Prospek 5 Saham CPO di Tengah Risiko Pasokan Menipis

Saham CPO bisa dibilang terus lesu sejak pandemi Covid-19. Lalu, apakah 2024 akan jadi momen pulih saham CPO? simak penjelasan lengkapnya di sini

Prospek 5 Saham CPO di Tengah Risiko Pasokan Menipis

Mikirduit – Saham sektor perkebunan kelapa sawit mendapatkan tekanan dalam 2 tahun terakhir. Meski, harga CPO berada di level tinggi, tapi mereka tertekan oleh biaya pupuk yang juga melejit. Sementara itu, kini pasokan CPO mencatatkan penurunan ke level terendah dalam 7 bulan terakhir. Apakah akan menjadi bottom untuk saham sektor CPO? 

The Edge Malaysia melaporkan konsensus analis perkebunan memperkirakan ada potensi penurunan pasokan CPO lebih lanjut selama beberapa bulan ke depan (2-3 bulan). Apalagi, hingga Februari 2024, pasokan CPO sudah turun ke level terendah dalam 7 bulan terakhir. Penurunan pasokan terjadi karena periode  imlek dan Bulan Ramadan yang berdekatan. 

Sepanjang 2024 hingga 12 Maret 2024, harga CPO telah naik sebesar 16,72 persen menjadi 4.208 ringgit per ton. Meski dalam tren potensi naik, analis di Malaysia masih bersikap netral untuk industri perkebunan sawit tersebut. 

Adapun, pasokan CPO Malaysia mengalami penurunan karena permintaan konsumsi domestik lebih tinggi, dengan kondisi pasokan yang lebih rendah karena produksi rendah. Sementara itu, permintaan ekspor masih lemah. 

Maybank Investment Bank mengatakan, harga CPO diperkirakan tetap berada di kisaran 4.000-an ringgit per ton hingga akhir Maret atau awal April karena saat ini siklus produksi CPO masih rendah. 

"Namun, mulai kuartal kedua dan seterusnya ada potensi kenaikan produksi CPO hingga puncaknya di kuartal ketiga. Hal ini bsia menekan lagi harga CPO ke bawah jika pasokan kembali meningkat," tulis Maybank dalam risetnya.

Ditambah, Maybank juga menyebutkan kenaikan harga CPO saat ini bakal terbatas karena persaingan harga dengan produk minyak nabati lainnya seperti kedelai dan kanola yang juga dalam posisi murah. 

Di sisi lain, Kenanga Investment Bank memperkirakan margin keuntungan sektor CPO terutama di sektor hilir (produsen minyak goreng) diprediksi masih turun. 

Kabar dari Malaysia itu menyiratkan sektor ini mungkin belum bisa bangkit di 2024. Namun, proyeksinya, kinerja emiten CPO di Indonesia berpotensi mulai bangkit di 2024. Kira-kira, siapa yang menarik?

Kami akan mengulas prospek 5 saham CPO di Indonesia ini:

Saham TAPG

Sepanjang 2023, TAPG mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 10,91 persen menjadi Rp8,32 triliun. Saat penurunan pendapatan terjadi, beban pokok pendapatan TAPG justru mencatatkan kenaikan 8,51 persen hingga menekan laba kotor jadi turun 40,33 persen. Gross profit margin TAPG pun tergerus menjadi 26,63 persen dibandingkan dengan 39,76 persen pada tahun sebelumnya. 

Adapun, TAPG memiliki dua lini bisnis, yakni perkebunan sawit dan karet, meski 95 persen bisnisnya adalah CPO. Namun, kedua bisnisnya itu mencatatkan tren penurunan pendapatan seperti sawit turun 10,91 persen, sedangkan karet turun 11,05 persen.

Pelanggan besar TAPG juga mencatatkan tren pembelian yang lebih rendah. Tiga konsumen jumbo TAPG yang berkontribusi terhadap 60 persen pendapatan perseroan antara lain, Wilmar, Grup Apical, dan Grup Sinarmas. 

Meski begitu, dalam riset Samuel Sekuritas pada 27 Oktober 2023 memperkirakan kinerja TAPG bisa bangkit di 2024. Hal itu didorong oleh pertumbuhan produksi CPO TAPG sebesar 3 persen, produksi tandan buah segar 2 persen dengan rata-rata usia tanaman 13 tahun, dan kondisi 78 persen tanaman TAPG ada di usia produktif. 

Dari kenaikan produksi itu, TAPG diperkirakan bisa mencatatkan kenaikan rata-rata harga jual sekitar 7 persen menjadi Rp11.000 hingga 12.000 per kilo akibat dampak dari Elnino yang baru terasa di 2024, serta kenaikan permintaan dengan perkiraan ekonomi global mulai pulih. 

Pendorong kinerja TAPG lainnya adalah perkiraan harga pupuk yang bisa turun 25 persen di 2024 sehingga laba bersih TAPG bisa naik 35,4 persen. Lalu,di tahun selanjutnya, TAPG diperkirakan masih mencatatkan kenaikan laba bersih meski lebih lambat sebesar 6,27 persen. 

Samuel Sekuritas pun pasang target price untuk TAPG di harga Rp750 per saham atau 29 persen dari posisi harga per 13 Maret 2024. 

Lalu, bagaimana valuasi TAPG? jika menggunakan asumsi pertumbuhan kinerja TAPG di 2024, di mana laba bersih per sahamnya bisa ke Rp120 per saham. Lalu, rata-rata PE 5 tahun TAPG sekitar 6,56 kali, berarti harga wajarnya ada di Rp787 per saham. Artinya, posisi saat ini masih murah jika menggunakan proyeksi laba bersih di 2024. (harga per 13 Maret 2024 di Rp580 per saham)

Bukan Bursa CPO, Ini yang Bisa Jadi Pemantik Saham Sawit
Bursa CPO sempat jadi obrolan yang digadang-gadang jadi pengerek harga saham sawit. Namun, faktanya bukan bursa CPO yang bikin saham sawit bakal oke. Tapi, faktor ini.

Saham LSIP

Senada dengan TAPG, LSIP juga mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 8,62 persen menjadi Rp4,18 triliun. Lalu, laba kotor LSIP turun 22,84 persen menjadi Rp1,15 triliun. Hal itu disebabkan oleh faktor serupa yang dialami TAPG, yakni kenaikan beban pokok pendapatan saat omzet mengalami penurunannya. Hasilnya, gross profit margin LSIP tergerus menjadi 27,46 persen dibandingkan dengan 32,52 persen pada tahun sebelumnya. Dari sisi laba bersih, LSIP mencatatkan penurunan sebesar 26,48 persen menjadi Rp761,99 miliar. 

Secara rinci, LSIP mencatatkan penurunan di mayoritas lini bisnisnya. Lini bisnis terbesar di minyak kelapa sawit turun 5,02 persen menjadi Rp3,33 triliun, sedangkan bisnis inti sawit dan produk lainnya serta karet masing-masing turun 24,73 persen dan 24,02 persen menjadi Rp589 miliar dan Rp114 miliar. 

Dari segi segmen bisnis, margin penjualan produk sawit dari minyak hingga inti sawit turun menjadi 23 persen dibandingkan dengan 28 persen pada periode sebelumnya. Menariknya, margin benih justru naik menjadi 78 persen dibandingkan dengan 75 persen pada periode sebelumnya. Namun, kontribusi penjualan benih ini sangat kecil hanya  Rp62 miliar dari total pendapatan Rp4,18 triliun. 

Secara umum 50 - 60 persen produk LSIP dijual ke SIMP. Sisanya baru diberikan ke pihak ketiga. 

Prospek LSIP di 2024 pun diperkirakan juga bisa bangkit dari segi pendapatan hingga laba bersih. Meski, kenaikannya tidak setinggi TAPG. 

Dari segi pendapatan, LSIP diperkirakan bisa mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,1 persen menjadi Rp4,32 triliun, sednagkan dari laba bersih naik 1,44 persen menjadi Rp773 miliar. Namun, di 2025, LSIP diperkirakan kembali mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 2,59 persen menjadi Rp753 miliar, meski dari pendapatan masih tumbuh 1,37 persen menjadi Rp4,37 triliun. Hal itu disebabkan adanya penurunan harga rata-rata, serta risiko kenaikan harga pupuk sehingga membuat beban meningkat lebih tinggi. 

Konsensus analis di Stockbit pun menargetkan target price LSIP di Rp1.103 per saham. Artinya, posisi saat ini lebih rendah 23 persen dari target price. 

Jika dilihat dari valuasi-nya dengan rata-rata PE 3 tahun, serta proyeksi laba bersih per saham di 2024 sekitar  Rp117 per saham. Berarti, harga wajar LSIP ada di Rp1.012 per saham. Posisi ini pun masih murah dan diskon sekitar 20-an persen.

Saham DSNG

DSNG mencatatkan tren kinerja serupa dengan LSIP dan TAPG, pendapatan turun 1,4 persen menjadi Rp9,49 triliun, dan laba kotor turun 18,93 persen menjadi Rp2,52 triliun. Penyebabnya ya faktor kenaikan beban pokok pendapatan dari produksi dan bahan baku. Hasilnya gross profit margin DSNG turun menjadi 26,6 persen dibandingkan dengan 32,36 persen pada periode sama tahun sebelumnya. 

Namun, kasus DSNG agak sedikit berbeda, perseroan mencatatkan penurunan laba bersih 30,41 persen menjadi Rp839 miliar, labih dalam daripada penurunan laba kotor. Hal ini didorong kenaikan beban penjualan sebesar 2,66 persen menjadi Rp463 miliar, serta kenaikan beban umum dan administrasi sebesar 17,86 persen menjadi Rp508 miliar. 

Ditambah, DSNG menjadi salah satu emiten sawit besar yang punya utang cukup besar, meski masih dalam skala aman, yakni debt to equity ratio 0,59 kali. Total utang berbunga DSNG ada sekitar Rp5 triliun dari total ekuitas Rp8 triliun. 

Di luar itu, DSNG juga memiliki perbedaan dengan dua emiten sawit lainnya, yakni perseroan memiliki lini bisnis energi baru terbarukan. Bisnis itu adalah pembangunan pabrik BioCNG dari limbah pabrik kelapa sawit. Dari lini itu, DSNG mencatatkan pendapatan Rp70,63 miliar dengan laba sebelum pajak Rp12,68 miliar alias margin keuntungan 18 persen. 

Selain itu, secara umum lini bisnis utama DSNG adalah perkebunan kelapa sawit dan juga produksi kayu barecore untuk kebutuhan triplek. Meski, kontribusi sawit paling mendominasi sekitar 85 persen. 

Menariknya, secara segmen bisnis, pendapatan sawit DSNG mencatatkan angka positif 2,92 persen menjadi Rp8,35 triliun, meski posisi laba sebelum pajaknya turun 25,79 persen akibat beban yang tinggi. Adapun pendorong turun total pendapatan DSNG ada di bisnis kayu yang turun 29,18 persen menjadi Rp1,07 triliun dengan posisi laba sebelum pajak turun 75,91 persen menjadi Rp23,33 miliar. 

Bisnis sawit DSNG disebut yang cukup potensial bangkit karena selama periode  Elnino, DSNG malah mencatatkan kenaikan proktivitas perkebunannya. Apalagi, DSNG sudah melakukan program peremajaan di kebunnya utnuk meningkatkan produktivitas DSNG. 

Meski begitu, kebangkitan DSNG tidak setinggia TAPG maupun LSIP di 2024. Pendapatan perseroan diperkirakan tumbuh moderat 0,82 persen menjadi Rp9,57 triliun. Hal ini diperkirakan akibat permintaan dari segmen kayu yang masih kurang bagus. Lalu, laba bersih perseoran diperkirakan naik 24,88 persen menjadi Rp1,04 triliun.

Kinerja 2025 DSNG juga tidak begitu oke karena dari segi pendapatan diperkirakan turun 2,1 persen menjadi Rp9,37 triliun, sedangkan dari segi laba bersih turun 6,86 persen menjadi Rp977 miliar. 

Konsensus analis dalam riset yang dihimpun Stockbit memasang target price untuk saham DSNG sekitar Rp723 per saham. 

Jika dilihat secara valuasi, dengan asumsi laba bersih per saham DSNG di 2024 sekitar Rp98 per saham. Lalu, PE rata-rata 3 tahunnya ada di 7,68 kali, berarti harga wajar untuk DSNG bisa berada di level Rp752 per saham.

Nasib Saham CPO di Kala Elnino, Kok Malah Jadi Boncos?
Banyak yang berhipotesis saham CPO bisa cuan besar kalau ada Elnino, alasannya harga CPO bakal naik. Namun, ternyata fakta yang ada sebaliknya. Berikut historis nasib saham CPO dalam 3 Elnino terakhir.

Saham AALI

AALI mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 4,96 persen menjadi Rp20,74 triliun pada 2023. Perseroan telah mencoba meredam penurunan pendapatan akibat rata-rata harga jual yang turun dengan meningkatkan volume penjualan sebesar 8,08 persen. 

Meski begitu, AALI tetap mencatatkan penurunan laba kotor cukup signifikan sebesar 27,5 persen menjadi Rp2,77 triliun. Hal itu pun menggerus posisi margin keuntungan kotor AALI menjadi 13,35 persen dibandingkan dengan 17,5 persen pada periode sebelumnya. 

Penyebabnya sama, biaya pokok pendapatan naik saat harga rata-rata turun. 

Posisi laba bersih AALI juga turun lebih dalam sebesar 38,85 persen menjadi Rp1,05 triliun. 

Secara umum, tekanan kinerja AALI terjadi akibat penurunan pendapatan dari area Sumatra sebesar 15,05 persen menjadi Rp9,8 triliun. Lalu, penurunan laba bersih signifikan area Sulawesi menjadi Rp39,65 miliar. 

Area Kalimantan menjadi penopang kinerja AALI dengan kenaikan pendapatan sebesar 7,62 persen menjadi Rp8,26 triliun dan laba bersih naik 136 persen menjadi Rp469 miliar. 

Kondisi AALI memang kurang bagus karena rata-rata usia tanamannya sudah tua sekitar 16,2 tahun. Sekitar 59,22 persen pohon di kebun sawit AALI sudan berada di puncak produktivitasnya. Artinya akan sulit mencatatkan kenaikan produksi lebih tinggi, malah ada potensi turun. Lalu, 36,29 persen pohon di kebun AALI sudah berusia lebih dari 21 tahun yang harus ditanam ulang. 4,49 persen pohon AALI berada di usia yang masih muda sekitar 5-6 tahun sehingga belum mencapai hasil produksi tertingginya. 

Kini, AALI lagi terus melakukan penananaman pohon kembali sekitar 4.000 hingga 5.000 hektar di 2024. Sebelumnya, di 2024, AALI sudah menanam sekitar 4.713 hektar. 

Meski dalam proses melakukan penanaman kembali yag membutuhkan waktu, AALI masih diperkirakan mencatatkan pertumbuh pendapatan sebesar 1,89 persen menjadi Rp21,13 triliun di 2024. Lalu, laba bersihnya diperkirakan naik sebesar 25,38 persen menjadi Rp1,32 triliun. 

Untuk 2025, AALI diperkirakan mencatatkan pendapatan sebesar 1,37 persen menjadi Rp21,42 triliun, sedangkan dari segi laba bersih diperkirakan turun 12,99 persen menjadi Rp1,15 triliun. 

Konsensus analis di Stockbit pun memasang target price sekitar Rp7.111 per saham untuk AALI. 

Adapun, untuk harga wajar dengan perhitungan proyeksi kinerja AALI di 2024 memiliki laba bersih per saham Rp687 per saham. Berarti, tingkat harga wajarnya sekitar Rp8.560 per saham. Namun, angka ini hanya mengacu ke proyeksi laba bersih tanpa mengindahkan risiko dari porsi tanaman sawit yang sudah tua dan rencana replanting dari AALI.

Saham SIMP

SIMP mencatatkan penurunan penjualan paling dalam di 2023 dibandingkan dengan emiten CPO lainnya, yakni sebesar 10,07 persen menjadi Rp16 triliun. Ditambah, beban pokok pendapatan yang tidak mengikuti tren penurunan pendapatan membuat laba bersih SIMP tergerus 27,77 persen menjadi Rp3,35 triliun. Tingkat margin keuntungan kotor SIMP pun menjadi 20,98 persen dibandingkan dengan 26,12 persen pada tahun sebelumnya. Posisi laba bersih SIMP juga turun 38,55 persen menjadi Rp736 miliar. 

Tekanan kinerja SIMP bisa dibilang cukup bercampur, yakni d ari segi pendapatan ditekan oleh permintaan produk hilir minyak goreng dan nabati sebesar 10,76 persen menjadi Rp11,31 triliun. Lalu, dari segi laba ditekan oleh sawit yang memiliki biaya cukup tinggi hingga laba segmennya turun 44,62 persen menjadi RP1,44 triliun. 

Masalahnya, kondisi SIMP ini hampir sama dengan AALI. SIMP memiliki 35 persen usia pohon yang sudah tua dari total kebunnya. Lalu, 52 persen berada di usia 7-20 tahun yang bisa dibilang usia premium. Kondisi ini membuat SIMP sulit untuk meningkatkan produktivitasnya karena membuatuhkan melakukan penanaman kembali yang membutuhkan waktu. 

Adapun, kinerja pendapatan SIMP diperkirakan mencatatkan tren positif pada 2024. Pendapatan perseroan diproyeksikan naik 1,96 persen menjadi Rp16,31 triliun, sedangkan laba bersih turun 10,33 persen menjadi Rp660 miliar. 

Lalu, pendapatan SIMP di 2025 diperkirakan lanjut naik lebih tinggi sebesar 7,4 persen menjadi Rp17,52 triliun, sedangkan laba bersih bangkit senilai 14,09 persen menjadi Rp753 miliar.

Ciptadana Sekuritas mematok target price saham SIMP pada 31 Januari 2024 sekitar Rp400 per saham. 

Dengan menggunakan asumsi laba bersih per saham SIMP dari  Ciptadana Sekuritas pada 2024 sekitar Rp42,6 per saham. Kami menilai harga wajar SIMP berada di level Rp441 per saham. 

Kesimpulan

Kami menilai sektor CPO ini belum akan masuk periode bullishnya di tahun ini, meski ada potensi kenaikan laba yang signifikan. Namun, posisi ini bisa kembali melambat di periode selanjutnya di 2025 hingga 2026 jika kondisi ekonomi global belum stabil. 

Selain persoalan eksternal seperti ekonomi global, masalah replanting atau penanaman kembali pohon tua milik AALI dan SIMP juga membuat saham itu kurang menarik dalam jangka menengah. Pasalnya replanting membutuhkan modal dan waktu untuk bisa dikonversi menjadi pendapatan. 

Untuk itu, jika ingin mengambil fluktuasi jangka menengah dari saham sawit, kami menilai saham TAPG menjadi yang cukup menarik. DSNG memang terlihat oke dan juga memiliki afiliasi dengan TAPG, tapi salah satu segmen bisnis DSNG, yakni perkayuan bisa membebani kinerja perseroan sehingga hasilnya tidak secemerlang saudaranya tersebut. 

Adapun, sentimen yang bisa mendorong harga saham sawit sementara ke depannya antara lain, penurunan pasokan CPO akibat kebutuhan yang meningkat dan produksi turun setelah periode Elnino kemarin, rencana menaikkan kadar CPO di biodiesel oleh pemerintah baru, dan harapan suku bunga turun dan ekonomi China pulih. 

Kami secara  pribadi kurang menarik ke saham CPO juga. Pasalnya, saham ini punya banyak hambatan untuk tumbuh. Selain masalah supply and demand CPO, ada juga komoditas pesaing seperti kedelai, bunga matahari, dan kanola.

Kalau kamu, ada hold di saham CPO?

Bagi Kamu yang Mau Tau Saham Dividen Oke dari Periode 2024 hingga Lanjut Dapat List Saham Dividen Growth  hingga 2025, Yuk Join Mikirdividen Sekarang

Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi bundling ini, kamu bisa mendapatkan:

  • Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini