Potensi Harga Saham BBRI Rebound Setelah Laba Bulanan Turun 50 Persen
Saham BBRI kena serang panic selling setelah kinerja laba bersih Januari 2025 turun. Untuk itu, kami akan memberikan penjelasan di sini terkait prospek saham BBRI

Mikirduit – Saham BBRI bikin kejutan setelah mencatatkan penurunan laba bersih hingga 50-an persen per Januari 2025. Apakah ini tanda saham BBRI akan mengalami sunset bisnis? kami akan mengulas kinerja BBRI dan peluangnya kali ini.
BBRI mencatatkan penurunan laba bersih per Januari 2025 hingga 58,34 persen menjadi Rp2 triliun dibandingkan dengan Rp4,8 triliun pada Januari 2024.
Beberapa faktor penyebab penurunan antara lain:
Pertama, pendapatan bunga bersih turun 7,63 persen menjadi Rp8,92 triliun. Penurunan pendapatan bunga bersih disebabkan oleh perlambatan kredit yang sudah terjadi sejak November 2024.
Perlambatan kredit BBRI terjadi karena risiko kredit yang masih cukup tinggi dan kondisi ekonomi melambat.
Di sisi lain, tren kredit bulanan BBRI sudah mengalami penurunan sejak November 2024 disebabkan adanya hapus buku. Kami menilai hapus buku itu juga berkaitan dengan program pemerintah sebelumnya, menghapus buku kredit yang macet.
Kedua, pencadangan BBRI naik 188 persen menjadi Rp5,62 triliun. Beberapa penyebab dan alasan kenapa BBRI mencatatkan kenaikan pencadangan di Januari 2025, yakni basis pencadangan BBRI di Januari 2024 masih rendah hanya Rp1,95 triliun dibandingkan dengan periode Oktober-November yang rata-rata sudah Rp3,5 triliun. Pasalnya, BBRI baru mulai menaikkan pencadangan sejak insentif restrukturisasi kredit UMKM pasca Covid-19 dihentikan pada Maret 2024.
Selain itu, kami melihat ada anomali pencadangan bulanan BBRI di Desember 2024 yang hanya Rp1,2 triliun. Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kami berasumsi itu strategi window dressing laporan keuangan agar bisa menjaga posisi laba bersih full year BBRI tetap positif.
Sehingga jatah pencadangan di Desember dipindahkan ke Januari 2025 dan membuat angka pencadangan di Januari meningkat.
Manajemen pun membahas hal itu dengan menyebutkan akan melakukan front-loading dalam pencadangan atau penempatan pencadangan lebih besar di awal tahun.
Jadi, apakah ini sebuah pertanda buruk?
Sudut Pandang Prospek BBRI
Kami akan memberikan sudut pandang BBRI dari peluang dan risikonya.
Dari segi peluang: kami melihat tingkat cost of fund secara twelve trailing month (meski tidak bisa dijadikan acuan pasti) mengalami penurunan tipis dari 3,76 persen menjadi 3,75 persen. Dengan penurunan suku bunga BI sebesar 75 bps, ada potensi tingkat cost of fund makin membaik, terutama di semester II/2025. Alasannya, di semester II/2024, tingkat suku bunga BI lebih tinggi 25 bps dibandingkan paruh pertama semester I/2024, sedangkan di semester II/2025 efek lagging penurunan suku bunga sebesar 75 bps bakal lebih terasa sehingga perbankan bisa lebih efisien dari segi biaya dana.
Selain itu, kami ekspektasi tingkat pencadangan bulan selanjutnya bisa lebih baik. Pasalnya, di Januari dari manajemen telah merencanakan ada front loading, sedangkan dari data historis kami ekspektasikan memang ada window dressing laporan keuangan di Desember 2024. Dua hal itu punya korelasi yang berhubungan. Sehingga pencadangan selanjutnya bisa sekitar Rp1 triliun - Rp3 triliun per bulan.
Dengan dua faktor, yakni penurunan cost of fund dan normalisasi pencadangan, BBRI bisa mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang lebih baik.
Dari konsensus 16 analis proyeksikan pendapatan (gabungan pendapatan bunga bersih dan fee based income) BBRI berpotensi naik 58 persen menjadi Rp209 triliun. Namun, laju pertumbuhan laba bersih BBRI masih tumbuh tipis 0,57 persen menjadi Rp60,49 triliun dengan asumsi tingkat pencadangan masih cukup tinggi.
Dari segi risiko: tantangan dari BBRI adalah mencari pertumbuhan kredit berkualitas saat kondisi ekonomi lagi melambat. Kuncinya, diharapkan ada penurunan suku bunga di semester I/2025, meski BI masih menunggu arah The Fed untuk menurunkan suku bunga yang kemungkinan terjadi di Mei 2024.
Risikonya, jika data ekonomi Amerika Serikat terus terlihat bagus, The Fed bisa hold pemangkasan suku bunga yang membuat tekanan juga ke perekonomian Indonesia. Hal ini bisa memperlama periode pemulihan kinerja BBRI.
Risiko lainnya adalah ucapan Hashim, adik Prabowo, terkait meminta penugasan untuk bank BUMN membiayai program 3 juta rumah itu sangat berisiko. Meski, berharap dengan adanya kredit properti tersebut bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, tapi dengan daya ekonomi lagi melambat akan menjadikan risiko. Kecuali, ada jaminan khusus dari pemerintah untuk membagi risiko kredit ke properti yang tingkat risikonya masih cukup tinggi.
Risiko kredit properti adalah, jika kredit ini disalurkan untuk developer, dan setelah bangun 3 juta rumah tidak ada yang beli, berarti risikonya menjadi kredit bermasalah bagi bank. Sementara itu, target 3 juta rumah ini adalah segmen menengah ke bawah yang paling terdampak inflasi. Jika jaminannya aset lahan dan sebagainya sifatnya tidak likuid. Jadi, kami harapkan pemerintah juga lebih bijak dalam menugaskan penyaluran kredit tersebut.
Namun, dalam hal ini, BBTN yang memegang pasar terbesar di kredit properti yang lebih terdampak. Meski, bagi BBRI bisa juga menambah beban.

Sampai Kapan Harga BBRI Akan Turun?
Saham big bank punya korelasi sangat positif dengan pertumbuhan ekonomi. Potensi pemulihan saham big bank bisa didorong beberapa faktor:
- Keputusan penurunan suku bunga lebih lanjut dari BI yang berhubungan dengan keputusan The Fed
- Data ekonomi Indonesia yang membaik
- kurs rupiah yang sedikit lebih kuat dan cenderung stabil
- Pemulihan kinerja keuangan dari segi pertumbuhan kredit, kenaikan pendapatan bunga bersih, penurunan NPL, dan penurunan cost of fund, serta cost of credit.
Secara historis,ada momen saham big bank tenggelam akibat sentimen makro, seperti terjadi pada 2015.Misalnya, 2015 menjadi salah satu momen tekanan ekonomi global terhadap ekonomi Indonesia. Mulai dari The Fed berencana menaikkan suku bunga pertama kalinya sejak krisis 2008, hingga geliat China melakukan devaluasi yuan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Beberapa saham Big Bank mengalami penurunan cukup dalam selama periode 6 bulan (April-September 2015) berturut-turut seperti:
- BMRI turun sekitar 42,91 persen dalam 6 bulan berturut-turut
- BBRI turun sekitar 38,94 persen dalam 6 bulan berturut-turut
- BBNI turun sekitar 49,64 persen dalam 6 bulan berturut-turut
- BBCA turun sekitar 18,04 persen dalam 6 bulan berturut-turut
Sementara itu, periode enam bulan terakhir September 2024 -Februari 2025, tren penurunan saham big bank:
- BMRI turun 39,87 persen dalam 6 bulan berturut-turut
- BBRI turun 37,66 persen dalam 6 bulan berturut-turut
- BBNI turun 24,47 persen dalam 6 bulan berturut-turut
- BBCA turun 18,54 persen dalam 6 bulan berturut-turut
Jika mengacu ke historis di 2015-2016, penurunan yang terjadi sepanjang pertengahan 2015 baru bisa recovery dan mencapai level tertinggi di April 2015 selama 1 tahun.
Namun, tetap kunci pemulihannya adalah perbaikan data ekonomi. Tanpa ada perbaikan data dan kebijakan pendukung pertumbuhan ekonomi akan sulit untuk pulih.
Kesimpulan
Jadi, apa yang harus dilakukan? jika mau serok saham big bank sekarang jangan pernah berharap cuan besok atau minggu depan, tapi ganti sudut pandang ke timeframe lebih panjang. Jadi siapkan toleransi hold sambil menikmati dividen, kalau dari kami biasanya dipatok 2 tahun (untuk jangka menengah), tapi jika mau ambil jangka panjang lebih dari 2 tahun juga bisa dengan posisi harga sekarang sudah murah. Murah dari sudut pandang prospek pertumbuhan di masa depan.
Temukan Diskusi dan Analisis Saham Objektif Lainnya dengan Join Mikirdividen
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .
Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.
Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Beberapa benefit baru yang sedang disiapkan:
- IPO Digest Premium
- Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
- Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini