjadi hal yang memiliki nilai tambah.
Namun, proses skema daur ulang dari Bhakti Bumi Sentosa itu masih dalam tahap finalisasi feasiblity study.
Lalu, anak usaha lainnya, yakni Cipta Kemakmuran Mitra akan membantu perseroan menekan biaya dengan pengolahan limestone menjadi quicklime (bahan baku utama dalam pengolahan HPAL) yang juga masih dalam tahap feasibility study. Sehingga perseroan belum memiliki angka seberapa banyak efisiensi yang bisa dilakukan dari pengolahan limestone tersebut.
Dari kedua perusahaan yang baru didirikan ini, perseroan berharap bisa meningkatkan sisi ESG-nya. Apalagi, saat ini NCKL sudah bekerja sama dengan lembaga sertifikasi internasional yang diakui dunia, yakni IRMA. Perseroan ekspektasi proses sertifikasi bisa selesai pada awal 2025. Sehingga jika ini berjalan lancar, NCKL akan menjadi perusahaan kedua yang tersertifikasi oleh IRMA setelah INCO.
Prospek Saham NCKL
Jika lihat kinerja kuartal I/2024, saham NCKL justru mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 26 persen menjadi Rp1 triliun. Penurunan laba bersih ini lebih disebabkan adanya penurunan pendapatan lainnya sebesar 39 persen menjadi Rp144 miliar. Penurunan pendapatan lainnya disebabkan angka keuntungan selisih kurs yang menyusut 34 persen menjadi Rp133 miliar.
Lalu, NCKL juga mencatatkan penurunan laba entitas asosiasi sebesar 47 persen menjadi Rp237 miliar. Penurunan laba entitas asosiasi itu didorong oleh penurunan bagian laba bersih dari PT Halmahera Persada Lygend sebesar 43 persen menjadi Rp293 miliar. Halmahera Persada Lygend itu adalah penambang nikel limonit milik NCKL.
Selain itu, laba bersih NCKL juga ditekan kenaikan beban pokok penjualan sebesar 37 persen menjadi Rp4,4 triliun. Kenaikan beban pokok pendapatan dipicu oleh kenaikan biaya bahan bakar dan batu bara sebesar 36,97 persen menjadi Rp1,34 triliun. Ditambah, kenaikan biaya bahan baku sebesar 49 persen menjadi Rp1,24 triliun.
Satu-satunya hal yang positif dari kinerja NCKL adalah pendapatan yang tetap naik 26,07 persen menjadi Rp6,03 triliun. Meski, kenaikan pendapatan itu tidak mampu mendorong kenaikan laba bersih karena ada biaya dan pendapatan lain-lain yang menekan.
Namun, angka-angka tadi adalah angka kuantitatif dari laporan keuangan. Pertanyaannya, bagaimana dengan prospek saham NCKL ke depannya?
Dari segi prospek, NCKL menargetkan dari segi produksi nikel kadar tinggi saprolit dan rendah limonit bisa naik 77 persen menjadi 32 juta metrik ton dibandingkan dengan 18 juta metrik ton pada saat ini.
Nantinya, kenaikan produksi nikel itu akan ditunjang dengan rampungnya Smelter baru Rotary Kiln Electric Furnance (RKEF) yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2026-2027. Hasil dari pemurnian itu akan berguna untuk pembuatan baja nirkarat atau stainless steel, salah satu produk penyerap nikel terbesar saat ini.
Jika nantinya proyek RKEF itu rampung selaras dengan pulihnya ekonomi China, hal ini akan menjadi momen untuk mendorong harga nikel lebih bagus dan perseroan bisa mendapatkan margin keuntungan yang lebih optimal.
Sisi menariknya, ada sekitar 5 analis yang memproyeksikan kinerja laba bersih NCKL akan turun sebesar 8,73 persen menjadi Rp5,12 triliun sepanjang 2024. Namun, 5 analis tersebut optimistis memproyeksikan kinerja laba bersih NCKL pada 2025 bisa naik 38,28 persen menjadi Rp7,08 triliun.
Kenaikan laba bersih itu bisa didorong dari optimalisasi kapasitas produksi dan juga aksi akuisisi seiring dengan rencana dana right issue yang masuk. Apalagi, aksi right issue perseroan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi serta cadangan nikelnya.
Kesimpulan
Prospek saham NCKL ini cukup menarik dengan potensi pertumbuhan produksi olahan nikel yang terus meningkat. Apalagi, NCKL juga emiten debutan yang rutin bagi dividen dengan rata-rata tingkat dividend payout ratio sekitar 25-30 persen.
Namun, kami menilai dalam jangka pendek sekitar 3-5 tahun ke depan, pergerakan harga saham NCKL akan tergantung dengan sentimen yang bisa mempengaruhi kinerja dan perspektif perseroan di mata dunia. Misalnya, jika NCKL mendapatkan sertifikasi terkait ESG bisa jadi sentimen, serta adanya kenaikan kinerja juga bisa mendorong.
Sementara itu, sentimen dividen masih belum terlalu mempengaruhi karena ada risiko penurunan dividen per saham setelah right issue karena bertambahnya jumlah lembar saham hingga 30 persen. Kecuali, dalam jangka pendek dari hasil right issue itu bisa mendorong pertumbuhan bisnis dan membuat nominal dividen per saham kembali ke harganya atau pergerakan harga saham NCKL cenderung bergerak sideways setelah disesuaikan dengan masuknya saham baru tersebut.
Kalau kamu menilai saham NCKL ini sudah menarik atau belum?
Mau Belajar Investasi Saham Langsung Praktek dan Bisa Pilih Saham Terbaik di Waktu yang Tepat?
Yuk segera join Mikirdividen sekarang dan kamu akan dapat bonus ikutan Market Outlook Semester II/2024 yang akan diadakan secara online pada 20 Juli 2024.
Apalagi, kami lagi ada promo tambahan diskon Rp50.000 jika menggunakan kode promo: "SAHAMBULLISH" untuk semua produk Mikirduit.
Sebagai member Mikirdividen, kamu akan mendapatkan benefit lengkap seperti ini:
- Ulasan 31 Saham Dividen Jangka Panjang yang Diupdate Setiap Rilis Laporan Keuangan
- Publikasi Bulanan untuk gambaran arah market sebulan ke depan, terbit setiap akhir bulan
- Grup diskusi mikirdividen
- Event Online Bulanan termasuk Market Outlook Semester II/2024
Klik di sini untuk join Mikirdividen Bundling dan nikmati potongan harga tambahan jika menggunakan kode promo SAHAMBULLISH.
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini