Mencari Saham IPO yang Bisa Seperti BBCA, Minimal ADRO
Saham BBCA memang menjadi contoh indah untuk beli saham IPO, tapi memangnya ada saham IPO yang bisa kayak BBCA saat ini? baca penjelasan lengkapnya di sini ya
Mikirduit – Lagi ramai banyaknya deretan saham yang mau IPO alias initial public offering di akhir Juli sampai awal Agustus 2023. Dari deretan saham itu, siapa yang bertanya-tanya, kira-kira siapa ya yang bakal jadi seperti PT Bank Central Asia Tbk. atau BBCA?
Bicara saham IPO, kisah saham BBCA memang menjadi salah satu fenomena di pasar modal Indonesia. Bayangkan, BBCA menawarkan harga IPO senilai Rp1.400 per saham pada 2000. Jika kamu dapat jatah 10 lot BBCA saat IPO dengan modal Rp1,4 juta. Kini, nilai uangmu sudah menjadi Rp366 juta atau naik sekitar 26.000-an persen.
Pergerakan harga saham BBCA memang konsisten terus naik [meski ada turunnya, tapi pasti bisa naik lebih tinggi lagi]. Apalagi, BBCA sudah melakukan sekitar 4 kali stock split alias pemecahan nilai saham. Pertama kali BBCA stock split pada 2001 dengan rasio 1:2, kedua pada 2004 dengan rasio yang sama seperti sebelumnya 1:2, ketiga pada 2008 dengan rasio 1:2 juga, terakhir pada 2021 dengan rasio lebih besar 1:5.
BACA JUGA: Begini Nasib Saham Setelah Stock Split, Bakal Naik atau Turun Nih?
Kenapa saham BBCA bisa melejit begitu konsisten?
Jawabannya gampang aja, sebelum masuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), ya status BBCA ini adalah bank besar. Namun, karena krisis moneter 1997-1998 di Asia, BBCA jadi masuk rehabilitasi di BPPN. Aksi IPO BBCA dilakukan karena perusahaan sudah mulai pulih dan BPPN memang harus melepaskannya.
Dengan kasus khusus itu, bisa jadi valuasi saham BBCA saat IPO lebih murah dibandingkan dengan prospeknya. Pertanyaannya, apakah setelah saham BBCA ada IPO yang cukup sukses lagi?
Saham IPO Setelah BBCA
Menurut saya pribadi, dalam menilai saham IPO yang punya prospek bagus dalam jangka panjang, ada beberapa hal yang harus dipenuhi. Pertama, skala bisnis perusahaan seperti penguasaan pangsa pasar harus cukup besar minimal 3 besar. Kedua, sektor bisnis yang masih punya prospek bertumbuh. Ketiga, saat IPO tidak ada drama surat utang yang dikonversi jadi saham dan permasalahan utang lainnya.
Nah, dari tiga itu, ada tiga saham setelah BBCA yang lumayan oke skala bisnis maupun sektor bisnisnya.
Pertama, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO). Perusahaan tambang batu bara itu adalah salah satu perusahaan dengan nilai target dana IPO terbesar di BEI, perusahaan di bawah para alumnus PT Astra International Tbk. (ASII) itu listing pada 2008 dengan harga penawaran Rp1.100 per saham. Rekornya baru dipecahkan oleh PT Bukalapak Tbk. (BUKA) pada 2021.
Meski tidak segarang kenaikan harga saham BBCA sejak 2000. Saham ADRO telah mencatatkan kenaikan harga saham yang signifikan. Sejak IPO, ADRO mencatatkan kenaikan harga saham ditambah dengan pendapatan dari dividen sebesar 249 persen. Jadi, kalau kamu beli 10 lot saham ADRO saat IPO dengan modal Rp1,1 juta. Kini, nilainya menjadi Rp3,83 juta. Nggak terlalu besar kan? tapi lumayan lah.
Kedua, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) yang IPO pada 2010. Hasilnya, tingkat keuntungan di ICBP lebih besar daripada ADRO. Dengan harga IPO senilai Rp5.395 per saham, serta pernah melakukan sekali stock split 1:2 pada 2016.
Jika kamu beli 10 lot saham ICBP dengan modal Rp5,39 juta. Kini, nilainya plus dividen sudah senilai Rp26,82 juta. Total kenaikan asetnya mencapai 397 persen.
Ketiga, PT Mandala Multifinance Tbk. (MFIN) yang kemarin baru saja diakuisisi oleh MUFG grup, salah satunya oleh PT Adira Finance Tbk. (ADMF) juga. Bisa dibilang peforma MFIN sejak IPO lebih baik daripada ADRO dan ICBP. MFIN IPO pada 2005 dengan harga penawaran Rp195 per saham. Lalu, MFIN pernah melakukan stock split 1:2 pada 2018.
Jika kamu investasi 10 lot saham MFIN saat IPO dengan modal Rp195.000. Berarti, kini nilai asetmu yang dihitung dari kenaikan harga saham dan pendapatan dividen telah menjadi Rp5,6 juta atau naik sekitar 2.771 persen.
Lalu, bagaimana dengan saham-saham yang baru IPO setahun terakhir?
Prospek Saham yang Baru IPO Setahun Terakhir
PT Adaro Mineral Tbk. (ADMR) memang sempat menjadi salah satu saham fenomenal di dunia. Soalnya, anak usaha ADRO itu mencatatkan kenaikan harga saham yang menjadi salah satu terbesar di dunia. Lalu, apakah ADMR bisa lebih sukses dari BBCA?
Belum tentu, saham ADMR bisa melesat tinggi karena IPO di waktu yang tepat. Saat, ekonomi mulai pulih dan permintaan batu bara mulai melejit. Kini, harga saham ADMR sepanjang 2023 saja sudah turun sekitar 41 persen. Apakah bisa bangkit lagi? ya mungkin saja bisa, tapi tetap butuh katalis utama seperti kenaikan harga batu bara atau operasional smelter dan sebagainya yang bisa memengaruhi kinerja keuangannya.
Di luar itu, apakah ada saham IPO yang menarik? terutama 15 saham IPO di akhir Juli dan awal Agustus 2023 nanti? untuk review singkatnya, kamu bisa baca di artikel kami yang ini. [Review 12 dari 15 saham IPO di awal Agustus 2023]
Nah, untuk pertanyaan apakah ada IPO yang berpotensi seperti BBCA dari 15 calon emiten tersebut? jawabannya TIDAK.
Ada dua alasan kenapa saya berani bilang TIDAK ADA yang berpotensi seperti BBCA. Pertama, 14 dari 15 saham yang berencana listing di BEI itu adalah saham dengan skala bisnis kecil. Target dana IPO-nya saja rata-rata di bawah Rp500 miliar. Tercatat hanya PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk. (CNMA) yang menargetkan dana paling besar di atas Rp1 triliun. Sayangnya, saham CNMA tidak lolos discreening prospek cerah karena alasan kedua.
Kedua, sektor bisnis IPO, terutama yang menghimpun dana cukup besar, kurang seksi. CNMA itu punya bisnis bioskop yang sifatnya cyclical. Pertumbuhan pendapatan akan tergantung dari minat orang nonton ke bioskop yang kini sudah disaingi oleh keberadaan platform over the top atau OTT seperti Netflix dan kawan-kawan.
Namun, bukan berarti semua saham IPO saat ini tidak ada yang berpotensi seperti BBCA atau minimal seperti ADRO. Saya mencatat ada sekitar empat saham potensial yang bisa seperti BBCA atau minimal ADRO.
Keempat saham itu antara lain, PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL), PT Merdeka Battery Materials Tbk.(MBMA), PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN), dan PT Pertamina Geothermal Tbk. (PGEO). Bisa dibilang keempat saham itu menjadi saham yang IPO dengan nilai besar di luar sektor teknologi. Apakah PT Goto Company Tbk. (GOTO) dan PT Bukalapak Tbk. (BUKA) tidak bisa bangkit dan melejit lebih tinggi? menurut saya agak sulit dengan model bisnis berbasis komisi seperti Gojek, Tokopedia, dan Bukalapak. Meski, untuk GOTO ada harapan dari lini bisnis Goto Financial, tapi persaingan di sektor keuangan juga cukup sengit.
Lalu, kenapa keempat saham itu berpotensi bisa seperti BBCA atau minimal ADRO?
Pertama, keempatnya saham dengan skala bisnis besar dan memiliki kapitalisasi pasar di atas Rp25 triliun. Meski untuk ukuran kapitalisasi pasar bakal jadi penanda apakah posisi harganya sudah mahal atau tidak juga. Soalnya, seperti MBMA memiliki kapitalisasi pasar yang setara dengan induk usahanya PT Merdeka Gold Copper Tbk. (MDKA). Ini, apakah artinya MBMA yang kemahalan atau MDKA yang sudah murah?
Kedua, keempatnya memiliki sektor bisnis yang berpotensi berkembang. Seperti, NCKL, MBMA, dan AMMN punya peran dalam rencana besar untuk memproduksi baterai kendaraan listrik. Jika itu terealisasi bukan tidak mungkin jadi momen besar untuk ketiga saham tersebut. Meski, cerita besar itu masih panjang dan penuh ketidakpastian alias sesuai dengan kebijakan pemerintah baru pada 2024 nanti. Lalu, PGEO juga memiliki bisnis yang tidak kalah penting karena seirama dengan semangat dunia untuk mengurangi emisi karbon di dunia.
Namun, gambaran prospek keempat saham yang baru IPO itu bukan untuk 1-3 tahun ke depan ya, tapi bisa jadi 5-10 tahun ke depan.
BACA JUGA: Mending Lupakan Saham IPO Jika Goalsnya untuk Investasi, Begini Alasannya
Pertanyakan Kualitas Saham IPO di BEI
Sebenarnya sudah banyak yang mempertanyakan, kenapa kualitas saham yang IPO di BEI tuh jelek-jelek? terutama yang beberapa tahun terakhir. Maksudnya jelek di sini, skala bisnis yang listing itu masih kecil dan sulit untuk berkembang dengan cepat. Hanya dapat dana segar dari IPO, para perusahaan skala kecil itu akan tetap kesulitan bersaing untuk menjadi lebih besar. Malah, yang ada terus berjuang agar tetap hidup. Kisah cinderella di BEI tampaknya belum muncul, ketika ada saham perusahaan kecil yang skala bisnisnya menjadi besar setelah IPO.
Namun, menurut saya wajar jika saham yang IPO di BEI kualitasnya bisnis skala menengah kecil. Kenapa? karena tujuan mereka IPO adalah mendapatkan dana segar untuk menambal biaya operasional sehari-hari sehingga bisa melakukan ekspansi atau hal lainnya.
Semua itu bisa terlihat kok dari rencana penggunaan dana IPO rata-rata ya kalau nggak modal kerja, ekspansi kecil-kecilan, terus bayar utang.
Sementara itu, perusahaan besar seperti Wings Group, Djarum, Kapal Api Group, hingga Orang Tua Grup tampaknya merasa tidak membutuhkan pendanaan dari pasar saham di Indonesia. Bahkan, Aqua setelah diakuisisi Danone pun akhirnya memilih cabut dari bursa secara sukarela karena yang tidak butuh apapun lagi.
Ingat, perusahaan memutuskan IPO ya karena butuh dana. Beda kasus dalam BUMN, yang butuh IPO juga untuk transparansi bisnisnya kepada masyarakat. Untuk itu, bakal ada beberapa BUMN yang IPO setelah PGEO kemarin. Salah satu yang terbesar nantinya lini bisnis hulu migas Pertamina, yakni PT Pertamina Hulu Energi. Ini bisa dibilang Saudi Aramconya Indonesia.
Untuk itu, jika setelah IPO harganya turun wajar. Soalnya, target para emiten untuk menghimpun dana segar demi bisnisnya bisa bertahan hidup, syukur-syukur bisa ekspansi.
Kalimat penutup ini juga akan menjawab pertanyaan di akun TikTok Mikirduit, jadi kalau saham IPO itu nggak ada yang bagus untuk jangka pendek. Ya, untuk jangka pendek sih gak ada yang bagus jika mindsetnya melihat sebagai bisnis. Namun, jika dilihat sebagai komoditas saham [dalam artian sebagai barang yang harganya bisa berfluktuasi dalam jangka dekat]. bakal ada beberapa yang bisa auto rejection atas, minimal di hari pertama.
Setelah baca ini, kamu masih ingin memburu saham IPO atau mencari saham yang sudah IPO beberapa tahun terakhir dan harganya lagi murah?