Menghitung Harga Bottom Saham BBRI yang Sudah di Bawah Rp4.000

Saham BBRI bikin heboh setelah membuat banyak investor ritel nyangkut. Kira-kira, kapan saham BBRI bisa bangkit lagi?

Menghitung Harga Bottom Saham BBRI yang Sudah di Bawah Rp4.000

Mikirduit – Saham BBRI membuat kejutan dengan mencatatkan penurunan ke bawah Rp4.000 per saham, menjadi posisi terendah sejak 2021 saat perseroan bakal melakukan right issue jumbo. Pertanyaanya, sejelek apa fundamental BBRI hingga dihukum separah itu? apakah ada potensi bangkit?

Seberapa buruk kinerja BBRI sehingga menjadi saham big bank dengan penurunan paling dalam dari level all time highnya sejak kuartal I/2024 hingga saat ini?

Kami membandingkan kinerja BBRI dan ketiga saham big bank lainnya, yakni BBNI, BMRI, dan BBCA per November 2024. 

Secara kinerja keuangan, BBRI memang menjadi saham big bank dengan pertumbuhan kredit year on year paling rendah, yakni hanya 4,99 persen. Padahal, big bank lainnya masih mampu menjaga pertumbuhan kredit double digit, seperti BMRI sebesar 22,69 persen, BBCA sebesar 10,96 persen, dan BBNI sebesar 15,47 persen.

Jika dilihat, permasalahan dari BBRI kemungkinan agak sulit mencari kredit UMKM yang berkualitas tinggi dengan kondisi makro ekonomi yang kurang bagus. Sehingga BBRI mengalami perlambatan pertumbuhan kredit yang cukup signifikan dibandingkan dengan saham big bank lainnya. 

Selain itu, kinerja pendapatan bunga bersih BBRI juga mencatatkan hasil terburuk kedua setelah BBNI. Per November 2024, BBRI mencatatkan pendapatan bunga hanya naik 1,32 persen menjadi Rp100,8 triliun. Meski hanya naik 1 persen, tapi kami menilai BBRI tetap mampu menjaga pertumbuhan positif, mengingat BBNI malah mencatatkan penurunan pendapatan bunga bersih sebesar 3,87 persen. 

Untuk BMRI dan BBCA, keduanya mencatatkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih yang lebih solid. BMRI mencatatkan kenaikan sebesar 5,23 persen, sedangkan BBCA sebesar 9,28 persen. 

Dari segi pencadangan, BBRI menjadi saham big bank yang mencatatkan kenaikan anggaran pencadangan terbesar dibandingkan tiga saham big bank lainnya, yakni mencapai 34,32 persen. 

Selain itu, hanya BMRI yang mencatatkan kenaikan pencadangan terbesar kedua, yakni sebesar 22,63 persen. Untuk BBNI dan BBCA masing-masing mencatatkan penurunan pencadangan sebesar 18,72 persen dan 15,42 persen.

Dari semua komponen tersebut, BBRI menjadi saham big bank dengan pertumbuhan laba bersih paling rendah sebesar 3,96 persen. Sementara itu, BBNI sebesar 4,04 persen, BMRI sebesar 4,67 persen, dan BBCA sebesar 14,31 persen.

Adapun, salah satu yang menjadi perhatian dari kinerja BBRI adalah kinerja cost of kredit (CoC) yang memburuk. Apa itu COC?

Jadi, COC adalah biaya kredit yang biasanya dibebankan oleh bank kepada nasabah, yang salah satunya adalah biaya restrukturisasi pinjaman. Sehingga jika tingkat COC meningkat berarti bisa diasumsikan risiko kredit juga lagi tinggi. 

BBRI mencatatkan posisi CoC bank only sebesar 3,85 persen per November 2024. Posisi itu naik 49 bps dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. 

Jika dibandingkan dengan tiga saham big bank lainnya, posisi CoC BBRI memang paling besar. 

Saham big bank dengan CoC terbesar kedua adalah BBNI sebesar 1,1 persen. Sisanya, ada BMRI sebesar 0,3 persen dan BBCA sebesar 0,23 persen. 

Jadi, apakah ada peluang untuk BBRI kembali bangkit?

Perhitungan Peluang Kebangkitan BBRI

Saham big bank punya korelasi yang kuat dengan kondisi makro ekonomi. Alasannya, pertumbuhan kredit masih menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Jika kualitas kredit menurun, permintaan kredit lesu, berarti menjadi sinyal kondisi makro ekonomi kurang bagus. 

Hal itu juga akan berdampak terhadap daya tarik saham big bank oleh investor asing yang seperti terjadi saat ini. Lalu, kenapa BBRI seperti menjadi yang paling dihukum cukup dalam?

Jawabannya, dengan kondisi ekonomi makro saat ini, seperti inflasi sudah di bawah 2 persen yang berarti daya beli lemah, BBRI dengan segmen kredit UMKM andalannya menjadi yang terimbas. Hal itu terlihat dari laju pertumbuhan kredit BBRI menjadi yang paling rendah dibandingkan dengan saham big bank lainnya. 

Hal itu disebabkan BBRI sulit mencari kredit UMKM yang berkualitas baik, serta ada risiko kenaikan rasio kredit bermasalah dalam jangka pendek. 

Ada beberapa kunci untuk saham BBRI bisa bangkit: 

Pertama, penurunan suku bunga BI lanjutan yang bisa membuat cost of fund bank lebih rendah sehingga meningkatkan margin bunga bersih. Selain itu, penurunan suku bunga BI juga bisa mendorong gairah di sektor riil. Sehingga secara pertumbuhan dan kualitas kredit BBRI bisa lebih baik lagi. 

Kedua, jika kondisi ekonomi makro lebih baik setelah penurunan bunga, hal itu bisa berimplikasi ke prospek permintaan kredit berkualitas bagus yang meningkat. Sehingga kredit BBRI bertumbuh dan anggaran pencadangan bisa lebih rendah. Hasilnya laba bersih BBRI bisa bertumbuh lagi. 

Jadi, dua poin ini akan menjadi kunci pemulihan kinerja BBRI. Lalu, kapan ini terjadi?

Sebenarnya, Bank Indonesia sudah menurunkan suku bunga sebesar 50 bps pada September 2024 kemarin. Dengan begitu, biasanya pengaruh ke cost of fund banking itu ada lagging sekitar 3-6 bulan. Sehingga biaya dana di 2025 bisa sedikit lebih rendah. Meski, 50 bps itu tidak terlalu signifikan mendorong gairah ekonomi secara makro. 

Kami menilai antara kinerja kuartal I dan II/2025 bisa menjadi penentuan fase pemulihan perseroan sebelum nantinya bisa tumbuh lebih agresif di 2026. Dengan syarat, tidak ada faktor lain yang berefek negatif ke ekonomi makro.

7 Faktor yang Menentukan Waktu Kebangkitan Pasar Saham
Pasar saham masih kurang bergairah di pekan kedua Januari. Lalu, bagaimana nasib pasar saham selanjutnya sepanjang tahun ini? Berikut 7 Faktor yang bisa diperhatikan

Apakah Saham BBRI Sudah Bottom?

Secara PBV Band, posisi saham BBRI sudah sangat murah karena sudah di bawah standard deviasi -2 periode 5 tahun hingga 10 tahun. Tapi, apakah kalau beli sekarang akan langsung bangkit dan tidak ada risiko turun lebih dalam? Jawabannya belum tentu. 

Namun, jika kamu punya toleransi hold saham BBRI selama 1-3 tahun untuk menunggu pemulihan kinerja perseroan, posisi sekarang adalah yang terbaik untuk BELI. Tapi, potensi kenaikan harga baru akan terasa minimal setelah rilis laporan keuangan kuartal I/2025 untuk melihat realisasi kinerjanya, apakah sudah masuk periode pemulihan atau belum. 

Lalu, untuk kamu yang mau memulai dollar cost averaging (DCA) BBRI juga bisa dimulai dari sekarang. Pasalnya, sekarang menjadi titik harga saham yang murah. Dengan periode hold 1-5 tahun, kamu bisa akumulasi kepemilikan saham BBRI dalam jangka panjang dan mendapatkan harga rata-rata baik (meski bukan yang terbaik).

PROMO JANUARI 2025: JOIN MIKIRDIVIDEN BONUS PAKET E-BOOK SAHAM PERTAMA

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .

Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.

Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Beberapa benefit baru yang sedang disiapkan:

  • IPO Digest Premium
  • Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
  • Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini