Peluang Saham Kawasan Industri Indonesia Meroket
Saham kawasan industri disebut dapat berkah dari investasi otomotif, logistik, dan data center. Bagaimana prospek saham kawasan industri ke depannya?
Mikir Duit – Beberapa perusahaan global dari sektor otomotif, logistik, dan data center dikabarkan mulai ekspansi ke Indonesia pada tahun ini. Hal itu membuat adanya sentimen positif ke saham sektor kawasan industri, tapi apakah prospek saham sektor itu juga berpotensi cerah?
Beberapa emiten kawasan industri memang telah mengumumkan adanya kenaikan permintaan kawasan dari beberapa sektor bisnis, seperti otomotif, logistik, dan data center.
Dari sektor otomotif, beberapa produsen mobil berencana ekspansi untuk mendirikan pabrik di Indonesia. Salah satunya, Agen pemegang merek (APM) KIA, mobil asal Korea Selatan, yakni Kreta Indo Artha.
Lalu, PT Astra Daihatsu Motor (ADM) juga mulai merealisasikan pembangunan pabrik mobil Karawang Assembly Plant (KAP) 2 yang berada di kawasan industri Suryacipta, di Karawang Timur.
Selain itu, Toyota Motor Co. juga berkomitmen untuk menambah investasinya di Indonesia senilai Rp27,1 triliun sampai 2026 nanti.
Saat ini, Toyota sudah memiliki beberapa pabrik di Indonesia, seperti Pabrik Sunter I untuk produksi kendaraan dan ethanol engine, Sunter II untuk press part dan casting, Karawang I untuk produksi Kijang Innova dan Fortuner. Karawang II untuk produksi Yaris, Vios, Veloz, Calya, dan SIenta, serta Karawang III utnuk produksi mesin bensin dan etanol tepe R-NR.
Selain nama yang sudah tenar tadi, ada juga produsen otomotif asal Inggris bernama Morris Garage (MG) yang telah memberikan kode ingin bangun pabrik di Indonesia.
Sementara itu, sektor logistik berpotensi memberikan pendapatan berulang yang besar kepada emiten kawasan industri karena strategi mereka cenderung untuk menyewa dalam kontrak jangka panjang.
Terakhir, sektor bisnis data center yang mulai menggeliat seiring perkembangan teknologi di Indonesia. Bahkan, PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) mengklaim sudah ada 14 tenant yang membeli lahan untuk data center di kawasannya.
Lalu, bagaimana prospek saham-saham kawasan industri tersebut?
Saham BEST
Saham BEST atau PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. menjadi salah satu emiten kawasan industri yang mencatatkan kinerja sensasional sepanjang kuartal I/2023. Pendapatannya naik 167,23 persen menjadi Rp197,43 miliar, sedangkan Laba bersihnya naik 722,52 persen menjadi Rp109 miliar.
Kenaikan laba bersih BEST lebih didukung oleh pengelolaan biaya yang tetap stabil, meski pendapatannya tumbuh signifikan.
Hal itu terlihat dari gross profit margin BEST naik menjadi 66,25 persen dibandingkan dengan 59,03 persen. Lalu, net profit margin juga naik menjadi 55,34 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang hanya 17,98 persen.
Adapun, pengerek pendapatan BEST datang dari penjualan tanah yang naik 338 persen menjadi Rp156,75 miliar.
Meski begitu, BEST malah mencatatkan penurunan marketing sales pada kuartal I/2023. Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, BEST hanya mencatatkan pra-penjualan seluas 2 hektar yang setara Rp51 miliar dari klien sektor otomotif dan logistik. Padahal, di periode sama tahun lalu, BEST mampu mencatatkan pra-penjualan 8 hektar setara Rp266 miliar.
BACA JUGA: Ini Pengertian Marketing Sales dan Perbedaannya dengan Pendapatan
Selain itu, BEST mencatatkan adanya penurunan rata-rata harga jual lahan menjadi Rp2,9 juta per meter persegi dibandingkan dengan RP3,3 juta per meter persegi. Walaupun, BEST mencatatkan potensi pra-penjualan sebanyak 77 hektare dalam pipelinennya.
Adapun, per Maret 2023, BEST masih punya land bank seluas 1.048 hektar dengan luas yang bisa dikembangkan seluas 699 hektar.
BEST adalah kawasan industri yang memiliki lahan di daerah Cikarang.
Saham KIJA
Saham KIJA atau PT Jababeka Tbk. juga menjadi salah satu emiten kawasan industri yang mencatatkan kinerja sensasional di kuartal I/2023. KIJA mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 503 persen menjadi Rp260,55 miliar.
Namun, pendorong laba bersih KIJA bukan semata-mata dari kenaikan pendapatan yang sebesar 55,21 persen menjadi Rp775 miliar. Namun, juga ada keuntungan selisih kurs yang mencapai Rp190,3 miliar dibandingkan dengan periode sebelumnya yang rugi kurs Rp23,05 miliar.
Dibandingkan dengan BEST, struktur pendapatan KIJA bisa dibilang lebih terdiversifikasi. Alasannya, pendapatan KIJA bukan sekadar dari penjualan lahan saja, melainkan ada dari pembangkit listrik yang porsinya cukup tinggi.
Meski, salah satu pendorong pendapatan saham KIJA adalah dari penjualan lahan yang siap dikembangkan, setelah tumbuh 693,05 persen menjadi Rp274 miliar. Di sisi lain, pendapatan dari pembangkitlistrik tumbuh 84,88 persen menjadi Rp237,42 miliar.
KIJA memiliki kawasan industri di beberapa wilayah seperti, Cikarang, Kendal, Tanjung Lesung, dan Morotai.
Saham SSIA
Saham SSIA atau PT Surya Semesta Internusa Tbk. menjadi salah satu emiten kawasan industri yang masih mencatatkan rugi bersih pada kuartal I/2023. SSIA mencatatkan rugi bersih senilai Rp9,33 miliar dibandingkan dengan sebelumnya Rp75,97 miliar.
Secara bisnis dari pendapatan hingga laba sebelum pajak sejatinya SSIA mencatatkan laba Rp9,04 miliar jauh lebih baik dari kerugian Rp73,07 miliar pada periode sama tahun lalu.
Hanya saja, mayoritas laba yang diperoleh itu berasal dari kepentingan non-pengendali.
Beberapa kepentingan non-pengendali yang terkait SSIA antara lain kepemilikan PT Nusa Raya Cipta Tbk. (NRCA), PT Suryalaya Anindita International, PT Surya Energi Parahita, PT Sumbawa Raya Cipta, dan PT SUrya Internusa Timur.
Secara model bisnis, SSIA sudah cukup positif. Hal itu terlihat dari arus kas operasional perseroan yang sudah positif Rp76 miliar dibandingkan dengan negatif Rp285 miliar.
Dari sisi pendapatan, SSIA mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 25,11 persen menjadi Rp958,95 miliar dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.
Pendorong pendapatan SSIA sendiri datang dari bisnis perhotelan yang mencatatkan kenaikan 196 persen menjadi Rp179,88 miliar. Lalu, ada tambahan pendapatan dari real estate senilai Rp42,56 miliar. Terakhir, pendapatan SSIA dari kawasan industri tumbuh 97,2 persen menjadi Rp5,23 miliar.
SSIA sendiri menjadi salah satu emiten kawasan industri yang memiliki kahan di kawasan Karawang dan Subang.
Saham AKRA
Saham AKRA atau PT AKR Corporindo Tbk. bukanlah saham kawasan industri. Bisnis AKRA lebih ke perdagangan BBM dan produk kimia. Namun, AKRA memang punya sedikit porsi kawasan industri yang dibangunnya di Gresik, yakni JIIPE.
Saat ini, kontribusi kawasan industri untuk pendapatan AKRA 5 persen. Namun, posisi pendapatan kawasan industri itu mejadi yang terbesar kedua setelah perdagangan dan distribusi.
Pertumbuhan pendapatan dari kawasan industri ini juga cukup masif di kuartal I/2023, yakni sebesar 825 persen menjadi Rp505 miliar.
Saham DMAS
Saham DMAS atau PT Puradelta Lestari Tbk. mencatatkan kinerja keuangan yang tidak seagresif BEST dan KIJA. DMAS justru mencatatkan penurunan laba bersih 60 persen menjadi Rp155,44 miliar. Hal itu disebabkan oleh penurunan pendapatan yang sebesar 63,97 persen menjadi Rp223,62 miliar.
DMAS mencatatkan penurunan pendapatan dari segmen industri sebesar 60,66 persen menjadi Rp169,51 miliar dibandingkan dengan periode sebelumnya Rp430,95 miliar. Meski, beberapa lini bisnis seperti hotel dan sewa masing-masing naik 21,2 persen dan 24,46 persen menjadi Rp2,74 miliar dan Rp2,68 miliar.
Adapun, DMAS mengungkapkan permintaan lahan industri perseroan sepanjang kuartal pertama ini datang dari sektor data center.
Sayangnya, manajemen tidak mengungkapkan penyebab penurunan pendapatan yang cukup drastis.
Saham DILD
Saham DILD atau PT Intiland Development Tbk. juga mencatatkan kinerja yang sensasional setelah meraup laba bersih Rp30,38 miliar dari sebelumnya rugi Rp72,7 miliar. Bottom line DILD yang akhirnya meraih laba itu didorong oleh pendapatan yang naik sebesar 174 persen menjadi Rp1,54 triliun.
Pendapatan DILD melejit karena didorong dari penjualan high rise atau gedung tinggi yang sebesar 883 persen menjadi Rp1,19 triliun. Namun, beberapa sumber pendapatannya yang lain seperti penjualan perumahan dan kawasan industri masing-masing turun 23,83 persen dan 59 persen.
Adapun, meski telah meraih laba bersih, DILD tetap mencatatkan arus kas operasional yang negatif Rp20 miliar.
Terkait kawasan industri yang potensial, DILD memiliki beberapa kawasan di daerah Tangerang (dekat Bandara Soekarno Hatta), Batang, dan Mojokerto.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, saham kawasan industri berada di valuasi yang masih murah, kecuali AKRA [Lagipula AKRA bukan saham yang fokus di kawasan industri]. Kelima saham kawasan industri, yakni BEST, KIJA, SSIA, DMAS, dan DILD posisi price to book value (PBV) saat ini berada di bawah rata-rata lima tahunnya.
Jika mengacu kepada kinerja kuartal I/2023, saham kawasan industri yang menarik antara lain, BEST dan KIJA. Alasannya, kedua emiten itu mencatatkan pertumbuhan bisnis yang signifikan secara operasional, meski dengan karakter bisnis kawasan industri, bukan berarti kenaikan kinerja itu akan berkelanjutan. Soalnya, di tahun depan bisa jadi malah melambat jika basis di tahun sebelumnya terlalu besar.
Namun, ada pula saham kawasan industri yang berpotensi turnaround story, yakni SSIA. Dengan kinerja saat ini, pertumbuhan bisnisnya sudah cukup bagus. Ditambah, jika kawasan industri di Subang sudah berjalan bisa makin mengerek kinerja keuangan saham tersebut.
Teranyar, pembangunan kawasan industri Subang tahap I milik SSIA itu akan menggelontorkan anggaran Rp1 triliun. Secara total, pembangunan kawasan industri itu akan memakan biaya hingga Rp5 triliun. Saat ini, proses pembebasan lahan calon kawasan industri itu sudah selesai 90 persen.
Kalau menurutmu, mana saham kawasan industri terbaik?