Prabowo Resmi Ubah Royalti Batu Bara IUPK, 3 Saham Ini Ngacir?
Prabowo resmi ubah royalti untuk kontrak tambang batu bara IUPK. Lalu, apakah 3 saham batu bara yang diuntungkan masih bisa dikejar? begini cara action-nya

Mikirduit – Pemerintah Indonesia resmi mengubah skema royalti untuk perusahaan tambang batu bara dengan kontrak IUPK. Seberapa besar dampak dari perubahan royalti dari kontrak IUPK tersebut?
Prabowo resmi mengubah skema royalti untuk kontrak tambang batu bara IUPK. Jadi, tiering harga batu bara acuan untuk royalti IUPK diperluas sehingga dengan kondisi saat ini, saham batu bara dengan kontrak tersebut mendapatkan penurunan tarif royalti.
Dalam PP nomor 18 Tahun 2025 yang mulai berlaku pada 26 April 2025, skema tiering harga untuk kontrak IUPK diperluas dari sebelumnya cuma 5 kategori menjadi 6 kategori.
Dengan harga batu bara acuan per April 2025 sekitar 120 dolar AS per saham, berarti tingkat royalti yang dibayarkan oleh perusahaan tambang batu bara mengalami penurunan menjadi 18 persen dibandingkan dengan 28 persen pada periode sebelumnya.
Penurunan ini dinilai bisa menguntungkan margin keuntungan dari emiten batu bara dengan kontrak IUPK. Beberapa saham dengan kontrak IUPK antara lain, INDY, BUMI, dan AADI. Namun, kenapa hanya royalti kontrak IUPK yang disesuaikan menjadi lebih rendah seperti ini?
Sejarah Kontrak Tambang Batu bara di Indonesia
Ada beberapa jenis kontrak tambang batu bara Indonesia, yakni:
- PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara)
- Izin Usaha Pertambangan (IUP)
- Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)
Ketiga izin pertambangan itu memiliki spesifikasi yang berbeda. Misalnya, PKP2B memiliki 3 jenis lagi, yakni generasi I (1981-2009), generasi II (2009-2010-an), dan generasi ketiga (2010).
Karakter kontrak PKP2B adalah memiliki tingkat royalti yang rendah sekitar 13,5 persen. Dalam perubahan ke generasi kedua hanya terkait kewajiban Domestik Market Obligation (DMO) terkait penjualan batu bara domestik. Lalu, ada PKP2B generasi ketiga yang sifatnya negosiasi khusus yang dimiliki oleh BYAN.
Sementara itu, IUP yang berlandaskan UU Minerba No.4/2009 (telah direvisi pada 2020) memiliki tingkat royalti yang lebih rendah yang tergantung berapa kalori batu bara. IUP mulai digunakan sejak 2009 hingga saat ini. Namun, tingkat ekspor cukup ketat, seperti harus verifikasi eksportir terdaftar.
Terakhir, ada IUPK yang merupakan izin pertambangan khusus yang berlaku sejak 2010 sampai sekarang. Skema royalti IUPK memang cenderung lebih tinggi dengan beberapa ketentuan seperti, wajib hilirisasi. Namun, untuk poin hilirisasi sifatnya belum terlalu wajib. Sampai saat ini belum ada perusahaan batu bara yang melakukan hilirisasi.
Untuk itu, penurunan royalti dalam kontrak IUPK ini sebenarnya tidak membuat pemegang kontrak IUP atau P2PKB merugi. Asal, tingkat royalti mereka tidak dinaikkan.

Prospek Kinerja AADI, BUMI, dan INDY
Ketiga saham yang sudah disebut berkali-kali bakal diuntungkan dari kebijakan ini antara lain, AADI, BUMI, dan INDY. Lalu, dengan menggunakan simulasi kinerja full year 2024 dan proyeksi 2025, bagaimana prospek ketiga saham tersebut?
Saham INDY
INDY menjadi salah satu emiten batu bara yang memegang kontrak dalam jenis IUPK. Jika melihat kinerja INDY sepanjang 2024, porsi Royalti yang dibayarkan INDY mencapai 21,43 persen dari total pendapatan segmen batu baranya.
Dengan menggunakan asumsi dari penyesuaian itu INDY akan membayar royalti batu bara lebih rendah, yakni 18 persen. Dengan begitu, beban royalti dari proyeksi kinerja INDY 2025 berpotensi turun 27,58 persen menjadi 318,77 juta dolar AS.
Dari perhitungan tersebut, pendapatan batu bara INDY masih berpotensi turun 7,17 persen menjadi 1,9 miliar dolar AS, tapi laba sebelum pajak segmen batu baranya berpotensi naik 32,37 persen menjadi 228,78 juta dolar AS.
Namun, perhitungan ini khusus segmen batu bara INDY tanpa memperhitungkan dari segmen bisnis INDY lainnya.
Saham AADI
Sementara itu, untuk AADI sepanjang 2024 mencatatkan beban royalti sebesar 19,18 persen menjadi 1,02 miliar dolar AS.
Dengan menggunakan asumsi proyeksi pendapatan AADI di 2025 sekitar 4,75 miliar dolar AS. (turun 10,59 persen dibandingkan dengan 2024), sedangkan laba bersih turun 10,04 persen menjadi 1,08 miliar dolar AS. Namun, untuk laba bersih dari bisnis (mengecualikan pendapatan penjualan ADMR pada 2024), laba bersih AADI bisa tumbuh 23,77 persen.
Hal itu didorong oleh penurunan royalti sekitar 24,88 persen menjadi 766 juta dolar AS.
Saham BUMI
Sementara itu untuk BUMI, dengan menggunakan simulasi penyesuaian royalti dari kinerja full year 2024, BUMI mencatatkan royalti sebesar 21,63 persen. Jika disesuaikan dengan kebijakan menjadi 18 persen, nominal yang dibayarkan BUMI dengan laporan keuangan 2024 bisa turun menjadi 244 juta dolar AS dibandingkan dengan 294 juta dolar AS. Dengan kondisi itu, laba bersih BUMI 2024 bisa tumbuh 969 persen dibandingkan dengan 517 persen dengan skema royalti yang lama.

Kesimpulan
Jika dilihat secara valuasi, posisi BUMI dan INDY memiliki tingkat PE yang cukup tinggi masing-masing 38 kali dan 45 kali. Namun, untuk kasus INDY, PE yang tinggi disebabkan oleh penurunan laba bersih yang cukup signifikan di 2024.
Kami sudah membahas proyeksi INDY sejak 9 April 2025, saat INDY berada di harga bottom-nya. Ulasan premiumnya bisa klik di sini
Dengan kondisi itu, dari segi PE yang termurah adalah AADI. Sementara itu, dari segi PBV yang termurah adalah INDY. Sementara itu, BUMI menjadi saham batu bara diantara ketiganya yang cukup tinggi (dengan PBV sekitar 1,6 kali).
Namun, BUMI punya beberapa momentum aksi korporasi seperti kuasi reorganisasi yang akan menghilangkan catatan akuntansi saldo defisit dalam laporan keuangan. Dengan begitu, BUMI bisa membuka peluang bagikan dividen.
Kalau begini, apakah terlambat untuk masuk ketiga saham tersebut?
Jika kejar harga saat ini jelas terlambat, tapi masih ada peluang jika ada tekanan harga saat realisasi kinerja kuartal pertama 2025 yang di bawah ekspektasi. Alasannya, kebijakan royalti baru berlaku pada kuartal II/2025 (26 April 2025). Sehingga, kinerja kuartal I/2025 masih menggunakan royalti lama.
Jika ada tekanan harga saham batu bara setelah rilis laporan keuangan kuartal I/2025, itu menjadi peluang bagus untuk masuk karena akan ada penyesuaian kinerja di kuartal II/2025.
Dari ketiga saham batu bara ini, mana yang paling menarik menurutmu?
Konsultasikan dan Diskusi Kondisi Porto dan Keuanganmu dengan Join Mikirdividen
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .
Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.
Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Beberapa benefit baru:
- IPO Digest Premium
- Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
- Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini