Menjawab Mitos Saham Dividen Sulit Mendorong Pertumbuhan Bisnis

Saham dividen dianggap sulit berkembang karena hasil keuntungan ada yang dibagikan ke pemegang saham. Tapi apakah benar begitu? simak ulasan lengkapnya di sini

Menjawab Mitos Saham Dividen Sulit Mendorong Pertumbuhan Bisnis

Mikirduit – Ada beberapa persepsi tentang saham dividen, salah satunya emiten yang membagikan dividen besar dianggap kesulitan mendorong pertumbuhan bisnisnya lebih tinggi lagi. Sehingga hal itu bisa berdampak terhadap pergerakan harga saham yang cenderung terbatas. Lalu, apakah itu benar? kami akan coba ulas lebih lengkap. 

Kami membahas ini juga karena ada salah satu komentar dari salah satu postingan kami tentang kenapa saham ASII terlihat stagnan dan koreksi dalam lebih dari 10 tahun terakhir. Ada salah satu audiens yang berkomentar kalau itu disebabkan oleh pembagian dividen yang membuat labanya tergerus. Apakah itu benar?

Konsep Pembagian Dividen

Dividen adalah hasil laba atau keuntungan bisnis emiten yang dibagikan ke pemegang saham dalam jumlah yang ditetapkan dalam rapat umum pemegang saham (kecuali interim yang jadi kebijakan manajemen serta ada aturan tidak boleh lebih besar dari laba bersih per saham eksisting). 

Secara keseluruhan, dividen adalah pembagian uang tunai dari kas emiten kepada pemegang saham. Kas itu bisa berasal dari bisnis hingga penjualan aset, serta pendapatan di luar operasional lainnya. Untuk itu, jangan kaget ada emiten yang bagikan dividen lebih dari 100 persen, ya karena memang kondisi kas-nya juga lagi bagus. 

Artinya, alur dari pembagian dividen adalah emiten mendapatkan kas dulu baru dihitung kira-kira cocoknya dibagikan berapa banyak. Jadi, pembagian saham dividen pastinya tidak akan berdampak signifikan terhadap kinerja laba bersih emiten terkait. Hal itu disebabkan dividen diputuskan akan dibagikan sesuai hasil pencapaian kinerja. (jadi bukan dividen dulu baru menghitung laba).

Pertanyaan selanjutnya, apakah dividen ini membuat kinerja emiten tidak bertumbuh? 

Jawabannya ya tidak juga karena emiten yang rutin bagi dividen menandakan: 

  • Tingkat utang cenderung rendah (meski tidak selalu) sehingga dengan beban keuangan yang sedikit, mereka punya ruang kas untuk dibagikan sebagai dividen
  • Bisnisnya menguntungkan, karena jika bisnisnya tidak menguntungkan mereka tidak akan bagi dividen
  • Kebutuhan belanja modal dan ekspansi sudah tertangani dengan baik sehingga sisa kas bisa dibagikan sebagai dividen ketimbang mengendap di rekening giro perusahaan.
  • Tingkat margin keuntungan bisnis emiten sangat bagus sehingga bisa dikelola sisanya sebagai dividen
  • Arus kas operasional positif sehingga punya ruang pembagian dividen tanpa mengganggu kebutuhan kas untuk modal kerja

Contoh simpelnya, kami akan gunakan beberapa saham mulai dari banking, holding (ASII), consumer cyclical, batu bara, dan consumer goods. 

Dari sisi sektor banking, kami akan simulasikan dari saham BBCA. Selama 6 tahun terakhir dari 2018 sampai 2023 (pembagian dividen tahun buku), BBCA mencatatkan rata-rata kenaikan dividen tahunan sekitar 25,84 persen per tahun. Dalam periode yang sama, tren laba bersih BBCA juga naik 11,11 persen per tahun. 

Lalu, ASII dalam periode 6 tahun juga mencatatkan rata-rata kenaikan dividen sekitar 18,76 persen per tahun. Laba bersihnya mencatatkan kenaikan sekitar 7,71 persen per tahun. 

Berbeda dengan ASII dan BBCA, karakter ITMG ini adalah emiten cyclical. Sehingga jika dilihat tren pertumbuhan dividen hanya 5,81 persen per tahun dalam 6 tahun terakhir. Lalu, rata-rata pertumbuhan laba bersihnya sekitar 12,59 persen per tahun. 

Lalu, SMSM sebagai emiten consumer cyclical, meski kami menilai karakter sahamnya tidak terlalu cyclical ini memiliki rata-rata pertumbuhan dividen per tahun dari 2018-2023 itu sekitar 9,78 persen per tahun. Dengan pembagian dividen itu, SMSM masih bisa mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 8,55 persen per tahun pada periode yang sama. 

Terakhir, dari sisi consumer goods, kami pilih ICBP yang mencatatkan rata-rata pertumbuhan dividen selama 2018-2023 sekitar 3,57 persen per tahun. Perseroan masih mampu mendorong rata-rata pertumbuhan laba bersih sebesar 7,35 persen per tahun.

5 Saham Bank yang Masih Murah Jelang Penurunan Suku Bunga The Fed
BI memang masih nahan suku bunga di Rapat Juli. tapi mereka menilai ruang penurunan suku bunga terbuka di kuartal IV/2024. Dengan potensi penurunan suku bunga itu, kira-kira saham bank apa ya yang masih murah?

Pertumbuhan Laba Bersih Saham non-Dividen

Kami akan membandingkan pertumbuhan bisnis emiten yang tidak bagikan dividen, seperti MDKA, ADES, dan PNBN. Untuk PNBN kami ambil karena perseroan tidak konsisten bagi dividen. Sempat bagikan pada 2022, tapi itu pertama kalinya sejak 2005. Berbeda kasus dengan NISP yang tidak bagikan dividen untuk memperkuat modal inti secara organik. Hingga target sudah tercapai, emiten tersebut mulai rutin bagi dividen. 

Misalnya, dari segi MDKA selama 5 tahun terakhir, kecenderungannya malah posisi laba bersih perseroan terakhir merugi. Bahkan, jika dihitung dengan proyeksi laba bersih MDKA di 2024 yang positif sekitar 9,9 juta dolar AS, hasilnya rata-rata pertumbuhan laba bersih MDKA malah turun 24 persen per tahun. 

Berbeda dengan MDKA, ADES yang juga tidak pernah bagi dividen (terakhir pada 2003) ini mencatatkan rata-rata pertumbuhan laba bersih tahunan periode 2018-2023 tembus 39 persen per tahun. 

Untuk PNBN, dengan keputusan tidak bagi dividen (hanya pada 2022), tren pertumbuhan laba bersih pada periode 2018-2023 malah turun 3,38 persen per tahun. 

Artinya, emiten yang tidak bagikan dividen belum tentu mencatatkan pertumbuhan bisnis yang lebih agresif dibandingkan dengan emiten yang rutin bagikan dividen. Keputusan tidak bagikan dividen itu pun bisa juga didasarkan kebutuhan kas bagi karakter bisnisnya yang masih cukup fluktuatif. 

Walaupun, ada juga yang secara internal manajemennya tidak mau bagi dividen dan digunakan sebagai pendorong bisnisnya sehingga tingkat utangnya bisa terjaga dengan baik. Dengan begitu, kinerja emiten bisa tumbuh lebih konsisten. 

Kesimpulan

Dari sini, kita bisa menilai saham yang rutin bagi dividen berarti secara bisnisnya sudah mencatatkan pertumbuhan yang konsisten. Sehingga tidak perlu jaga-jaga simpan kas dalam jumlah besar. Toh, emiten pasti sudah punya hitungan jumlah dividen yang dibagikan dengan kebutuhan modal kerja untuk bisa terus mendorong pertumbuhan bisnisnya. 

Salah satu ciri-ciri saham dividen yang berbahaya itu antara lain yang baginya sesekali saat kinerja bagus. Saham dividen seperti itu artinya tidak memiliki pertumbuhan bisnis yang konsisten dan harga sahamnya pasti cenderung fluktuasi tinggi. 

Kira-kira, apa nih saham dividen yang kamu hold atau lagi di watchlist?

Mau Dapat Strategi Investasi Saham Dividen hingg Deretan Pilihan Saham untuk Jangka Panjang?

Join Mikirdividen sekarang untuk mendapatkan banyak benefit serta strategi investasi dan diskusi dengan para investor saham. Berikut benefit gabung mikirdividen:

  • Update review laporan keuangan saham dividen fundamental bagus hingga full year 2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
  • Event online bulanan

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

JANGAN LUPA ADA PROMO Tambahan DISKON RP50,000 dengan Menggunakan Kode SAHAMBULLISH

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini