Menghitung Nasib ADRO Setelah Berencana Lepas Bisnis Batu Bara Thermal
Saham ADRO berencana spin off bisnis batu bara termalnya. Pertanyaannya, mayoritas laba bersih ADRO saat ini dihasilkan oleh bisnis tersebut, lalu bagaimana nasib ADRO ke depannya?
Mikirduit – PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) bikin kejutan dengan merilis keterbukaan di IDX pada malam 11 September 2024 terkait rencana spin-off anak usaha PT Adaro Andalan Indonesia (AAI) lewat penawaran umum. Pertanyaannya, apa sebenarnya aksi korporasi ini? apakah menguntungkan ADRO? Lalu, siapa pihak yang beli AAI?
Jika melihat pembukaan pasar pada 12 September 2024, harga saham ADRO langsung melejit ke level Rp4.000-an yang dinilai merupakan respons dari pengumuman aksi korporasi tersebut. Apakah artinya ini adalah aksi korporasi yang positif?
ADRO merupakan pemegang saham AAI sebanyak 7.008.202.240 lembar atau 99,99 persen, sedangkan sisanya dipegang oleh PT Adaro Strategic Investment, yang merupakan pengendali ADRO.
Melalui anak usahanya itu, ADRO memiliki beberapa perusahaan pertambangan batu bara termal seperti PT Adaro Indonesia, PT Paramitha Cipta Sarana, PT Semesta Centramas, PT Laskar Semesta Alam, dan PT Mustika Indah Permai, serta ada dua perusahaan pertambangan batu bara termal yang saat ini dikembangkan, yakni PT Pari Coal dan PT Ratah Coal.
Selain itu, AAI juga memiliki bisnis jasa logistik seperti angkutan tongkang, dan pemuatan batu bara, pengerukan dan pemeliharaan alur sungapi, bongkar muat, dan operasi pelabuhan laut, serta pemeliharaan dan perbaikan tongkang.
Serta, AAI juga punya bisnis pendukung seperti, pertanahan, air, investasi, dan ketenagalistrikan. Bisnis pendukung itu untuk menjamin kelangsungan bisnis pertambangan dalam jangka panjang.
Artinya, secara umum AAI memegang kendali utama untuk bisnis batu bara termal ADRO. Lalu, bagaimana ADRO jika tanpa bisnis batu bara Termal?
Nasib Bisnis ADRO Tanpa Tambang Batu Bara Termal
Bisnis AAI bisa dibilang cukup material bagi ADRO. Pasalnya, AAI berkontribusi sebesar 89,4 persen dari pendapatan perseroan, serta hingga 104,8 persen dari laba bersih yang dihitung termasuk non-recurring gain sebesar 322,93 juta dolar AS yang jadi hitungan eliminasi di laba bersih ADRO.
Kalau begitu bagaimana nasib ADRO nantinya?
Secara umum ADRO bakal fokus di bisnis batu bara metalurgi dan mineral bersama ADMR dan bisnis energi ramah lingkungan bersama Adaro Green.
Adapun, kinerja ADMR per semester I/2024 dari segi pendapatan setara 20,42 persen pendapatan ADRO, dan dari segi laba bersih setara 31,65 persen laba ADRO.
Jadi, apakah akan ada penurunan kinerja keuangan ADRO jika spin off dilakukan?
Jawabannya, tergantung dari hasil IPO AAI, dan siapa mitra investor yang menyerap sebagian besar saham AAI tersebut.
Nilai wajar AAI sekitar Rp37,73 triliun hingga Rp40,5 triliun atau sekitar Rp5.383 sampai Rp5.779 per saham.
Di sisi lain, ADRO mengumumkan rencana pembagian dividen tunai kepada seluruh pemegang saham yang tercatat. Nantinya, pemegang saham bisa menggunakan dividen tersebut untuk mendanai IPO AAI tersebut.
Artinya, aksi korporasi ini sebenarnya cuma restrukturisasi posisi perusahaan saja agar ADRO bisa fokus sebagai emiten dengan produk ramah lingkungan.
Dengan kasus ini, kami asumsikan ADRO membagikan 70 persen dari total kas dan setara kas di Juni 2024. Artinya, potensi dividen keseluruhan (interim dan final) sekitar Rp941 per saham. (Ini asumsi dengan tingkat akurasi rendah dengan perkiraan dana dividen bisa masuk lagi ke cash ADRO dari hasil IPO AAI)
Dari total itu, PT Adaro Strategic Investment selaku pengendali akan mendapatkan dana tunai sekitar Rp13,22 triliun atau setara 32,64 persen dengan asumsi nilai wajar 2,63 miliar dolar AS. Secara keseluruhan jika digabung dengan pihak afiliasi dan beberapa pihak seperti Garibaldi Thohir, Edwin Soeryadjaya, dan T.P Rachmat, total dividen mencapai Rp19,08 triliun atau setara 47,12 persen dari nilai wajar AAI tersebut.
Sisanya, bisa jadi ada pihak investor dari Adaro Strategic atau SRTG secara langsung yang masuk ke AAI, serta mengharapkan minat dari investor publik.
Toh, dari asumsi dividen jumbo ADRO nantinya, investor publik diperkirakan mendapatkan sekitar RP9,75 triliun atau setara 24,09 persen dari nilai wajar AAI. Meski, untuk investor publik jelas tidak pasti akan masuk ke IPO tersebut.
Bagi ADRO, memberikan dividen jumbo itu juga tidak masalah karena toh uangnya berpotensi kembali dalam pembelian IPO AAI. Dari situ, uangnya kembali masuk ke cash ADRO.
Prospek ADRO Tanpa AAI
Kami menilai aksi spin off AAI bagi ADRO ini akan membuatnya lebih fleksibel dalam mencari pendanaan. Selain karena melepas bisnis yang tidak ramah lingkungannya tersebut membuat lebih mudah mendapatkan pendanaan ramah lingkungan, secara struktur utang juga menjadi lebih baik.
Dari keterbukaan informasi ADRO, setelah spin off, perseroan akan mencatatkan penurunan utang berbunga hingga 73,39 persen menjadi 318,13 juta dolar AS dibandingkan dengan 1,19 miliar dolar AS pada periode sebelumnya.
Dengan kondisi itu, ADRO bisa lebih leluasa meningkatkan leverage utang untuk ekspansi bisnis hijaunya tersebut. Harapannya dari segi pertumbuhan bisnis bisa lebih agresif.
Walaupun, akhirnya akan tergantung seberapa besar saham AAI yang lepas dari ADRO. Kami menilai ya minimal dividen yang didapatkan Adaro Strategic akan digunakan untuk masuk ke saham tersebut atau setara 32,64 persen. Jika total kepemilikan ADRO di AAI masih di atas 51 persen, berarti nantinya kinerja AAI masih dikonsolidasi ke ADRO, sedangkan jika di bawah 51 persen berarti menjadi entitas asosias, dan ADRO akan dapat bagian laba bersih dari porsi kepemilikan sahamnya.
Kesimpulan
Jadi, apakah saham ADRO akan terus meroket? jawabannya ya tidak, untuk yang belum punya lebih baik wait and see karena akan ada perubahan fundamental di saham ADRO jika sebagian besar saham AAI lepas dari perseroan. Kecuali masuk untuk target jangka pendek bisa disesuaikan dengan kondis chart teknikalnya juga.
Namun, bagi yang pegang di harga Rp2.000 sampai Rp3.000-an bisa menikmati sambil menunggu pembagian dividen nanti. Jika menggunakan asumsi dividen di Rp941 per saham, berarti tingkat dividen yield sekitar 30-40 persen. Namun perhitungan ekspektasi ini memiliki tingkat akurasi yang rendah jadi belum pasti terjadi.
Di sisi lain, ada satu hal krusial jika ADRO spin off AAI, yakni apakah ADRO masih jadi saham dividen yang menarik? soalnya mayoritas cash ADRO berasal dari AAI tersebut.
Menurutmu, seberapa menarik ADRO jika benar-benar melepas seluruh saham AAI atau bisnis batu bara thermalnya?
Mulai Langkah Investasi Saham-mu dengan Dua Program Mikirduit Ini!
Kamu bisa mulai perjalanan investasi saham-mu dari nol dengan Saham Pertama, yang bisa dijadikan guideline dasar untuk membentuk strategi investasimu sendiri.
Promo Saham Pertama September: Diskon Rp100.000 menjadi Rp200.000 dengan benefit:
- e-Book Saham Pertama
- Rekaman Seminar Saham Pertama
- Kalkulator harga wajar
Checkout sekarang dengan klik di sini
Jika kamu mau paket lengkap dengan analisis 31 saham dividen untuk jangka panjang, grup diskusi, publikasi bulanan, dan event online bulanan, bisa join PAKET SEPTEMBER CERIA diskon Rp400.000 menjadi Rp500.000 (untuk periode satu tahun Mikirdividen). Benefitnya:
- Semua yang di Saham Pertama
- Member Mikirdividen (1 tahun)
- 31 Ulasan Saham Dividen (update per 3 bulan)
- 24 Digest Publikasi Bulanan (update setiap akhir bulan)
- Grup Diskusi
- Event online bulanan
Daftar sekarang dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini