Nasib Saham BTPS, Eks Ladang Cuan TP Rachmat, yang Lagi Turun
Saham BTPS lagi dalam tren turun cukup dalam hingga tembus Rp1.800 per saham. Ada apa gerangan? apakah sudah murah atau ada masalah? cek di sini
Mikirduit – PT Bank Tabungan Pensiun Syariah Tbk. alias BTPS menjadi salah satu saham bank yang sering diperbincangkan banyak orang. Sebenarnya, kami penasaran, apa yang membuat saham bank ini menarik. Untuk itu, kami kulik saham BTPS di edisi notasi pekan ini.
Sejarah Saham BTPS
Sebenarnya, saham BTPS berawal dari sebuah bank kecil bernama PT Bank Purba Danarta yang diselamatkan T.P Rachmat pada 2007. Jadi, waktu itu, Bank Indonesia mewajibkan modal inti minimum bank sekitar Rp100 miliar. Jika tidak dicapai, statusnya turun kasta menjadi bank perkreditan rakyat.
Dipegang sejak 2007, T.P Rachmat terus menyuntikkan modal Bank Purba ini hingga diperkirakan hampir Rp200 miliar. Sampai akhirnya, BTPN, bank yang sempat dimiliki Northstar milik Patrick Walujo yang juga terafiliasi dengan T.P Rachmat mengakuisisi Bank Purba tersebut senilai Rp600 miliar untuk 70 persen sahamnya pada 2014.
Di sini, T.P Rachmat via Triputra masih memiliki saham cikal bakal BTPS sebesar 28,59 persen. Jumlah itu bertambah menjadi 30 persen setelah Triputra akuisisi 1,41 persen kepemilikan Yayasan Purba Danarta.
Setelah mayoritas sahamnya dimiliki oleh BTPN, Bank Purba pun disulap menjadi BTPN Syariah. Di sini, unit usaha syariah BTPN dioper ke bank tersebut dan menjadi entitas sendiri.
Setahun setelah menjadi bank umum syariah, kinerja keuangan BTPS ini memang cukup menarik. Pertumbuhan pembiayaan perseroan naik 50 persen menjadi Rp4,6 triliun. Lalu dana pihak ketiganya melejit lebih dari 600 persen menjadi Rp3,8 triliun.
Dari segi profitabilitas, BTPS mencatatkan pertumbuhan pendapatan distribusi bagi hasil hingga 46 persen, serta laba bersih 71 persen.
Sampai akhirnya, BTPS IPO pada 8 Mei 2018 dengan harga penawaran Rp975 per saham. Dari IPO, BTPS pun menghimpun dana sekitar Rp751 miliar. Saham BTPS yang IPO digawangi oleh underwriter PT Ciptadana Sekuritas ini terbang tinggi di hari pertama, meski tidak ARA.
Di sinilah, kisah manis BTPS sebagai saham bank [waktu itu masih bank kecil BUKU II] dianggap sebagai saham paling potensial dengan bisnis unik.
Selain itu, BTPS juga menjadi salah satu ladang cuan TP Rachmat, dengan modal sekitar Rp200 miliar, TP Rachmat mendapatkan keuntungan sekitar Rp600 miliar dari penjualan ke BTPN dan Rp1,38 triliun ketika melakukan penjualan bertahap saham BTPS setelah IPO pada 2019.
BACA JUGA: Saham Bank Paling Cuan Saat Suku Bunga Tinggi? Jawabannya TIDAK!
Deretan Alasan BTPS Menarik Minat Banyak Investor Ritel
Banyak deretan cerita tentang saham BTPS hingga dibanding-bandingkan lebih menarik ketimbang PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) maupun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI). Hingga BTPS dinilai menjadi salah satu saham yang memiliki economic moat. Apa gerangan?
Pertama, semua itu terkait dengan model bisnis BTPS di mana mereka mengejar segmen ultra mikro pra sejahtera. Saya [ketika masih menjadi jurnalis dulu] sempat ikut ke salah satu tempat komunitas debitur BTPS di wilayah Kota Bandung. Nah, tingkat pembiayaan mereka memang benar-benar usaha kecil dan sifatnya komunitas.
Jadi, mereka memberikan pinjaman untuk modal usaha tanpa jaminan sehingga tingkat suku bunga kreditnya cenderung tinggi. Perbedaannya, di sini ada komunitas solidaritas yang juga ngumpulin dana untuk membantu anggota komunitasnya jika kesulitan bayar cicilan, tapi masih ingin menjalankan bisnisnya.
Pola bisnis ini yang dianggap daya tarik BTPS, apalagi bank milik BTPN ini fokus juga untuk pembiayaan pemberdayaan perempuan.
Kedua, dengan model bisnis yang dianggap unik tersebut. BTPS mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang sangat tinggi.Hal itu wajar, karena BTPS menawarkan pembiayaan dengan bunga tinggi [kalau di syariah namanya margin]. Sampai laporan keuangan kuartal III/2023, margin pembiayaan BTPS itu hingga 25 persen sampai 30 persen. Dengan tingkat bagi hasil deposito hanya sekitar 4,71 persen sampai 4,89 persen per tahun.
Hasilnya ya terlihat, rata-rata net operating margin (NOM) BTPS di atas 10 persen, kecuali pada 2020 dan 2023. Dengan margin bisnis yang bagus itu, serta model bisnis pembiayaan yang bisa manajemen risiko segmen ultra mikro dengan baik, laba bersih BTPS melejit. Akhirnya, return on equity (ROE) BTPS selalu di atas 20 persen. Mengalahkan ROE BBCA yang rata-rata di atas 15 persen.
Namun, apakah itu cukup membuat saham BTPS ini menjadi menarik untuk jangka super panjang?
BACA JUGA: Ramalan Nasib Saham Bank Besar Setelah Laba Bersih Meroket
Membedah Kinerja Bisnis BTPS
Jika langsung mengacu kepada bottom line atau laba bersih BTPS, jelas ini sangat menarik sekali. Bayangkan, sejak 2013 sampai kuartal III/2023, rata-rata pertumbuhan laba bersih BTPS itu sekitar 44 persen per tahun.
Kinerja yang menarik? tapi bicara saham bank, kita tidak bisa cuma melihat laba bersih, banyak hal lainnya yang perlu diperhatikan terkait risiko bisnisnya.
Pertama, rasio kecukupan modal BTPS sangat tebal. Kami menilai ini cukup bagus untuk model bisnis yang sangat berisiko seperti perseroan. Pada periode 2014-2019, perseroan selalu mengalokasikan seluruh laba bersihnya untuk permodalan. Sehingga secara bertahap modal inti naik dan CAR bisa terjaga di level tinggi. Dengan begitu bantalan modal BTPS cukup terjaga. Hingga kuartal III/2023, CAR BTPS masih sebesar 48 persen dari rasio minimal basel 3 sekitar 8 persen dan rata-rata industri bank di Indonesia 20 persen.
Kedua, NOM BTPS sangat tinggi. Namun, ada catatan merah di sini, NIM BTPS mulai lunglai ke bawah 10 persen. Per kuartal III/2023, NIMnya cuma 8,07 persen. Penurunan NOM BTPS ini juga ada kaitannya terkait kenaikan beban bagi hasil sebesar 46 persen, sedangkan pendapatan pembiayaan cuma tumbuh 8,75 persen. Hal ini wajar karena tingkat suku bunga Bank Indonesia juga lagi berada di level tinggi.
Ketiga, Rasio pembiayaan bermasalah gross BTPS mulai tembus 3,02 persen. Ini angka yang mulai agak tinggi apalagi dengan portofolio pembiayaan berisiko BTPS. Namun, kami menilai rasio pembiayaan bermasalah BTPS ini masih bisa diatasi karena rasio kecukupan modalnya masih tebal. Paling nanti BTPS akan meningkatkan pencadangan lagi hingga 2024. Perseroan pun sudah meningkatkan pencadangan sebesar 88 persen menjadi Rp1,19 triliun pada kuartal III/2023.
Keempat, rasio likuiditas (financing to deposit) FDR BTPS selalu ketat. Sejak 2014 sampai saat ini selalu berada di atas 90 persen, meski tidak pernah sampai 100 persen. Kami menilai ini juga bagian strategi agar tidak ada dana menganggur dalam jumlah besar di deposito. Soalnya, portoflio dana pihak ketiga BTPN hampir lebih dari 60 persen itu ada di deposito. Dengan begitu operasional beban bagi hasil mereka bisa lebih efisien. Meski, hal ini tidak berlaku saat suku bunga tinggi.
Lalu, Sampai Kapan Saham BTPS Turun?
Ini pertanyaan banyak pihak, sebelum mengulik lebih dalam, saya (pribadi) kurang tertarik dengan saham BTPS ini. Alasannya, ini saham bank kecil. [ternyata laporan keuangan mereka agak beda dengan bank lain, catatan modal inti tier-1 tidak ditotal, sehingga yang terlihat cuma modal disetor di bawah Rp1 triliun sehingga saya sendiri selalu menganggap ini saham bank kecil). Ditambah, saya menilai saham BTPS sudah kehilangan gerbong taipannya sejak TP Rachmat menjual seluruh kepemilikannya kepada BTPN yang sudah ada di tangan Sumitomo pada 2019.
Namun, setelah mengulik, sebenarnya saham BTPS ini punya prospek bagus untuk ke depannya. Sekalipun BBRI sudah menjadi holding BUMN ultra mikro dengan menggandeng Pegadaian dan PNM. Apakah pasar BTPS akan tergerus? seperti jawaban manajemen BTPS dalam public expose di 2022, setiap bisnis pembiayaan memiliki segmennya masing-masing. Kami menilai BTPS punya segmen yang bakal sulit dijangkau oleh BBRI.
Masalahnya, dengan model bisnis BTPS itu, posisi dia bakal disulitkan ketika suku bunga berada di level tinggi lebih lama. Soalnya, perlambatan ekonomi akibat suku bunga tinggi akan menghantam segmen menengah ke bawah, termasuk para pebisnis ultra mikro yang dibiayai BTPS tersebut.
Hasilnya, BTPS harus menanggung beban bagi hasil lebih tinggi, serta bersiap menghadapi risiko kredit bermasalah yang meningkat. Apalagi, insentif restrukturisasi pembiayaan Covid-19 untuk UMKKM akan selesai pada kuartal I/2024. Di sini, kami tidak mendapatkan data nominal nilai restrukturisasi nasabah BTPS untuk Covid-19. Namun, hal itu bisa meningkatkan rasio kredit bermasalah perseroan di mana harus meningkatkan pencadangan sehingga ada indikasi laba bersih tergerus hingga 2024.
Bahkan, bisa jadi BTPS bakal absen bagi dividen terlebih dulu untuk meningkatkan kekokohan permodalannya. Di sini, daya tekanan jual saham BTPS berpotensi meningkat uuntuk sementara.
Kunci dari kebangkitan saham BTPS adalah ketika tingkat suku bunga mulai diturunkan. Di sana,kinerja keuangan BTPS bisa kembali pulih.
Lalu, apakah sekarang waktu beli terbaik untuk saham BTPS? jawabannya bisa iya, bisa juga tidak, nggak tegas ya? kenapa?
Begini, jika kita mau bandingkan BTPS dengan BRIS, jelas dalam kondisi saat ini harga lebih murah BTPS dibandingkand dengan BRIS. Price to Book Value (PBV) BTPS sebesar 1,43 kali di bawah rata-rata 5 tahunnya sebesar 3,98 kali, sedangkan PBV BRIS hampir 2 kali.
Namun, jika kita mau membahas bank menengah secara umum, banyak yang lebih menarik seperti, BJBR, BJTM, BBTN, hingga BDMN.
Dengan melihat rata-rata PBV ke-4 saham itu di bawah 1 kali serta di bawa rata-rata historisnya, jelas keempat saham bank itu lebih menarik dibandingkan dengan BTPS.
Jadi, tinggal kamu saja, memang fokus di saham syariah dan mau koleksi saham bank, bisa mulai cicil BTPS. Kenapa cicil? karena masih ada risiko penurunan lebih jauh akibat potensi penurunan kinerja keuangan. Namun, kalau kamu bukan syariah garis keras, bisa lah lirik saham bank menengah lainnya yang sudah murah.
Untuk yang lagi floating loss, bisa sabar sampai tingkat suku bunga Bank Indonesia diturunkan sih. Kira-kira ekspektasinya awal semester II/2024, jika perang Israel-Palestina nggak berkepanjangan yang bikin inflasi tetap tinggi.
Mau dapat guideline saham dividen 2024?
Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
Yuk langsung join Mikirdividen DISKON LANGSUNG Rp100.000 klik di sini ya
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini