Pembiayaan Bermasalah Naik, Lampu Kuning Saham Multifinance?

Tren pembiayaan bermasalah di sektor multifinance meningkat, apakah ini tanda lampu kuning untuk ngejar harga saham sektor tersebut? berikut ulasannya.

Pembiayaan Bermasalah Naik, Lampu Kuning Saham Multifinance?

Mikirduit – Setelah segmen kredit mikro yang tertekan membuat kinerja BBRI lunglai, kini sektor bisnis multifinance yang punya eksposur pembiayaan otomotif juga mencatatkan kenaikan rasio kredit pembiayaan bermasalah. Hal ini berpotensi membuat laju pertumbuhan kinerja laba bersih emiten terkait mengalami penurunan karena kebutuhan pencadangan. Lalu, gimana nasib emiten sektor multifinance ini? 

Kami menyeleksi ada empat emiten Multifinance yang memiliki skala bisnis hampir apple to apple, yakni WOMF, BFIN, ADMF, dan CFIN. 

Jika dibuat perbandingan, dari segi pendapatan dan laba bersih, kinerja BFIN menjadi yang terburuk per kuartal I/2024. BFIN mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 5,62 persen menjadi Rp1,55 triliun, sedangkan laba bersih turun 29,1 persen menjadi Rp361 miliar. 

Lalu, ADMF menjadi yang paling perkasa setelah mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 14 persen menjadi Rp9,5 triliun, serta kenaikan laba bersih sebesar 21,08 persen menjadi Rp1,94 triliun. 

Sementara itu, WOMF mencatatkan pertumbuhan pendapatan paling tinggi sebesar 15,09 persen menjadi Rp539 miliar, tapi laba bersih hanya tumbuh 0,24 persen menjadi Rp62 miliar. Lalu, CFIN mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 11,42 persen menjadi Rp475 miliar, sedangkan laba bersih turun 18,07 persen menjadi Rp86 miliar. 

Kesamaan dari keempat emiten Multifinance ini adalah sama-sama mencatatkan kenaikan pembiayaan bermasalah nett sepanjang kuartal I/2024. 

Emiten Multifinance dengan NPF net terbesar adalah CFIN sebesar 1,37 persen dibandingkan dengan 1,29 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Lalu, menyusul WOMF sebesar 0,95 persen dibandingkan dengan 0,9 persen pada periode sebelumnya. 

Saham Multifinance dengan NPF nett terendah adalah ADMF sebesar 0,49 persen dibandingkan dengan 0,04 persen pada periode sebelumnya, lalu BFIN sebesar 0,23 persen dibandingkan dengan 0,15 persen pada periode sebelumnya. 

Kenaikan NPF Net itu pula yang mendorong saham Multifinance ini kompak mencatatkan kenaikan pencadangan rata-rata sekitar 33 persen. Hanya WOMF yang paling besar sebanyak 73 persen menjadi Rp112 miliar.

Penyebab Kenaikan NPF Net Saham Multifinance

Secara industri, OJK mencatat kenaikan NPF gross di industri Multifinance hingga April 2024 menjadi 2,82 persen dibandingkan dengan 2,44 persen pada periode sama tahun sebelumnya.

Seperti dikutip dari Kontan.co.id, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan kenaikan NPF Multifinance disebabkan penurunan penjualan mobil dan kondisi perekonomian. Jadi, tidak ada hubungannya dengan pencabutan restrukturisasi kredit Covid-19. 

Menurutnya, tingkat penunggakan pembiayaan Multifinance terjadi karena masyarakat fokus memenuhi kebutuhan primer terlebih dulu. Apalagi, dalam beberapa waktu terakhir terjadi kenaikan bahan pokok dari beras hingga gula. 

Hal itu menyebabkan terjadinya perlambatan penyaluran pembiayaan dengan kenaikan tingkat pembiayaan bermasalah sehingga NPF secara keseluruhan meningkat. 

Jika dilihat porsi penyaluran pembiayaan dari keempat saham Multifinance tersebut, hanya ADMF yang masih mencatatkan kenaikan agresif sebesar 24,77 persen menjadi Rp27,63 triliun sepanjang 3 bulan pertama di 2024. Sementara itu, ketiga saham Multifinance lainnya hanya mencapai kenaikan kurang dari 5 persen. (CFIN sebesar 4,23 persen, BFIN sebesar 1,97 persen, dan WOMF sebesar 1,22 persen)

Prospek Pasar Saham Indonesia Setelah di-Downgrade Morgan Stanley
Morgan Stanley downgrade pasar saham Indonesia menjadi underweight. Apa efeknya dan apa yang harus dilakukan investor dalam kondisi ini? simak ulasannya di sini.

 Prospek Saham Multifinance

Dengan adanya potensi kenaikan tingkat pembiayaan bermasalah, kondisi itu bisa membuat laba bersih emiten multifinance tergerus, terutama untuk tiga emiten seperti, CFIN, BFIN, dan WOMF. Sementara itu, ADMF bisa mencatatkan kinerja lebih sensasional dalam tekanan market jika mereka mulai konsolidasikan bisnis dengan MFIN dan Home Credit. 

Dengan menggunakan asumsi kinerja di 2024 akan tertekan, posisi keempat saham Multifinance aat ini bisa dibilang cukup mahal. 

Paling mahal adalah saham CFIN dengan asumsi harga wajar di Rp253 per saham, per 14 Juni 2024 harganya mencapai Rp480 per saham. 

Termahal kedua ada ADMF yang memiliki harga wajar Rp9,397 per saham, sedangkan harga per 14 juni 2024 senilai Rp11.825 per saham. 

Lalu, termahal ketiga ada WOMF dengan harga wajar Rp300 per saham, sedangkan harga saham 14 Juni 2024 senilai Rp300 per saham. 

Terakhir, ada BFIN yang memiliki harga wajar Rp774 per saham, sedangkan harga per 14 Juni 2024 senilai Rp810 per saham. 

Dengan posisi ini, kami merekomendasikan untuk wait and see dulu untuk masuk ke saham Multifinance. Apalagi, pekan ini ada rapat dewan gubernur BI yang ada peluang bank sentral kembali menaikkan suku bunga. 

Jika bank sentral kembali menaikkan suku bunga, ada risiko besar ke saham Multifinance tersebut.

Telah Dirilis Ulasan 31 Saham Dividen Paling Oke untuk Jangka Panjang Periode 2024

Yuk join Mikirdividen sekarang juga, kamu akan mendapatkan semua benefit di bawah ini:

  • Update review laporan keuangan saham dividen fundamental bagus hingga full year 2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
  • Event online bulanan

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini