Menjawab Mitos Saham Stock Split dan Efek ke Harga Saham

Aksi stock split sejatinya tidak memberikan efek apapun terhadap fundamental harga saham, tapi tetap ada dampaknya kepada pergerakan harga. Apa saja? dan kenapa?

Menjawab Mitos Saham Stock Split dan Efek ke Harga Saham

Mikirduit – Ada sekitar 4 saham yang mengajukan rencana stock split atau pemecahan nilai saham pada Juli 2024 nanti. Sepanjang 2024, sudah ada 8 saham yang melakukan stock split. Pertanyaannya, bagaimana nasib saham yang akan stock split? 

Stock split adalah aksi pemecahan nilai saham dengan tujuan nominal harga saham menjadi lebih rendah sehingga bisa meningkatkan likuiditas transaksi di saham tersebut. Jadi, aksi stock split ini tidak mengubah fundamental sama sekali, hanya memecah jumlah lembar saham beredar agar menjadi lebih banyak. 

Berbeda dengan aksi right issue yang menambah jumlah lembar saham sehingga memberikan efek dilusi dan juga penurunan dari segi laba bersih per saham dan metriks lainnya yang dihitung dengan pembagian ke jumlah lembar saham. 

Namun, apakah ada dampak signifikan dari aksi stocks split terhadap harga saham?

Dampak Aksi Stock Split Terhadap Harga Saham

Salah satu kejadian legendaris yang membuat aksi stock split jadi kambing hitam adalah ketika UNVR melakukan stock split pada akhir 2019. Setelah itu, harga saham UNVR terus turun hingga saat ini (26 Juni 2024). 

Apakah itu salah stock split? kami sudah pernah membahasnya dan tidak ada kaitannya dengan aksi stock split. Hanya saja, karena setelah stock split jumlah lembar makin banyak, serta jumlah investor yang hold meningkat, tekanan jual terhadap saham UNVR juga jadi meningkat. Soalnya, ada faktor fundamental yang membuat saham UNVR menjadi kurang menarik.

Saham UNVR Turun 67 Persen Dalam 5 Tahun, Sudah Murah?
Saham UNVR salah satu primadona di masa lalu kini belum bisa bangkit. Kinerjanya di 2023 makin terpuruk setelah ada aksi boikot. Kira-kira apakah saat ini harga saham UNVR sudah murah?

Hal ini juga terjadi ke beberapa saham stock split lainnya, seperti HOKI, PPRO, hingga ERAA. Beberapa saham yang stock split sepanjang 2023 hingga 2024 berjalan juga ada yang anjlok lebih dari 20 persen seperti, SMDR, TMAS, TUGU, TCID, SKLT, TBMS, dan SCCO. 

Selain itu, ada juga satu fenomena yang sering terjadi saat saham mau melakukan stock split, yakni mengalami kenaikan harga yang signifikan. Seperti, BBCA saat melakukan stock split di September 2021, harga sahamya mencatatkan kenaikan sekitar 11 persen dalam 2 bulan sebelumnya. 

Kasus teranyar, saham PBID juga naik sekitar 49 persen jelang stock split. Meski, dalam kasus PBID ada story pembagian dividen dengan tingkat dividend yield menarik. SMDR juga sempat naik hingga 34 persen dalam sebulan sebelum harga stock split terjadi. Termasuk INDS, yang bakal stock split di Juli 2024 telah mencatatkan kenaikan harga saham sebesar 48 persen dalam sepekan terakhir. 

Apakah ada korelasinya antara kenaikan harga saham sebelum dan penurunan sesudah stock split? 

Penurunan harga saham yang melakukan stock split bisa disebabkan beberapa hal ini: 

  • Secara fundamental, saham tersebut kurang menarik. Sehingga setelah stock split, para holder dari institusi yang kepemilikan jumlahnya meningkat melakukan penjualan. Masalahnya, jumlah lembar saham yang dimiliki juga meningkat sesuai dengan rasio stock split, sehingga tingkat daya jualnya menjadi terlihat besar dan memancing investor ritel juga jualan. Dari situ, tekanan jual saham stock split meningkat drastis. 
  • Selain itu, saham stock split juga meningkatkan supply saham beredar yang bisa ditransaksikan. Jika saham yang melakukan stock split itu tidak memiliki daya tarik seperti pertumbuhan kinerja bisnis yang menjanjikan hingga pembagian dividen dengan tingkat yield menarik, efeknya bisa jadi tekanan jual juga meningkat. 
  • Lalu, posisi harga saham sudah berada di posisi mahal sehingga setelah stock split menjadi waktu terbaik untuk para holder mulai jualan karena tingkat likuiditas meningkat. 

Lalu, hubungan antara kenaikan harga saham sebelum periode stock split terhadap aksi korporasi tersebut antara lain:

Jika saham tersebut rutin bagi dividen, akan lebih menarik memborong saham tersebut sebelum stock split terjadi. Hal itu dilakukan agar tingkat dividen yang didapatkan bisa setara dengan periode sebelum stock split. Soalnya, setelah stock split, jumlah saham akan dipecah sehingga nominal dividen per saham yang dibagikan menjadi lebih kecil. Hal itu yang memicu aksi borong saham dividen jelang stock split. Selain itu, kami tidak menemukan alasan kuat kenapa harus beli saham sebelum stock split.

Sebenarnya, jika membeli saham setelah stock split dengan tingkat modal yang sama tidak berbeda juga dengan tingkat dividen yang didapatkan. Hanya saja, bagi pemodal besar seperti modal Rp1 miliar ke atas, jika beli setelah stock split, investor atau trader itu butuh borong barang dengan jumlah lot lebih banyak. Hal itu jelas sulit karena akan membuatnya beli di beberapa lantai harga sehingga harga rata-ratanya bisa jadi kurang menarik, serta membutuhkan waktu.

Untuk itu, pemodal besar memilih masuk sebelum stock split agar lebih sederhana dalam transaksinya.

Sambil Menunggu Pasar Saham Kembali Bullish, Ini yang Investor Bisa Lakukan
Pasar saham terus tertekan, banyak yang frustasi sudah beli saham di harga murah tapi masih mengalami floating loss. Kapan pasar saham akan pulih kembali?

Hal yang Dilakukan Saat Saham Melakukan Stock Split

Kalau begitu, apa yang harus dilakukan saat emiten mengumumkan akan melakukan stock split? 

Ada beberapa hal yang bisa kamu pertimbangkan untuk menambah muatan sebelum stock split seperti: 

  • Saham tersebut memiliki tingkat dividen dengan yield menarik. 
  • Saham tersebut punya prospek pertumbuhan bisnis yang menarik
  • Saham tersebut tidak punya risiko utang yang besar
  • Harga saham tersebut masih wajar untuk diborong

Dengan keempat syarat itu, kamu bisa borong saham tersebut sebelum stock split. Kamu juga bisa mendapatkan keuntungan dengan mendapatkan tingkat dividen setara sebelum stock split. 

Namun, jika sahamnya tidak pernah bagi dividen, kinerja keuangannya fluktuatif, punya risiko utang besar, dan harganya sudah terlalu mahal, lebih baik skip dan tunggu masuk saat demand buy lagi tinggi. 

4 Saham yang Berencana Stock Split di Juli 2024

Ada empat saham yang berencana melakukan stock split, yakni DSSA dengan rasio 1:10, PUDP dengan rasio 1:2, ALDO dengan rasio 1:2. dan INDS dengan rasio 1:10. Mayoritas akan melakukan stock split di Juli 2024. 

Apakah tingkat rasio akan mempengaruhi pergerakan harga saham selanjutnya? 

Sebenarnya tidak juga, saham yang stock split dengan rasio tinggi belum tentu turun dalam maupun naik tinggi. 

Seperti TMAS yang stock split dengan rasio 1:46, harga sahamnya sudah turun 46 persen sejak stock split di Mei 2023. Sementara itu, saham GMTD yang stock split dengan rasio 1:10 malah mencatatkan kenaikan 66 persen setelah memecah saham sejak Januari 2024. 

Jadi tidak ada korelasi kuat antara rasio stock split dengan peluang kenaikan atau penurunan harga.

Mau Tau Saham Dividen  Apa yang Lagi Murah? Kami Akan Tulis di 24 Digest Juni (Publikasi Bulanan Mikirdividen)

Join Mikirdividen sekarang untuk mendapatkan banyak benefit serta strategi investasi dan diskusi dengan para investor saham. Berikut benefit gabung mikirdividen:

  • Update review laporan keuangan saham dividen fundamental bagus hingga full year 2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
  • Event online bulanan

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini