Penyebab Saham Grup Panin Murah Mulu, Kapan Mahalnya?

Pas kamu screening saham pasti ngecek kok saham grup Panin murah ya, menarik dong ini? eits, emang murah, tapi kamu harus tau kenapa sahamnya murah mulu dan nggak pernah mahal di sini.

Penyebab Saham Grup Panin Murah Mulu, Kapan Mahalnya?

Mikirduit – Saham Grup Panin sempat kompak meroket di 25 Maret 2024. Apakah pertanda saham-saham yang sudah murah itu bakal bangkit? kami akan ulas secara komprehensif apakah saham Grup Panin siap meroket atau sekadar fluktuasi rutin tahunan di mana valuasinya memang akan selalu murah. 

Ada sekitar tujuh saham yang punya afiliasi dengan Grup Panin. Ketujuh saham itu antara lain, AMAG, CFIN, PANS, PNBN, PNBS, PNIN, dan PNLF. Untuk di AMAG, kini kepemilikan Grup Panin hanya tersisa 7,76 persen melalui PNBN. 

Salah satu yang sering menjadi sorotan dari saham Grup Panin adalah valuasi yang secara price to book value (PBV) dalam posisi murah. Ketujuh saham itu memiliki PBV di bawah 1 kali. Bahkan, ada yang cuma 0,19 kali. Apakah berarti saham Grup Panin ini menjadi pilihan terbaik untuk para value investor?

Mencermati Pertumbuhan Organik Saham Grup Panin

Pertumbuhan bisnis Grup Panin secara organik atau operasional tanpa akuisisi bisa dibilang cukup moderat jika dilihat rata-rata pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tahunannya dalam periode 2008 hingga 2023. 

Misalnya, tren pertumbuhan laba bersih PNBN setelah periode Covid di 2020 hingga 2023 masih mencatatkan penurunan sebesar 4,96 persen per tahun. Padahal, BDMN maupun BNGA justru mencatatkan rata-rata pertumbuhan laba bersih tahunan masing-masing 36,55 persen dan 33,93 persen di periode yang sama tersebut. 

Dari sisi segmen asuransi, PNLF menjadi salah satu emiten asuransi terbesar dan PNIN ada di bawahnya. Namun, jika lihat tren pertumbuhan dari periode 2020-2022 (secara tahunan), PNLF mencatatkan tren penurunan laba bersih 1,12 persen, meski untuk PNIN naik 15,93 persen. 

Sementara itu, saham asuransi lainnya yang cukup likuid antara lain TUGU sepanjang periode 2020-2022 juga mencatatkan kenaikan laba bersih tahunan sekitar 13,24 persen per tahun. 

Dari segmen multifinance, CFIN mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan dalam 4 tahun terakhir sejak 2020. Rata-rata pertumbuhan laba bersih CFIN pada periode itu mencapai 105 persen per tahun. Namun ingat, kenaikan signifikan ini juga ada pendapatan jumbo dari kredit macet yang sudah dihapusbukukan kemarin sehingga labanya meroket.

Sementara itu, kompetitor CFIN seperti BFIN dan ADMF tetap bisa tumbuh sekitar 17,32 persen dan 23,71 persen per tahun pada periode yang sama. Dengan catatan, ADMF juga lagi gencar ekspansi secara anorganik dengan akuisisi Home Credit serta MFIN. Sementara BFIN terkoneksi dengan ekosistem di ARTO dan Gojek.

Lalu, untuk emiten bank syariahnya, PNBS memang mencatatkan pertumbuhan yang cukup agresif sepanjang periode 2020-2023. Namun, hal itu tidak lantas mengapresiasi harga sahamnya langsung naik dari dasar level Rp50 per saham. Hal itu disebabkan oleh masalah good corporate governance (GCG), di mana PNBS sempat terlibat skandal kasus kredit fiktif SNP Finance di 2019.

Proyeksi Nasib 5 Saham Dividen Jumbo 2023 di 2024, Masih Oke?
2023 bisa dibilang tahunnya saham dividen jumbo. Ada banyak saham yang bagikan dividen dengan tingkat yield di atas 10 persen. Namun, gimana nasibnya di 2024?

Grup Panin Tidak Agresif Mencari Pertumbuhan Anorganik

Jika bicara Grup Panin, kita akan jarang mendengar rencana pertumbuhan organik (akuisisi) di emiten yang terafiliasi langsung dengan Mu’min Ali Gunawan, founder Grup Panin, tersebut. Malah, paling sering mendengar rencana divestasi. Misalnya, salah satu cerita populer setiap tahun sejak 2013 adalah rencana divestasi ANZ dari PNBN. Cerita itu tiap tahun berkembang hingga muncul nama seperti Sumitomo yang kini pengendali BTPN dan MUFG yang kini pengendali BDMN tertarik untuk akuisisi PNBN. Namun, rencana itu tak kunjung terjadi. 

Sebenarnya, kabar rumor ANZ mau divestasi ini berawal dari kebijakan OJK terkait single presence policy untuk kepemilikan bank, terutama investor asing. ANZ yang juga punya Bank ANZ Indonesia harus dimerger dengan PNBN. Soalnya, ANZ memiliki kepemilikan dua bank di Indonesia tersebut. 

Di luar kisah PNBN, ada juga kabar Dubai Islamic Bank mau mengambil pengendalian PNBS dari Bank Panin pada medio 2022. Namun, rencana itu tak pernah terealisasi. Sampai detik ini, PNBS masih dikuasai oleh PNBN dengan kepemilikan 67 persen, sedangkan Dubai Islamic Bank hanya di 25 persen. 

Salah satu divestasi yang terjadi justru di lini bisnis asuransinya. Grup Panin melepas AMAG kepada Fairfax senilai Rp2,2 triliun pada 2016. Waktu itu, transaksi crossing grup Panin dengan Fairfax disebut sebagai transaksi tahap awal pengambilalihan saham asuransi tersebut. 

Saat ini, Fairfax menguasai sekitar 80% saham AMAG, sedangkan PNBN hanya memegang sekitar 7,76 persen.

CFIN pun sempat dikabarkan bakal diakuisisi oleh lembaga keuangan asing asal Asia Tenggara pada 2019. Bahkan, rumor tersebut sampai menyebutkan target harga belinya sekitar Rp700 per saham. Namun, hingga kini, CFIN masih menjadi bagian dari Grup Panin dengan kepemilikan 51,49 persen melalui PNBN. 

Masalah Pajak

Selain masalah PNBS terkait kasus kredit fiktif terkait SNP Finance, Grup Panin juga sempat menghadapi skandal pajak. 

Jika kami lihat dari berita Emitennews.com berjudul Temuan Pajak bengkak Jadi Rp1,3 triliun, Simak Penjelasan Bank Panin, kasus ini mulai ramai sejak akhir 2021. Kala itu diduga ada temuan pajak PNBN mencapai Rp1,3 triliun. Sempat ada bantahan dan tengah melakukan pembahasan. Persoalan pajak ini berlanjut hingga di 2023. 

Sampai akhirnya di Januari 2023, Kuasa Khusus Wajib pajak PNBN Veronika Lindawati divonis 2 tahun penjara dan denda Rp100 juta dengan subsider kurungan 3 bulan. Hal itu disebabkan oleh temuan tim pemeriksa pajak pada Desember 2017 yang mendapatkan temuan kurang bayar pajak Rp926 miliar. 

Kala itu, Veronika bernegosiasi agar pajak PNBN cukup diangka Rp300 miliar dengan komitmen fee sekitar Rp25 miliar. Dari situ, pajak PNBN menjadi Rp300 miliar. Veronika dituduh menyerahkan sebagian fee 500.000 dolar Singapura dari Rp25 miliar yang dijanjikan.

Jarang Bagi Dividen

Dari 6 saham Grup Panin, tercatat hanya PANS yang rutin bagi dividen sejak 2000 hingga saat ini. Tingkat dividen yang dibagikan juga cukup besar dari segi dividen yieldnya. Seperti, terakhir PANS bagi dividen senilai Rp250 per saham, jika dihitung tingkat dividen yield saat pengumuman itu setara dengan 12,9 persen. 

Di luar PANS, tidak ada lagi saham Grup Panin yang rutin bagi dividen, meski dalam 2 tahun terakhir mulai bagi dividen. 

Misalnya, PNBN baru bagi dividen lagi pada 2022 silam senilai Rp20 per saham. Itu menjadi dividen pertama PNBN sejak 2005. Namun, PNBN kembali absen bagi dividen pada 2023. 

Begitu juga dengan PNLF yang bagikan dividen pada 2022 senilai Rp10 per saham. Itu pun jadi dividen pertama PNLF sejak 2005. Namun, tren pembagian dividen juga terputus di 2023. 

CFIN menjadi saham Grup Panin yang bisa bagi dividen 2 kali berturut-turut dari 2023 hingga 2024. Alasannya, kinerja laba bersih CFIN lagi oke. Setelah mendapatkan kenaikan laba signifikan karena pencadangan lebih rendah di 2022 sehingga bisa bagi dividen di 2023. Kini, CFIN bisa bagi dividen di 2024 karena ada berkah pembayaran kredit yang sudah dihapus buku pada 2023. Sehingga laba bersih CFIN meroket tinggi di 2023. Namun, pertanyaannya, setelah ini, apakah CFIN bakal tetap rutin bagikan dividen? toh sebelum 2023, terakhir kali CFIN bagikan dividen itu di 2013. 

Sementara itu, PNIN sudah tidak bagikan dividen sejak 2013. Terakhir, PNIN bagi dividen Rp5 per saham pada periode tersebut.

5 Saham Dengan Laba Selalu Naik Selama Setengah Dekade
Salah satu saham yang bagus untuk investasi adalah yang memiliki pertumbuhan kinerja keuangan dan bisnis konsisten. Apakah ada saham seperti itu di Indonesia? berikut list-nya nih.

Kesimpulan

Jika melihat dari uraian permasalahan Grup Panin yang harga sahamnya murah itu, kami menilai ada beberapa hal yang bisa membuat saham Grup Panin kompak naik.

  • Kenaikan kinerja keuangan (untuk emiten keuangan bisa dipicu penurunan pencadangan dan hal lainnya seperti pembayaran kredit yang dihapusbuku yang dialami CFIN)
  • Kabar salah satu bagian Grup Panin mau diakuisisi (seperti siklus kisah PNBN setiap tahun sejak 2013)
  • Adanya pembagian dividen setelah beberapa tahun puasa, atau tiba-tiba nominal dividen menjadi jumbo

Namun, setelah semua itu mereda, ada potensi harga saham dari Grup Panin kembali mereda. Hal itu terlihat dari rata-rata kenaikan harga saham Grup Panin dalam 10 tahun terakhir tidak ada yang naik lebih dari 5 persen per tahun. Tercatat, hanya PNBN yang mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 4,78 persen per tahun pada periode 10 tahun terakhir. 

Bahkan, PANS yang rutin bagi dividen malah mencatatkan penurunan harga 9,55 persen per tahun dalam periode 10 tahun terakhir.

Sekarang, kamu masih menilai harga saham Grup Panin sudah murah?

Musim Bagi Dividen Nih, Mau Tau Saham Dividen yang Oke dan Bisa Diskusi serta Tau Strategi Investasi yang Tepat?

Yuk join Mikirdividen, masih ada promo Berkah Ramadan hingga Rp200.000. Berikut ini benefit yang akan kamu dapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini

Sumber: