Meramal Skema Integrasi Gojek-Grab, Bikin GOTO Meroket?
GOTO dikabarkan lagi proses melakukan diskusi dengan Grab terkait rencana integrasi bisnis keduanya, tapi bukan merger. Terus apa? simak ulasan lengkapnya di sini
Mikirduit – Kabar Gojek merger dengan Grab kembali muncul ke publik setelah GOTO melepas sebagian besar sahamnya ke Tokopedia. Pertanyaannya, bakal menjadi seperti apa saham GOTO jika benar-benar merger dengan Grab?
Cerita merger Gojek dan Grab pertama kali dimulai sejak medio 2021 jelang perusahaan terbesar itu mau melakukan IPO di BEI. Namun, kabar yang sudah santer tidak menemukan kata sepakat karena terkait posisi pengendalian perusahaan.
Kabar ini kembali mengemuka setelah Bloomberg mengabarkan diskusi merger GOTO dan Grab kembali mencuat. Sumber yang dikutip Bloomberg mengungkapkan GOTO dan Grab dalam diskusi untuk membahas berbagai skenario sinergi dengan perusahaan ride hailing dari Singapura tersebut.
Dengan posisi Patrick Walujo yang merupakan investor dan juga CEO dari GOTO, hal itu membuat perusahaan asal Indonesia ini lebih terbuka untuk mencapai kesepakatan dengan Grab.
Meski begitu, sumber lainnya mengatakan kedua perusahaan lagi berdiskusi untuk mencapai kesepakatan. Namun, detail obrolan bersifat private. Namun, opsi yang ada disebut tidak mengarah kepada merger atau kesepakatan apapun. Melainkan, opsi penjajakan yang mencakup pemisahan pasar utama, seperti Grab mendapatkan kendali di Singapura dan beberapa negara lainnya, sedangkan GOTO akan pegang di Indonesia.
Sayangnya, valuasi masih menjadi hambatan utama untuk sampai kata sepakat. Apalagi, saham GOTO sudah turun 30 persen dalam 1 tahun terakhir, serta adanya kekhawatiran struktur kesepakatan dan tata kelolanya.
Pertanyaannya, sinergi apa yang dimaksud dan akan menjadi apa GOTO di masa depan jika jadi bersinergi dengan Grab?
Menganalisis Kemampuan Transaksi GOTO dan GRAB
Jika diadu kinerja kuartal III/2023, kondisi GRAB mungkin memiliki tingkat kerugian lebih rendah dibandingkan dengan GOTO. GRAB mencatatkan kerugian sekitar 496 juta dolar AS atau setara Rp7,74 triliun, sedangkan GOTO mencatatkan kerugian sekitar Rp9,54 triliun.
Dari segi pertumbuhan pendapatan, GRAB juga lebih unggul dengan mencatatkan kenaikan sebesar 83 persen menjadi 1,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp26,65 triliun, sedangkan GOTO mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 31 persen menjadi Rp10,51 triliun.
Menariknya, dari segi arus kas operasional, GRAB sudah mencatatkan angka yang positif senilai 364 juta dolar AS atau Rp5,68 triliun. Namun, jika dirinci, arus kas operasional GRAB ini bisa positif karena ada penghimpunan dana pihak ketiga dari lini bisnis Seabank. Sehingga bukan menjadi uang hasil bisnis GRAB, tapi hanya titipan dari nasabah. Lalu, dari segi GOTO masih mencatatkan arus kas operasional negatif senilai Rp4,21 triliun.
Jika dilihat kas dan setara kas, GRAB juga punya modal lebih besar sekitar 3,01 miliar dolar AS yang setara sekitar Rp47 triliun. Di sisi lain, kas dan setara kas GOJEK hanya sekitar Rp24 triliun. Lalu, bagaimana peluang merger akan terjadi?
Dengan kas dan setara kas terbatas karena posisi kinerja masih merugi, kecuali ada investor yang membantu GRAB atau GOTO untuk meningkatkan modal dan bisa mengakuisisi secara mayoritas, kemungkinan transaksi yang bisa dilakukan adalah share swap minoritas.
Nantinya, Gojek akan menguasai pasar di Indonesia yang bakal bagi hasil juga dengan GRAB karena ada kepemilikan minoritas. Nantinya, Gojek bisa jadi menyerahkan aset pasar di ASEAN kepada Grab dengan timbal balik kepemilikan minoritas di saham GRAB, sehingga GOTO tetap dapat bagi hasil di pasar ASEAN karena kepemilikan minoritas tersebut.
Dengan konsep begini, bisnis GOTO di Indonesia akan lebih sustainable karena tidak perlu perang harga lagi. Serta, GRAB juga bisa mengoptimalkan operasional di ASEAN selain Indonesia, dan GOTO bisa mengalihkan modal di ASEAN untuk optimalisasi operasional di Indonesia.
Tantangannya, apakah GRAB mau melepas market potensial menjadi berbentuk recurring income dari GOTO?
Nasib Customer dan Mitra Jika Transaksi Terjadi
Seharusnya, dengan GOTO menjadi pemain tunggal terbesar di Indonesia, perseroan punya kekuatan untuk menetapkan tarif batas atas jika diperlukan. Meski, menaikkan tarif bak pedang bermata dua:
- Ada potensi penurunan permintaan layanan meski nantinya secara akumulasi tidak akan turun signfiikan karena akan digabung dengan operasional Grab di Indonesia
- Ada potensi mitra makin sulit mencari customer karena penurunan tersebut, tapi hal itu bisa diimbangi dengan kenaikan kesejahteraan mitra
Dengan kondisi monopoli ini, ada kemungkinan konsumen harus terpaksa mengeluarkan biaya lebih tinggi jika benar-benar membutuhkan layanan GOTO, serta mitra harus rela mendapatkan pendapatan seadanya karena tidak ada pilihan lain.
Meski, GOTO juga akan mengatur strategi agar tidak ada penurunan signifikan dari jumlah konsumen dan mitra. Pasalnya, jika ada penurunan keduanya, bisa jadi bisnisnya malah surut.
Untuk itu, GOTO tidak akan meningkatkan tarif seenak jidatnya demi menjaga keberlangsungan bisnisnya. Namun, setidaknya dengan tidak ada GRAB, mereka bisa menekan strategi promo dan diskon sehingga margin keuntungan yang didapatkan lebih menarik.
Kesimpulan
Jika dilihat, bisnis on-demand alias Gojek hingga kuartal III/2023 mencatatkan rugi segmen Rp1,53 triliun. Posisi kerugian itu lebih rendah dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp6,1 triliun. Padahal insentif kepada pelaggan tetap naik tipis 12,5 persen menjadi Rp4,5 triliun.
Jika nantinya skala cakupan bisnis menjadi lebih kuat dengan integrasi bisnis Grab di Indonesia, serta asumsi insentif ke pelanggan tidak naik. Bisnis Gojek bisa mendekati balik modal lebih cepat. Profitabilitas juga bisa diraih jika bisnis keuangan mulai mencatatkan laba bersih.
Namun, catatannya, valuasi GOTO saat ini akan terhitung mahal karena telah melepaskan mayoritas kepemilikan Tokopedia.
Jika pegang harga GOTO di Rp60 dan Rp70 per saham mungkin cukup menarik untuk hold lebih lama lagi apabila transaksi Gojek-Grab ini benar-benar terjadi.
DISKON UNTUK PEMBURU SAHAM DIVIDEN DI BULAN PENUH CINTA
Kami berikan promo untuk member baru dengan potongan harga hingga Rp200.000 langsung hingga Akhir Februari 2024. (kuota promo terbatas siapa cepat dia dapat)
baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini