Pelajaran dari China Dalam Menghadapi Tren Bearish Panjang di Pasar Saham
Pasar saham Indonesia mengalami penurunan signifikan sejak mencapai level all time high di September 2024. Kira-kira kanap pasar saham Indonesia pulihnya? kita perlu belajar dari pasar saham China

Mikirduit – IHSG sudah mencatatkan penurunan 18,71 persen dalam 7 bulan terakhir (sebelumnya sempat turun hampir 25 persen sebelum saham big bank kembali naik). Pertanyaannya, apakah setelah kenaikan IHSG yang signifikan pada sesi I 26 Maret 2025, akan menjadi titik pemulihan IHSG? mungkin kita termasuk pemerintah Indonesia bisa belajar dari China.
Penurunan IHSG kali ini ada kaitannya dengan risiko perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal seperti:
- Tren penurunan suku bunga The Fed yang melambat, otomatis tren penurunan suku bunga BI juga melambat.
- Aksi pengenaan tarif kepada negara-negara dengan posisi surplus perdagangan dengan AS oleh Trump, sedangkan Indonesia menjadi salah satu negara yang mencatatkan surplus perdagangan dengan AS.
- Perlambatan ekonomi China yang tidak kunjung pulih membuat permintaan komoditas mulai melambat sehingga berujung ke penurunan harga komoditas.
- Risiko defisit APBN yang melebar
- Pendapatan negara yang terganggu akibat sistem Coretax yang mengalami masalah
- Program pemerintah dinilai tidak berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi seperti, program makan bergizi gratis dan sebagainya.
- Indonesia terus mencatatkan deflasi sepanjang 2 bulan berjalan, yang jadi sinyal daya beli lemah.
- Isu risiko demokrasi dari kebijakan RUU TNI yang baru, meski pihak DPR dan pemerintah membantah dwifungsi TNI kembali diaktifkan.
- Kekhawatiran terkait Danantara, yang dianggap berisiko untuk perusahaan BUMN yang sehat jika pengelolaannya tidak bagus. Meski, kami menilai sejauh ini Danantara hanya bersifat pengelola dividen dan juga mengawasi kinerja portofolionya, tapi tidak terjun langsung ikut campur terkait operasional bisnis.
Dari sentimen-sentimen tersebut, beberapa riset asing, seperti MSCI dan Goldman Sach pun menurunkan rating peringkat pasar saham Indonesia menjadi underweight dari sebelumnya equal.
Hasilnya, sejak Oktober 2024 hingga saat ini, rata-rata transaksi harian, Indonesia cenderung mencatatkan net sell asing. Lalu, kapan bisa bangkitnya? nah, kita bisa melihat China yang pernah mengalami kondisi serupa sejak 2021 hingga mulai bangkit lagi di akhir 2024.
Lalu, apa yang terjadi dengan pasar saham China kala itu?
Pelajaran dari Pasar Saham China
Sebenarnya, pola pasar saham China di 2021 itu berbeda dengan pasar saham Indonesia.
Pasar saham Indonesia sudah mulai mencatatkan pertumbuhan yang stagnan (sideways) sejak Amerika Serikat mengumumkan program pengetatan moneter pada 2022. Sehingga, tren IHSG sejak April 2022 hingga Agustus 2024 cenderung stagnan.
Stagnansi IHSG itu pun ditopang oleh kenaikan harga luar biasa dari beberapa saham konglo seperti PANI, BREN, TPIA, PTRO, CUAN, dan AMMN. Jika tanpa kenaikan anomali dari saham-saham tersebut, mungkin IHSG masih dalam tren penurunan.
Namun, ada satu kesamaan yang menjadi risiko pasar saham Indonesia bisa seperti China periode 2021-2024, yakni risiko perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh faktor internal. (meski tetap ada campuran dari faktor eksternal)
Sementara itu, kejadian yang dialami pasar saham China selama periode 2021-2024 disebabkan oleh beberapa faktor internal seperti:
- Perlambatan ekonomi akibat kebijakan pembatasan sosial yang sangat ketat selama 3 tahun (2020-2023). Sehingga pemulihan ekonomi terhambat.
- Bisnis properti di China yang berkontribusi sekitar 25 persen dari GDP mengalami bubble. Terutama setelah Evergrande, salah satu perusahaan properti di China, mengalami gagal bayar utangnya. Apalagi, tren harga rumah baru di China juga mengalami penurunan terburuk dalam 9 tahun terakhir pada 2023. Faktor ini juga yang berkontribusi cukup besar terhadap perlambatan ekonomi China.
- Tindakan ketat China terhadap sektor teknologi membuat kapitalisasi pasar emiten teknologi besarnya turun 1 triliun dolar AS sejak November 2020 hingga 2023. Bahkan, tingkat penanaman modal asing di China juga mencatatkan penurunan terendah dalam 30 tahun pada 2023. Penyebabnya beberapa perusahaan memindahkan manufaktur ke beberapa negara lainnya seperti India, Meksiko, dan Vietnam karena adanya aturan privasi data dan tindakan regulasi yang sangat ketat.
Dari kondisi itu, indeks saham Shanghai mengalami penurunan sebesar 27 persen dari September 2021 hingga September 2024. Artinya, jika investasi saham di China sejak 2021 akan mengalami penurunan hingga 27 persen dalam 3 tahun.
Setelah pasar sahamnya mengalami penurunan yang cukup signifikan, regulator dan pemerintah China terus menggelontorkan berbagai kebijakan seperti:
- 18 Agustus 2023: OJK-nya China meluncurkan paket kebijakan yang bertujuan untuk menggairahkan kembali pasar modal seperti pemangkasan biaya perdagangan, aksi buyback saham yang lebih longgar, dan mendorong investasi dengan timeframe yang lebih panjang.
- 28 Agustus 2023: China mengurangi tingkat transaksi bea materai dalam perdagangan saham
- 23 Oktober 2023: Salah satu dana investasi milik negara China Central Huijin Investment mulai membeli ETF indeks saham China
- 30 Oktober 2023: puluhan emiten melakukan buyback untuk mendukung pemulihan pasar.
- 27 November 2023: Bursa saham China melarang pemegang saham pengendali di perusahaan tercatat menjual saham.
- 1 Desember 2023: China Reform Holdings Corp milik pemerintah mengaku telah membeli ETF yang fokus dengan perusahaan teknologi
- 22 Januari 2024: Pemerintah China mengatakan bakal menyuntikkan dana ke pasar modal
- 24-28 Januari 2024: Regulator memberlakukan pembatasan lebih ketat terkait transaksi repo saham. Bank sentral juga mulai melonggarkan kebijakan moneternya.
- 2 Februari 2024: Sayangnya, berbagai kebijakan itu belum bisa menggairahkan pasar modal China. Indeks CSI300 (seperti LQ45) malah turun ke level terendah sejak 2019.
- Sampai akhirnya, China mengumumkan rencana penggelontoran stimulus ekonomi dari Bank sentral of China pada September 2024. Dari sini, tren pasar saham China mulai menanjak lagi setelah cenderung turun dalam 3 tahun terakhir.
Di sisi lain, regulator lembaga jasa keuangan di Indonesia, OJK, merespons cepat terkait penurunan pasar saham Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Terutama, setelah pasar saham Indonesia sempat mengalami trading halt pada 18 Maret 2025.
OJK langsung mengeluarkan kebijakan jangka pendek dengan mengizinkan emiten untuk melakukan buyback tanpa RUPS (tapi harus tetap mengumumkan di keterbukaan informasi) selama 6 bulan ke depan (sampai Agustus 2025). Dengan harapan tekanan pasar saham mereda.
Kapan Pasar Saham Indonesia Kembali Bullish?
Kami menilai, risiko ekonomi makro Indonesia belum sepenuhnya keluar. Apalagi, kurs rupiah masih terus tertekan karena memang ada siklus kenaikan permintaan dolar AS selaras dengan periode pembayaran utang dalam dolar AS. Serta, belum ada sentimen makro ekonomi yang cukup positif.
Risiko lainnya adalah pengumuman hasil Produk Domestik Bruto Indonesia pada kuartal I/2025 yang menjadi penentuan, apakah mengalami perlambatan atau tetap stabil. Jika terjadi perlambatan, market akan menunggu reaksi pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang pro dengan pertumbuhan ekonomi.
Sehingga strategi investasi saham yang bisa dilakukan adalah melakukan aksi beli ketika ada tekanan market dalam jangka pendek, seperti di akhir Februari dan pertengahan Maret 2025. Lalu, atur alokasi modal agar bisa masuk jika ada momen menarik saat penurunan signifikan. Cara atur alokasi modal bisa dilakukan dengan masuk ke setiap saham secara bertahap. Jika modal terbatas masuk dalam cicilan yang lebih kecil tapi harus dipecah dalam rentang waktu yang agak lama. Misalnya, baru beli di trading halt kemarin, nanti masuk bisa nunggu rilis GDP kuartal I/2025.
Kami ekspektasi potensi pemulihan pasar bisa terjadi di semester II/2025 dengan sentimen pendukung jika The Fed mulai menurunkan suku bunga, sehingga BI ada ruang penurunan suku bunga, serta data GDP Indonesia kuartal II/2025 bisa lebih baik dibandingkan dengan kuartal pertama. Dalam jangka pendek bisa atur nafas hingga periode Juni-September 2025.
Kamu bisa mulai konsultasikan pilihan saham dari analisismu sendiri atau dibandingkan dengan pilihan kami dengan join Mikirdividen sekarang
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .
Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.
Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Beberapa benefit baru:
- IPO Digest Premium
- Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
- Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini