Pengendali PANI Jual Saham Demi Free Float, Sinyal ARTO Jilid Dua?
Pengendali PANI baru jual 0,08 persen saham yang dimilikinya ke publik, tapi jadi muncul kekhawatiran, apakah ini akan jadi sinyal ARTO jilid dua?
Mikirduit – Pengendali PANI PT Multi Artha Pratama mulai melepas saham perusahaan yang mengelola area PIK 2 itu ke publik. Apakah ini menjadi akhir cerita kenaikan harga saham PANI?
Dalam keterbukaan informasi per 28 Oktober 2024, Multi Artha Pratama melepas sekitar 0,08 persen setara 14,23 juta lembar saham di harga Rp14.050 per saham pada 25 Oktober 2024. Sehingga pengendali PANI mendapatkan cash keras senilai Rp200 miliar. Tujuan penjualan transaksi itu adalah untuk meningkatkan free float atau saham yang diperdagangkan di bursa. Namun, apa hubungannya dengan aksi jual tersebut terhadap akhir kenaikan harga saham PANI?
Jumlah free float bisa mempengaruhi kenaikan dan penurunan harga saham. Pasalnya, semakin besar free float, berarti supply saham yang siap diperdagangkan juga semakin banyak. Untuk itu, harga saham berpotensi susah naik jika tidak memiliki fundamental yang spesial.
Selain itu, penjualan saham dari big fund atau middle fund (istilah yang menggambarkan investor dengan modal besar (termasuk pengendali) atau modal menengah) ke investor ritel bisa menjadi penanda harga saham akan tertekan. Apalagi, sebelum aksi penjualan itu harga saham sudah naik signifikan.
Salah satu kasus yang paling diingat adalah lonjakan saham ARTO (eks Bank Artos) sejak diakuisisi Northstar pada akhir 2019 hingga awal 2022. Harga saham ARTO yang kala itu di bawah Rp500 per saham tiba-tiba melejit hingga terbang hampir Rp19.000-an per saham. Bahkan, ARTO disandingkan dengan BBCA sebagai bank swasta terbesar di Indonesia yang pada periode 2020- September 2021 belum melakukan stock split. (saat itu harga BBCA di Rp25.000 sampai Rp30.000-an).
Setelah diakuisisi oleh dua entitas terafiliasi Northstar pada akhir 2019, porsi saham publik ARTO masih sebesar 48,57 persen. Harga saham ARTO naik tinggi setelah porsi publik tergerus hampir setengahnya menjadi 27 persen pada kuartal I/2022 (puncak dari harga tertinggi ARTO).
Kala itu, porsi publik ARTO mencuit setelah dua pemegang saham institusi lainnya masuk, yakni 21,4 persen dari PT Dompet Karya Anak Bangsa (Gopay) dan 9,08 persen dari GIC Private Ltd.
Sementara itu, meski porsi saham publik ARTO terlihat cukup besar, tapi Supply saham ARTO di investor perorangan pada 2021 hanya 8,18 persen yang terdiri dari 21.334 pihak. Mayoritas saham ARTO ada di tangan perseroan terbatas domestik sebesar 236 pihak sebesar 54,76 persen, dan perseroan terbatas asing sebesar 36,93 persen dari 233 pihak.
Saham ARTO mulai turun seiring dengan penambahan jumlah pihak investor perorangan lokal dan domestik, serta penurunan jumlah investor institusi. Dalam periode Oktober 2021 hingga Maret 2022, investor perorangan di ARTO meningkat 46,69 persen menjadi 31.295 pihak, sedangkan investor institusi turun 11,02 persen menjadi 210 pihak. Namun, tidak ada perubahan free float secara signifikan, tapi lembar saham tersebar ke lebih banyak investor.
Hal itu ditenggarai menjadi titik turunnya harga saham ARTO. Apalagi, jika melihat posisi per September 2024 dibandingkan Maret 2022, porsi investor perorangan di ARTO naik 5,79 persen menjadi 33.108 pihak, sedangkan investor perseroan terbatas domestik turun 0,95 persen menjadi 208 pihak.
Dalam hal ini, porsi free float ARTO tidak ada perubahan, tapi porsi investor perorangan meningkat dari 7,3 persen menjadi 8,8 persen.
Bagaimana dengan PANI?
Ada beberapa persamaan antara ARTO dengan PANI: kondisi awal ARTO memiliki free float yang besar, tapi setelah diakuisisi oleh Northstar, free float menciut karena Gopay dan GIC mengambil alih saham publik. Sehingga harga saham bisa meroket.
Sementara itu, PANI saat mulai diakuisisi oleh Grup Aguan juga memiliki free float sebesar 36 persen pada 2021. Lalu, jumlah free float itu langsung susut menjadi 11,93 persen pada 2022. Hal itu pula yang membuat harga saham PANI melonjak tinggi.
Jika jumlah pihak investor ritel terus bertambah seperti dalam kasus ARTO, bukan tidak mungkin PANI menjadi ARTO jilid dua. Tapi bukannya PANI memiliki land bank yang besar dan seharusnya memiliki harga lebih tinggi?
Sederhananya, jika membandingkan land bank, PANI per Juni 2024 bukan emiten properti dengan land bank terbesar.
PANI tercatat memiliki land bank yang belum dikembangkan seluas 9,05 juta meter persegi, sedangkan BSDE memiliki land bank yang belum dikembangkan seluas 36,48 juta meter persegi. Bahkan, SMRA dan DILD juga punya land bank yang belum dikembangkan lebih besar daripada PANI masing-masing sekitar 19,25 juta meter persegi dan 19,89 juta meter persegi. Cerita lengkap tentang sektor properti terbaru bisa cek di sini.
Sehingga, secara valuasi harga saham PANI saat ini sudah terlalu tinggi karena ada penurunan free float secara signifikan ketika backdoor listing.
Menurutmu, apakah PANI akan menjadi ARTO jilid dua?
Yuk Join Grup Mikirdividen untuk Dapat Pilihan Saham Investasi Jangka Panjang Serta Diskusi dan Update Saham Eksklusif Bersama Ratusan Investor Saham Lainnya
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini . Ada promo spesial diskon langsung Rp200.000 untuk langganan setahun! CUMA SAMPAI 31 Desember 2024 dan Kuota terbatas!
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini