Peter Lynch Sebut Market Crash 1987 Biasa Saja, Ini yang Lebih Seram

Peter Lynch menilai market crash 1987 biasa saja. Malah, dia bilang paling menyeramkan itu di 1990. Kenapa? apa itu yang jadi alasannya pensiun?

Peter Lynch Sebut Market Crash 1987 Biasa Saja, Ini yang Lebih Seram

Mikir Duit – Peter Lynch pernah mengungkapkan kalau market crash pada 1987 tidak menyeramkan. Malah, Lynch lebih resah saat adanya gejolak di 1990. Kali ini, bagian terakhir dari kisah inspirasi Lynch di Mikirduit, mengungkapkan apa yang dilakukan sang investor kawakan saat market crash besar di 1987.

1987, itu menjadi tahun yang kelam bagi pasar saham, bukan cuma di Amerika Serikat, tapi juga seluruh dunia. Black Monday, itu adalah istilah yang menggambarkan market crash 1987. Penyebabnya masih misterius dari ada dugaan kegagalan produk asuransi portofolio saham hingga banyak kemungkinan lainnya.

Namun, dari 1987 itu, pasar saham mulai membentuk circuit breaker, yakni sebuah tools untuk memutuskan perdagangan saham sementara saat terjadi crash yang signifikan atau pergerakan harga saham yang sangat fluktuatif.

Circuit breaker ini terdiri dari tiga bagian, trading halt (menghentikan seluruh perdagangan di bursa selama periode tertentu), auto rejection (menghentikan transaksi perdagangan saham yang dinilai terlalu fluktuatif dalam waktu singkat secara harian bahkan hitungan jam), hingga suspend (menghentikan transaksi saham yang bergerak di luar nalar sampai diketahui penyebabnya).

Lalu, apa yang dilakukan Peter Lynch saat pasar saham mengalami market crash tersebut?

BACA JUGA: Kisah Peter Lynch Bisa Cuan Luber-luber dari Saham yang Mau Bangkrut

Peter Lynch: Market Crash Karena Euforia Terlalu Besar

Peter Lynch bercerita ketika market crash pada 1987, dirinya sedang berlibur bersama istrinya ke Irlandia. Itu adalah liburan pertamanya dalam 8 tahun terakhir, serta kunjungan pertamanya ke Irlandia.

Lalu, hari Jumat sebelum Black Monday terjadi, Lynch melihat pasar saham turun 115 poin. Di sini, dia mengatakan ke istrinya, jika pasar saham turun di hari Senin, kita lebih baik pulang.

Benar saja, hari Senin terjadilah market crash, pasar saham turun 508 poin.

"Aku kehilangan sepertiga kelolaan dana karena penurunan harga saham tersebut. Saya pikir minggu ini akan menjadi minggu yang berat, jadi akhirnya pulanglah dari Irlandia," ceritanya.

Lalu, apa yang Lynch lakukan setelah pulang? mungkin banyak yang prediksi dia bisa menyelamatkan semuanya saat sudah terjadi. Lynch bilang, tidak ada yang bisa dilakukan dengan kondisi pasar yang lagi hancur lebur.

"Hanya saja, saya ingin pulang secepat mungkin untuk melihat kondisinya" ujarnya.

Alasan Peter Lynch Sebut Market Crash 1987 Sama Sekali Tidak Menyeramkan

Lynch menilai market crash 1987 terjadi karena pasar saham masuk ke fase euforia. Bayangkan, pasar saham AS pada 1982 itu berada di level 777, lalu melejit dalam empat tahun menjadi 1.700. Kemudian, dalam setahun hingga Agustus 1987 menjadi 2700. Artinya, ada kenaikan 1.000 poin hanya dalam setahun. Padahal, sebelumnya butuh waktu 4 tahun untuk naik 1.000 poin.

Kemudian turun 1.000 poin lagi dalam dua bulan, dengan 500 poin terjadi pada hari terakhirnya. Jadi, sebenarnya, pasar saham bergerak sideways, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Namun, semua orang hanya melihat penurunannya, tapi tidak melihat kenaikan sebelumnya.

Dalam periode euforia itu, semua orang pun membicarakan saham. Saat pesta, semua berbagi rekomendasi sahamnya. Padahal, beberapa tahun sebelumnya, terutama di periode stagflasi 1970-an, semua orang benci saham dan anti saham.

Di sini, Lynch melihat fundamental keuangan emiten itu baik-baik saja. Artinya, market crash bukan disebabkan oleh gejolak ekonomi, tapi karena bubble euforia pasar saham yang terlalu tinggi.

Soalnya, semakin harga saham bergerak tinggi tidak sesuai fundamentalnya, itu akan menganggu ekspektasi di masa depan. Misalnya, harga saham sudah naik 100 persen, tapi ternyata pertumbuhan laba per saham, pembagian dividen, tumbuh, tapi ya biasa saja. Akhirnya, berpengaruh terhadap banyak rasio yang membuat pasar saham crash juga.

"1987 itu fenomena unik, saya membeli saham berdasarkan fundamental jadi ya semua baik-baik saja. Bahkan, ada saham-saham yang bagus yang menarik dibeli. Jadi, 1987 benar-benar tidak menyeramkan sama sekali," ujarnya.

Kenapa 1990 Lebih Menyeramkan daripada 1987?

Menurut Lynch, gejolak tahun 1990 malah jauh lebih menyeramkan dibandingkan dengan market crash 1987.

Ada apa di 1990? waktu itu Irak di bawah Saddam Hussein disebut ingin invasi Kuwait. Di sini, Amerika Serikat turun tangan dengan mengirimkan 500.000 pasukan untuk melindungi Arab Saudi.

Kejadian itu membuat kekhawatiran efek perang ke ekonomi AS saat perang Vietnam kembali terulang. Soalnya, pihak militer berkata ini akan jadi perang yang mengerikan. Apalagi, saat itu Irak memiliki pasukan militer terbesar keempat di dunia.

Di sisi lain, ekonomi domestik AS juga sedang tidak baik-baik saja. AS mengalami krisis perbankan ketika bank besar seperti Bank of America lagi kesulitan. Hasil dari krisis perbankan itu, AS mengalami resesi selama 8 bulan.

Lynch bercerita, situasi pada 1990 sangat seram. Perbandingannya dengan 1987, waktu saya menelpon emiten dan bertanya kondisinya, mereka semua kompak bilang baik-baik saja. Pada 1990, mereka bilang bisnisnya kacau.

Menariknya, di tahun itu jugalah Peter Lynch memutuskan pensiun dini. Hal itu sangat mengejutkan banyak orang hingga ada yang bertanya, "Apakah ada begitu banyak tekanan karena mengelola uang orang lain?"

Lynch menjawab bukan tekanan. Saya sangat menyukai pekerjaan ini [sebagai fund manager]. Ini adalah tempat yang bagus untuk bekerja.

"Saya pun bisa mengunjungi banyak perusahaan tanpa izin yang ketat. Saya punya kebebasan dan banyak tanggung jawab. Namun itu bukan tekanan, saya hanya butuh lebih banyak waktu. Saya bekerja 6 hari seminggu, dan itu sangat tidak cukup untuk melakukan semuanya," ujarnya.

Dan Peter Lynch tidak pernah mengungkapkan secara nyata apa yang membuatnya pilih pensiun dini di usia 46 tahun.

Kesimpulan

Jika merujuk kisah Lynch kali ini, sebuah petaka di pasar modal bukanlah ketika harga saham turun drastis seperti market crash 1987. Namun, petaka terbesar adalah ketika bisnis perusahaan mulai tergelincir kacau karena ekonomi buruk.

Kalau kinerja keuangan kacau ya bakal berpengaruh juga ke harga saham. Penurunan harga saham mungkin akan terjadi hingga keuangan perusahaan membaik dan ekonomi pulih. Di sisi lain, kalau sekadar market crash karena euforia pasar yang berlebihan tanpa ada efek fundamental, ya bukan hal menakutkan.

Catatannya, kesimpulan ini untuk kamu yang investor saham ya, bukan trader. hehe