Nasib 3 Saham Milik Konglo, PTRO, CMNP, dan WIFI Ke Depannya

Ada 3 saham konglo yang jadi perhatian sepanjang pekan ini, yakni WIFI, CMNP, dan PTRO. Kira-kira, seberapa menarik saham-saham tersebut?

Nasib 3 Saham Milik Konglo, PTRO, CMNP, dan WIFI Ke Depannya

Mikirduit – Ada tiga saham yang terafiliasi dengan konglomerat dan harganya lagi naik signifikan, yakni PTRO, CMNP, dan WIFI. Kira-kira, bagaimana nasib ketiga saham tersebut, apakah bisa lanjut naik?

Saham PTRO

Setelah stock split, saham PTRO terus melaju naik. Kondisi ini di luar ekspektasi kami, yang memperkirakan ada potensi koreksi di saham PTRO setelah memecah saham dengan nominal cukup jumbo, yakni 1:10. 

Salah satu yang sempat jadi sorotan adalah PTRO mendapatkan kontrak jumbo jangka panjang senilai 1 miliar dolar AS dari INCO. Kabar tersebut menjadi pemantik lanjutan untuk kenaikan harga saham PTRO. 

Sepanjang 2024, perseroan tercatat mendapatkan beberapa kontrak baru dengan durasi sekitar 8 tahun. Selain INCO, ada dari PT Global Bara Mandiri, SINI, dan Niaga Jasa Dunia serta Bara Prima Mandiri. 

Jika dihitung dari keempat kontrak jangka panjang yang ditandatangani sepanjang 2024, INCO berpotensi mendapatkan tambahan pendapatan sekitar 294,52 juta dolar AS per tahun selama 8 tahun ke depan. 

Dengan tambahan pendapatan di masa depan itu, apakah saham PTRO sudah menarik sekarang?

Jika dikomparasikan dengan proyeksi kinerja sepanjang 2024 secara twelve trailing month, laba bersih PTRO bisa mencapai Rp98,21 per tahun yang bisa dirasakan per 2025. (Dengan asumsi pendapatan 9 bulan 2024)

Dengan asumsi itu saja, laba bersih PTRO akan meroket signifikan. Jika dibandingkan dengan proyeksi kinerja full year 2024 bisa naik 1357 persen. Berarti, apakah saham PTRO sudah murah? 

Dengan asumsi laba bersih Rp98 per saham, tingkat PE PTRO sebesar 37,36 kali. Jika dibandingkan dengan kontraktor pertambangan lain, UNTR yang punya diversifikasi bisnis lebih lengkap bisa menjadi lebih menarik dengan PE di bawah 10 kali. 

Lalu, bagaimana dengan dividen PTRO? dengan lonjakan pendapatan itu, apakah tingkat dividend yield perseroan bisa kembali tinggi. Jawabannya tidak juga, dengan asumsi laba bersih per saham Rp98 dan tingkat payout ratio sekitar 25 persen, berarti dividen PTRO sekitar Rp24,55 per saham atau yield per 17 Januari 2025 hany sekitar 0,67 persen. 

Kenapa bisa begitu? soalnya dalam 3 tahun terakhir, harga saham PTRO sudah naik 1.611 persen. Kenaikan harga saham itu sudah melampaui rata-rata pertumbuhan kinerja PTRO yang membuat meski laba bersih naik 1.357 persen, tingkat dividen yield terhitung jauh lebih rendah. 

Lagipula, salah satu momen dividen jumbo PTRO terjadi saat ada divestasi. Saat itu, PTRO membagikan dividen dengan tingkat payout ratio di atas 100 persen.

Saham CMNP

Saham CMNP sempat mengalami 3 kali ARA pada 14-16 Januari 2025 setelah muncul kabar Grup Salim akan masuk perseroan. Menariknya, rumor itu berasal dari ucapan Jusuf Hamka yang merupakan salah satu pemegang saham CMNP. 

Jusuf Hamka mengkonfirmasi soal Grup Salim yang akan masuk ke CMNP. Hal itu selaras dengan penunjukkan Arief Budhy Hardono sebagai Direktur Utama perseroan dalam RUPS terakhir. Jusuf menyebutkan Arief Budhy adalah salah satu yang aktif di Grup Salim.

Lalu, dua anak Jusuf Hamka, yakni FItria Yusuf dan Feisal Hamka juga mundur dari posisi Direktur Utama dan Komisaris Utama. 

Di sisi lain, CMNP memberikan keterangan kepada IDX jika perseroan belum menerima pemberitahuan ataupun korespondensi baik dari pemegang saham maupun pihak Grup Salim terkait rencana pengalihan pengendalian perseroan. 

Sampai saat ini, pengendali dari CMNP adalah BNP Paribas Wealth Management Singapore Branch dengan kode BP2S SG sebesar 59,93 persen. 

Jika Grup Salim menjadi pengendali CMNP, berarti bakal menguasai beberapa ruas tol seperti Ruas lingkar dalam kota Jakarta, Ruas tol Depok-Antasari, Ruas tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan, Ruas tol Simpang Susun Waru - Bandara Juanda Surabaya, dan Ruas tol Soreang-Pasir Koja. Per kuartal III/2024, pendapatan CMNP dari kepemilikan ruas tol tersebut mencapai Rp1,7 triliun.

Sejauh ini, melalui META, Grup Salim sudah memiliki sebagian saham beberapa ruas jalan tol, seperti Jalan Layang Tol Cikampek dengan kepemilikan 40 persen, Tol Jakarta Lingkar Barat dengan kepemilikan 25 persen. Serta, beberapa tol di bawah Margautama Nusantara yang statusnya menjadi entitas asosiasi setelah kepemilikan META terdilusi menjadi 43,39 persen pada 31 Desember 2023. 

Margautama Nusantara memiliki beberapa pengelolaan jalan tol seperti, Ruas Pondok Aren-Serpong, Pelabuhan Soekarno hatta-Pettarani, dan Tallo Bandara Hasanuddin. 

Jika benar mengakuisisi CMNP, skala kepemilikan jalan tol Grup Salim bisa menjadi lebih luas. Lalu, delisting sukarela-nya META yang masih dalam proses juga menjadikan langkah emiten itu sebagai holding bisnis dan investasi infrastruktur Salim, serta tetap menyertakan perusahaan terbuka lewat CMNP. Meski begitu, belum ada kabar resmi kepastian Grup Salim akan menjadi pengendali CMNP.

Peluang dan Risiko Dalam Private Placement Saham DEWA
Saham DEWA mau melakukan private placement. Gimana prospeknya? simakselengkapnya di sini.

Saham WIFI

Saham WIFI mencatatkan kenaikan harga saham yang cukup signifikan dalam 5 hari terakhir sampai akhirnya per 17 Januari 2025, saham tersebut terkena status unusual market activity (UMA). 

Saham WIFI meroket setelah adanya perubahan komposisi pemegang saham pengendali secara tidak langsung. Ada tiga pihak yang menjadi pemegang saham baru WIFI secara tidak langsung, yakni PT Arsari Sentra Data, Fadel Muhammad, dan Arwin Rasjid. 

PT Arsari Sentra Data menjadi pemegang saham terbesar kedua di WIFI setelah Tinawati sebesar 22,55 persen. Arsari Sentra Data masuk ke WIFI melalui PT Investasi Sukses Bersama yang menjadi pengendali WIFI. Jadi, Arsari Sentra Data tercatat sebagai pemegang saham 45 persen dari sosok pengendali WIFI tersebut. 

Kabarnya, Arsari Sentra Data ini adalah perusahaan milik Hashim Djojohadikusumo, adik dari Presiden Indonesia Prabowo Subianto. 

Selain itu, ada juga dua pemegang saham baru WIFI, yakni Fadel Muhammad dan Arwin Rasyid melalui akuisisi Media Wiguna Nusantara. Kedua pemegang saham anyar WIFI itu masing-masing terhitung hold sekitar 7,5 persen saham perseroan secara tidak langsung. Mereka membeli saham dari hasil divestasi Sinergi Investasi Digital melalui Media Wiguna Nusantara. Kini, Sinergi Investasi Digital hanya memegang 9,8 persen saham WIFI dari sebelumnya 24,8 persen.

Sebenarnya, kabar perusahaan Hashim akan masuk ke WIFI sudah terendus sejak Juni 2024. Kala itu, WIFI telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Arsari Sentra Data terkait investasi di PT Jaringan Infra Andalan, anak usaha WIFI. Kerja sama itu mencakup pengembangan internet broadband bagi 25 juta rumah tangga di Pulau Jawa.

Secara umum, bisnis terbesar WIFI adalah telekomunikasi. Bisnis telekomunikasi perseroan mencakup beberapa layanan seperti, Leased Core atau Dark Fiber, Leased Line, Colocation data center, Content Delivery Network, dan Fiberisasi Menara Telekomunikasi. Selain itu, perseroan juga memiliki bisnis periklanan dan portal web, serta platform digital. 

Secara kinerja keuangan, WIFI mencatatkan hasil yang cukup apik hingga kuartal III/2024. Perseroan mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 339 persen menjadi Rp152 miliar. Kenaikan laba bersih itu didorong oleh kenaikan pendapatan sebesar 46,18 persen menjadi Rp504 miliar. Lonjakan pendapatan perseroan didorong oleh kenaikan pendapatan di segmen telekomunikasi yang naik 136 persen menjadi Rp254 miliar. 

Ditambah, dari segi biaya pokok pendapatan juga turun saat pendapatan meroket. Sehingga, laba kotor perseroan naik 122 persen. Gross profit margin perseroan juga naik menjadi 60,91 persen dibandingkan dengan 39,96 persen pada periode sama tahun sebelumnya. 

Biaya operasional juga lebih efisien sehingga laba bersih bisa terbang 300 persen, serta tingkat net profit margin naik menjadi 30,12 persen dibandingkan dengan 10,02 persen pada periode sama tahun sebelumnya. 

Tantangannya adalah bagaimana ekspansi WIFI di 2025 untuk bisa menjaga pertumbuhan bisnis yang tetap agresif. Jika ada pertumbuhan bisnis yang lebih lambat, serta tidak ada sentimen penguat seperti masuknya Hashim di semester II/2025, saham WIFI bisa mengalami normalisasi.

Kesimpulan

Ketiga saham ini sudah mencatatkan kenaikan sangat signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Dengan tren saham konglo, peluang masuk ke saham-saham tersebut hanya untuk jangka pendek. Penyebabnya, bukan dari segi kenaikan yang terbatas, tapi lebih ke tingkat fluktuasi yang sangat tinggi. Untuk manajemen risiko, kita masuk dengan plan jangka pendek. 

Secara fundamental, dari ketiga saham itu, saham WIFI mungkin yang menarik. Tapi, karakter bisnis WIFI ini adalah defensif, yakni terkait telekomunikasi, terutama fiber optik. Sehingga pertumbuhan normalnya tanpa ada ekspansi jumbo akan cenderung terbatas. Meski, jika jaringan 5G meningkat, WIFI bisa mendapatkan berkah dari layanan fiberisasi menara.

Hanya saja, kami belum mendapatkan gambaran signifikan seberapa besar potensi revenue WIFI dari unit bisnis tersebut. 

Kalau kamu, sudah masuk atau baru mau watchlist yang mana nih?

PROMO JANUARI 2025: JOIN MIKIRDIVIDEN BONUS PAKET E-BOOK SAHAM PERTAMA

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .

Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.

Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Beberapa benefit baru yang sedang disiapkan:

  • IPO Digest Premium
  • Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
  • Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini