Penyebab Saham DRMA Jeblok Saat Laba Bersihnya Meroket
Saham DRMA bikin kejutan lagi hari ini, setelah rilis laba bersih meroket 55 persen, harga sahamnya malah terjun bebas. Apa masalah saham ini? simak selengkapnya di sini.
Mikirduit – Saham PT Dharma Polimetal Tbk. atau DRMA bikin terkejut. Laba bersih naik 55 persen, tapi harga sahamnya turun 12 persen pada perdagangan 5 Maret 2024. Apa yang terjadi dengan DRMA? Kami akan ulas detail apa yang terjadi dengan DRMA di kuartal IV/2023 hingga bikin laba bersih naik 55 persen dinilai kurang menarik.
Salah satu driver kinerja cemerlang DRMA adalah akuisisi PT Trimitra Chitrahasta, salah satu produsen komponen mobil dan motor milik Grup usaha dari Jepang, yakni Kuroda Group Co., Ltd.
DRMA memborong 72,75 persen saham TCH senilai Rp216,81 miliar. Dengan begitu, Trimitra Chitrahasta pun dikonsolidasikan ke kinerja DRMA di 2023.
TCH sendiri memproduksi komponen otomotif untuk pelanggan seperti, Yamaha, Daihatsu, Honda, Suzuki, Hyundai, Toyota, PT TS Tech Indonesia, PKMI, KYB, dan Hitachi. Aksi akuisisi selaras dengan lini usaha ini pun langsung mengerek kinerja DRMA.
Hasilnya, kinerja DRMA di kuartal I/2023 melejit 57,45 persen menjadi Rp1,44 triliun, sedangkan laba bersih meroket 87,38 persen menjadi Rp219,07 miliar.
Gross profit margin DRMA naik menjadi 17,89 persen dibandingkan dengan 15,19 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Lalu, net profit margin juga naik menjadi 15,19 persen dibandingkan dengan 12,76 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Sampai akhirnya, sepanjang 2023, pendapatan DRMA ditutup naik 41,88 persen menjadi Rp5,54 triliun, sedangkan laba bersih naik 55,2 persen menjadi Rp611 miliar.
Pertanyaannya, apa yang salah dengan DRMA di kuartal IV/2023?
Masalah DRMA di Kuartal IV/2023
Jika dilihat siklus kinerja DRMA sejak 2021, perseroan kerap mencatatkan kinerja kuartal keempat lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Namun, itu tidak terjadi di kuartal IV/2023.
Pendapatan dan laba bersih DRMA di periode Oktober-Desember 2023 menjadi yang terendah sepanjang empat kuartal tahun tersebut.
Pendapatan DRMA sepanjang Oktober-Desember 2023 senilai Rp1,296 triliun,lebih rendah dibandingkan kuartal II/2023 yang senilai Rp1,298 triliun. Padahal, pendapatan kuartal kedua itu sudah cukup rendah dibandingkan dengan kuartal pertama dan ketiga karena adanya libur lebaran yang cukup panjang.
Secara rinci, penurunan pendapatan yang signifikan terjadi di segmen onderdil roda dua sebesar 1,25 persen menjadi Rp688,6 miliar dibandingkan dengan Rp697 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.
Pendapatan dari onderdil roda empat memang ikut melambat, tapi masih lebih oke dengan kenaikan sebesar 14,49 persen menjadi Rp403 miliar.
Di luar adanya perlambatan pendapatan yang signifikan di akhir tahun, DRMA juga mencatatkan kenaikan biaya yang lebih tinggi di kuartal keempat 2023. Pada periode 3 bulan di kuartal keempat, laba bersih DRMA turun 34,25 persen menjadi Rp95,42 miliar dibandingkan dengan Rp145 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.
Hal itu disebabkan adanya kenaikan biaya yang terlihat dari penurunan margin keuntungan seperti, gross profit margin menjadi 15,58 persen dibandingkan dengan 16,83 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Net profit margin juga turun menjadi 7,36 persen dibandingkan dengan 11,64 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Penurunan margin disebabkan adanya kenaikan biaya yang lebih tinggi dibandingkan pendapatan. Seperti, beban pokok pendapatan yang terdiri dari biaya bahan baku dan ongkos produksi naik 5,5 persen menjadi Rp1,09 triliun. Padahal, epndapatan cuma naik 3 persen di periode tersebut.
Lalu, biaya beban pemasaran dan penjualan naik 65 persen menajdi Rp20,63 miliar. Kenaikan biaya penjualan didorong oleh kenaikan biaya pengangkutan. Ditambah, biaya umum seperti gaji pegawai naik 51,99 persen menjadi Rp81,34 miliar.
Prospek DRMA
DRMA bisa dibilang cukup ekspansif setelah IPO di akhir 2021. Sebelumnya, DRMA juga sempat membentuk perusahaan patungan dengan Sankei pada 2021. Perusahaan patungan itu pun mulai memasok komponen otomotif untuk Hyundai Motor Manufacturing di Indonesia sejak 2022. Untuk itu, bisa dibilang Hyundai menjadi kontributor pendapatan terbesar DRMA di segmen roda empat.
Dalam riset dari Sim Invest disebutkan, komponen otomotif roda empat bisa menjadi pendorong kinerja DRMA hingga 2027. Meski, jika melihat realita di 2023, tingkat margin keuntungan roda empat belum sebaik roda dua. Roda empat mencatatkan penurunan margin menjadi 16,07 persen dibandingkan dengan 16,2 persen pada tahun sebelumnya, sedangkan roda dua mencatatkan kenaikan margin keuntungan menjadi 20,44 persen dibandingkan dengan 16,72 persen.
Namun, manajemen DRMA mengungkapkan penurunan margin wajar terjadi karena perseroan memiliki lagging waktu untuk menaikkan harga ke konsumen seiring dengan kenaikan biaya. Jadi, risiko penurunan margin jangka pendek terjadi.
Jika harga baja bisa menurun akibat permintaan China yang melemah di 2024 itu bisa membantu margin keuntungan DRMA bisa naik lebih tinggi lagi.
Dari public expose akhir 2023, manajemen DRMA menyebutkan beberapa poin yang akan membantu pertumbuhan bisnisnya seperti:
- Optimalisasi market kendaraan lilstrik roda dua. Kini, perseroan mengembangkan battery pack brushless direct current motor, charging station, dan battery swap untuk mendorong pertumbuhan kendaraan listrik roda dua
- DRMA juga mengoptimalkan penjualan komponen ke segmen commercial vehicle, seperti Mitsubishi. Segmen kendaraan komersial ini diperkirakan masih mencatatkan pertumbuhan yang signifikan
- Beberapa pabrik DRMA meningkatkan kapasitasnya seperti untuk produksi Battery pack, serta Brushless Direct Current (BDC). kedua pabrik ini akan rampung pada kuartal pertama dan kedua di 2024
- DRMA sudah memiliki strategic partner dengan BMW, AUDI, dan Volkswagen untuk penyediaan charging station, tapi detailnya belum jelas akan seeprti apa
Dari proyeksi konsensus analis, kinerja DRMA diperkirakan masih bertumbuh hingga 2025. Pendapatan perseroan naik sebesar 15,72 persen menjadi Rp6,41 triliun di 2024, sedangkan di 2025 naik sebesar 10,59 persen menjadi Rp7,09 triliun.
Lalu, laba bersih DRMA diperkirakan naik 15,03 persen menjadi Rp704 miliar pada 2024 dan naik 15,06 persen menjadi Rp810 miliar pada 2025.
Secara valuasi, harga saham DRMA justru masih cukup menarik setelah penurunan cukup dalam di 5 Maret 2024. DRMA mencatatkan PE sebesar 8,15 kali. Posisi ini berada di level mendekati standard deviasi -2 PE DRMA dalam setahun terakhir di 7,71 kali.
Dengan mengasumsikan standard deviasi -1 DRMA untuk menghilangkan periode booming setelah akuisisi sebagai harga wajar. Berarti tingkat harga wajar DRMA berada di Rp1.410 per saham.
Apalagi, saham DRMA juga rutin bagi dividen sejak IPO. Rata-rata tingkat dividen DRMA sekitar 25 persen dari total laba bersih. Dengan begitu, perkiraan dividen DRMA di 2024 sekitar Rp32,5 per saham. Tingkat dividend yield-nya sekitar 3,06 persen jika menggunakan harga 6 Maret 2024.
Menurutmu, saham DRMA layak untuk diserok setelah turun dalam ini atau tidak?
MEMBURU DIVIDEN DI MUSIM RUPS TAHUNAN? YUK BELAJAR DAN DAPATKAN PILIHAN SAHAM DIVIDEN TERBAIK DI MIKIRDIVIDEN
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi bundling ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini