Penyebab Harga Saham TLKM Turun, Dejavu Tahun 2020?
Saham TLKM sudah berada di harga terendah dekat dengan posisi saat pandemi Covid-19. Kira-kira, apa yang terjadi dengan saham TLKM, kenapa jadi terasa seperti dejavu 2020? simak selengkapnya di sini
Mikirduit – Saham TLKM terpuruk ke Rp2.500-an per saham, anggota DPR pun komplain dalam rapat komisi VI. Apa yang sebenarnya terjadi dengan TLKM?
Saham TLKM juga pernah mengalami hal serupa, yakni penurunan harga saham signifikan sebesar 27 persen dari April hingga November 2020. Padahal, di saat yang sama, saham-saham big caps lainnya mulai mengalami pemulihan harga saham.
Kala itu, harga saham TLKM turun hingga ke level Rp2.560 per saham, salah satu level terendah. Mayoritas pelaku pasar juga sudah pesimistis dengan saham TLKM kala itu.
Saat periode itu, ada dua hal yang disoroti terkait saham TLKM.
Pertama, terkait memanasnya hubungan AS dan China yang sempat berimbas terhadap pemblokiran Huawei. Hal itu membuat harga saham Telkom di Wall Street jatuh. Alasannya, TLKM memiliki beberapa kerja sama dengan Huawei dari pengembangan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi.
Kondisi itu juga membuat harga saham TLKM turun 26,69 persen sepanjang Juni 2020 hingga 30 Oktober 2020 di Wall Street. (Kode saham: TLK)
Kedua, Menteri BUMN Erick Thohir yang baru menjabat kala itu mengkritik TLKM habis-habisan. Dia menilai TLKM kurang memaksimalkan potensinya dan hanya mengandalkan Telkomsel sebagai cash cow-nya. "Kalau begini mah mendingan nggak usah ada Telkom dong?"
Dari situ muncul sentimen kalau Telkomsel berencana IPO di Indonesia. Namun, itu pun hanya isu yang tidak berdasar.
Ketiga, sejak Juli 2020, salah satu portofolio investasi dan entitas asosiasi TLKM, yakni PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk. (TELE), sekarang bernama Omni Inovasi Indonesia, mengalami PKPU sejak 3 Juli 2020.
Menariknya, harga saham TLKM saat itu terjadi saat kinerja perseroan dalam pertumbuhan positif, meski dilanda pandemi Covid-19. Pendapatan TLKM pada 2020 tumbuh 4,94 persen menjadi Rp143 triliun, sedangkan laba bersih TLKM naik 11,47 persen menjadi Rp20,8 triliun.
Apa yang Terjadi dengan TLKM Saat ini?
Sebenarnya, secara sektoral, saham telekomunikasi ini cenderung turun. Tercatat dari 23 saham di sub sektor telekomunikasi, hanya 6 yang menguat sepanjang 2024 (hingga 15 November 2024), yakni EXCL, SUPR, JAST, KBLV, dan BALI.
Sisanya, saham telko besar lainnya seperti, TOWR turun 27,78 persen, MTEL turun 18,44 persen, TBIG turun 10,29 persen, ISAT turun 5,71 persen. Namun, memang TLKM sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia turunnya cukup dalam mencapai 35,95 persen.
Lalu, apa yang terjadi?
Jika melihat pergerakan harga saham TLK di Wall Street yang mencatatkan penurunan 24,11 persen sejak akhir September. Penurunan itu lebih besar daripada di IDX yang sebesar 20,53 persen. Sehingga kami menilai terpilihnya Trump membuat kekhawatiran prospek TLKM yang masih punya beberapa kerja sama dengan Huawei menjadi terganggu.
Salah satu kerja sama terbaru antara TLKM dengan Huawei terjadi di awal 2024. Kala itu, TLKM dan Huawei menandatangani dua strategic partnership agreement terkait Home Broadband and 5G Innovation dan Talent Development.
Sehingga infrastruktur digital dan bisnis digital baru seperti eksplorasi penggunaan teknologi fiber dan 5G dengan infrastruktur dari Huawei.
Di sisi lain, TLKM juga lagi melakukan program pensiun dini sepanjang 2024. Hal itu membuat laba bersih TLKM tergerus 7,8 persen menjadi Rp11,76 triliun pada kuartal III/2024. Tekanan laba bersih terjadi akibat biaya program penisun dini senilai Rp1,18 triliun.
Namun, faktor program pensiun dini ini tidak berdampak negatif seterusnya. Soalnya, biaya program tersebut tidak akan tercatat di tahun depan, serta gaji dan tunjangan harusnya bisa tumbuh lebih tipis di 2025 karena program pensiun dini. Untuk itu, dari segi margin keuntungan, TLKM bisa mencatatkan posisi yang lebih baik di 2025.
Salah Harga
Namun, satu hal yang pasti, posisi harga saham TLKM saat ini cukup murah. Bayangkan, dengan posisi laba bersih yang sudah lebih tinggi dibandingkan dengan 2020 (Rp20,8 triliun di 2020 vs Rp22,73 triliun di 2024 asumsi Twelve Trailing Month), harga saham TLKM saat ini sudah seperti pada periode 2020.
Jika ditelisik secara fundamental tidak ada masalah yang signifikan juga. Risiko utang cenderung terkendali dengan tingkat debt to Equity rasio (DER) sekitar 0,36 kali, sedangkan Interest Coverage sekitar 8,29 kali.
Jika menggunakan proyeksi kinerja TLKM di 2024, kami ekspektasi dividen TLKM sekitar Rp176 per saham. Dengan menggunakan harga penutupan 15 November 2024, tingkat dividend yield-nya sekitar 6,95 persen. Angka yang cukup menarik ditambah potensi kenaikan harga jika net buy asing kembali meningkat.
Soalnya, penurunan saham TLKM sepanjang 2024 ada andil aksi net sell asing yang cukup besar. Secara total, net sell asing di TLKM sepanjang tahun hingga 14 November 2024 mencapai Rp2,2 triliun.
Dalam jangka pendek, kami ekspektasi TLKM bisa kembali ke Rp3.300 per saham, sebelum nanti bisa menuju target Rp4.200 saat kinerja sudah oke dan atmosfer ekonomi global membaik. Sehingga asing mulai mengembangkan aset di emerging market lagi.
Tantangan saham TLKM yang paling nyata adalah aksi Trump jika ada melakukan perang dagang dengan China dan bisa mempengaruhi mitra dari TLKM, seperti Huawei. Kami belum bisa memprediksi seperti apa dampaknya, tapi secara sentimen berpotensi terkena.
Jika di 2020 kemarin, posisi Trump mau lengser, tantangannya sekarang Trump baru mau mulai posisi jadi presiden untuk 4 tahun ke depan.
Dengan berbagai fakta itu, seberapa menarik saham TLKM menurutmu?
Yuk Join Grup Mikirdividen untuk Dapat Pilihan Saham Investasi Jangka Panjang Serta Diskusi dan Update Saham Eksklusif Bersama Ratusan Investor Saham Lainnya
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini . Ada promo spesial diskon langsung Rp200.000 untuk langganan setahun! CUMA SAMPAI 31 Desember 2024 dan Kuota terbatas!
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini