Prospek Data Center 2025 Cerah, Ini 8 Pilihan Sahamnya

Data center menjadi salah satu hal yang dibutuhkan dalam pengembangan AI. Untuk itu, meski Indonesia belum memproduksi semikonduktor, tapi sektor data center bisa jadi booming jika penetrasi AI makin tinggi di Indonesia. Apa saja pilihan sahamnya?

Prospek Data Center 2025 Cerah, Ini 8 Pilihan Sahamnya

Mikirduit – Melihat perkembangan teknologi terkait artificial intelligence, serta geliat pergerakan harga sahamnya di pasar saham AS, kita jadi bertanya-tanya kira-kira apa saham di Indonesia yang punya keterkaitan dengan teknologi tersebut. Salah satu pilihan sektor saham yang berhubungan erat dengan teknologi tersebut adalah data center, lalu apa saja pilihan sahamnya?

Dari riset Goldman Sach, Chat GPT membutuhkan listrik lebih banyak 10 kali lipat dibandingkan dengan mesin pencarian Google. Bayangkan, 1 kueri yang ditanyakan ke Chat GPT membutuhkan 2,9 watt per jam listrik dibandingkan dengan 0,3 watt per jam untuk pencarian Google. 

Fakta itu menggambarkan keberadaan teknologi AI akan meningkatkan kebutuhan daya listrik di data center. Permintaan kebutuhan data center yang berbasis AI bisa dijalankan oleh perusahaan-perusahaan yang mau mengadopsi teknologi tersebut.

Apalagi, peluang bisnis data center di Indonesia juga masih cukup luas. Menurut catatan DCII, kapasitas data center di Indonesia saat ini ada di 200 Megawatt, dengan perkiraan kebutuhan atas 277 juta masyarakat Indonesia sekitar 2.000 Megawatt. Dengan berbagai fakta itu, kami menilai emiten yang punya bisnis data center dan kaitannya bisa mendapatkan bertumbuh lebih baik. 

Catatannya, karakter bisnis data center ini sifatnya recurring income, jadi pertumbuhannya akan terasa saat emiten-emiten itu mulai ekspansi pembangunan data center baru. Namun, jika sudah matang, pertumbuhan kinerja cenderung lebih stabil.

Jika bicara bisnis data center, salah satu emiten yang paling dikenal sebagai raja data center adalah DCII. Namun, selain DCII, ada beberapa saham yang memiliki bisnis data center, meski itu bukan bisnis utamanya. Lalu, kami juga memasukkan supplier listrik premium yang mendukung kawasan industri untuk pemberi daya listrik kepada Data Center.

Berikut ini ulasan 8 saham di Indonesia yang punya keterkaitan dengan booming industri AI, yang kami pecah jadi dua sektor, yakni data center dan listrik:

Saham DCII

DCII menjadi salah satu pemimpin pangsa pasar kepemilikan data center di Indonesia. Per 2024, DCII memiliki kapasitas sebesar 83 Megawatt dengan total 7 data center. 

Teranyar, DCII lagi bangun Data center JK6 dengan kapasitas 36 Megawatt di Cibitung. Jika itu rampung di semester II/2024, total kapasitas Data Center DCII tembus 119 MW. 

Jika melihat kinerja kuartal III/2024, Kinerja DCII masih tumbuh positif. Dari segi pendapatan naik 15,08 persen menjadi Rp1,1 triliun, sedangkan dari segi laba bersih naik 21,34 persen menjadi Rp449 miliar. 

Menariknya, dari segi gross profit margin, DCII mencatatkan penurunan menjadi sebesar 57,18 persen dibandingkan dengan 59,53 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Salah satu yang meningkatkan beban pokok pendapatan DCII ada di biaya listrik naik 18,75 persen menjadi Rp209 miliar. Serta ada kenaikan angka penyusutan. Dari situ, laba kotor DCII turun 21,34 persen menjadi Rp449 miliar. 

Meski begitu, secara operasional DCII masih cukup efisien sehingga mampu menjaga net profit margin tetap naik menjadi 40,77 persen dibandingkan dengan 38,66 persen pada periode sama tahun sebelumnya. 

Saham ASII

Salah satu emiten yang mulai masuk ke bisnis data center adalah ASII. Emiten konglomerasi itu masuk ke bisnis Data center setelah membentuk perusahaan patungan dengan Equinix Inc. pada April 2023. Porsi kepemilikan saham perusahaan patungan itu antara lain, 75 persen di Equinix dan 25 persen di ASII, sehingga perhitungan laporan keuangannya menjadi entitas asosiasi atau ventura bersama. 

Dari kerja sama itu, keduanya mengungkapkan berencana bangun data center tahap 1 di lahan seluas 5.300 meter persegi dan memiliki 1.600 kabinet. Dalam tahap awal, perusahaan patungan itu akan mengembangkan dan mengoperasikan data center JK1 yang dibangun Equinix pada Oktober 2022.

ASII menargetkan kerja sama membangun data center itu bisa mulai beroperasi secara komersial di akhir 2024 atau awal 2025. 

Sayangnya, ASII tidak mencantumkan nilai perusahaan patungan dengan Equinix di laporan keuangan karena nilainya dianggap tidak material (karena cuma pegang 25 persen). 

Namun, aksi bikin perusahaan patungan ini jadi strategi ASII untuk mulai titip sendal di bisnis data center tersebut.

6 Aksi Korporasi yang Bisa Mempengaruhi Harga Saham, Begini Efeknya
Ada banyak aksi korporasi yang dilakukan oleh emiten, pertanyaannya, kira-kira apa efeknya ke harga saham? untuk tahu itu semua kamu bisa cek di sini ya.

Saham TLKM

TLKM bisa dibilang menjadi perusahaan data center terbesar kedua dengan kapasitas sekitar 42 Megawatt. TLKM disebut mengoperasikan sekitar 32 data center yang tersebar di Indonesia hingga Singapura, Hong Kong, dan Timor Leste.

Untuk fokus di bisnis data center, TLKM melakukan restrukturisasi bisnisnya dengan menjual seluruh bisnis data center di Telekomunikasi Indonesia Pte. Ltd. (TelinSG) kepada NeutraDC Singapore Pte. Ltd. 

Sebagai catatan, NeutraDC Singapore Pte. Ltd. juga merupakan cucu usaha TLKM melalui PT Telkom Data Ekosistem. 

TLKM pun punya target ingin bangun data center dengan kapasitas hingga 500 MW hingga 2030. 

Dalam jangka pendek, TLKM lagi menambah kapasitas Hyperscale Data Center Cikarang sebesar 18 Megawatt yang ditargetkan selesai pada akhir 2024. Selain itu, TLKM juga lagi bangun data center di Batam yang diperkirakan rampung pada akhir 2025. 

TLKM juga berencana mencari strategic partner dalam pengembangan bisnis data center tersebut. Tujuannya, untuk bisa mendapatkan model bisnis yang lebih efisien hingga bisa membawa masuk ke pasar data center global. 

Saat ini, data center TLKM mencatatkan pangsa pasar sebesar 20 persen. Sepanjang paruh pertama kemarin, TLKM mencatatkan kenaikan pendapatan dari data center dan cloud sebesar 22,9 persen menjadi Rp1 triliun. 

Saham EDGE

Saham EDGE memiliki kapasitas data center sekitar 29 Megawatt. Saat ini, EDGE menjadi pemain ketiga terbesar data center (di bawah DCII dan TLKM). 

Namun, EDGE belum memberikan sinyal bakal melakukan ekspansi penambahan data center dalam jangka dekat. 

Dari sisi kinerja keuangan, EDGE mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 10,21 persen menjadi Rp769 miliar. Namun, dari segi laba bersih turun 1,54 persen menjadi Rp175 miliar. 

Keuntungan EDGE tergerus disebabkan kenaikan beban pokok pendapatan yang lebih tinggi yang mayoritas disebabkan oleh layanan cloud dan beban dari pusat data (berhubungan dengan kebutuhan listrik). Ditambah, biaya operasional EDGE tidak lebih efisien sehingga laba bersih malah tergerus. 

Saham SRTG

Emiten SRTG memiliki portofolio investasi di bisnis pusat data melalui Bersama Digital Data Center (BDDC). Pada Juni 2024, perseroan baru saja meresmikan pusat data dengan kapasitas 5 MW, yakni JST1 9Jakarta Selatan Timur). JST1 adalah pusat data kedua milik BDDC dalam 2 tahun terakhir, setelah sebelumnya dibangun JBT1 (Jakarta Barat Tangerang). 

Saat ini BDDC punya area data hall seluas 2.000 meter persegi. Targetnya, BDDC ingin mengembangkan kapasitas data centernya hingga 20.000 meter persegi dengan 9.000 rak dan 62 MW. Secara rinci, BDDC akan menambah kapasitas 32 MW di JST dan 30 MW di JBT. 

BDDC dikendalikan oleh Bersama Digital Infrastructure Asia Pte. Ltd (BDIA), yang merupakan perusahaan patungan milik Provident Capital, SRTG, dan Macquarie Aset Management pada April 2022. 

Pengendali BDDC, yakni BDIA juga menjadi pengendali di PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk. (TBIG). 

Saham POWR

Berbeda dengan 5 saham lainnya yang punya hubungan langsung dengan bisnis data center, POWR memiliki hubungan tidak langsung. Salah satu biaya terbesar data center adalah kebutuhan listrik, dan POWR menjadi salah satu penyedianya. 

Salah satunya, POWR menyediakan listrik untuk DCII. Perseroan mencatatkan pendapatan kuartal III/2024 dari DCII hingga Rp209 miliar. 

Bagi DCII, biaya listrik dari POWR itu memakan biaya hingga 18 persen dari total pendapatan perseroan. 

Dengan posisi pembangkit listrik POWR yang strategis di area sekitar Jakarta, peluang mendapatkan tambahan permintaan kapasitas listrik dari data center cukup besar. 

Hal itu juga bisa meningkatkan permintaan listrik dari PLN yang juga menyalurkan di area data center lainnya. Apalagi, seperti DMAS mulai membangun data center dari Microsoft yang berpotensi meningkatkan permintaan listrik PLN yang bisa diambil dari POWR. 

Saham DSSA

DSSA, bagian dari Grup Sinarmas juga lagi mengembangkan bisnis data center.Keseriusan DSSA di bisnis data center dilakukan dengan cara menggandeng LG CNS Co. ltd. dan membentuk perusahaan patungan bernama LG Sinar Mas untuk menggarap bisnis data center. 

Kabarnya, LG Sinarmas akan bangun data center di Kuningan dengan nilai investasi Rp4,6 miliar dan ditargetkan rampung pada 2026. 

Terbaru (Agustus 2024), mereka baru akuisisi PT Teknovatus Solusi Sejahtera senilai Rp26,5 miliar. Sebelumnya, Perusahaan yang diakuisisi itu disebut menjalankan bisnis data center dan cloud computing engan brand Hive Cloud.

Saham ISAT dan EXCL

Terakhir, dua saham yang terkait dengan bisnis data center adalah ISAT dan EXCL. Namun, kedua emiten operator seluler ini sudah mengurangi kepemilikannya di bisnis tersebut. 

ISAT mengalihkan dua aset pusat datanya kepada perusahaan patungan PT Starone Mitra Telekomunikasi sejak 2023. Di sana, ISAT hanya punya porsi 25 persen, sedangkan sisanya dipegang oleh BDX Asia Data Center Holdings. 

EXCL juga sempat memiliki bisnis data center, tapi perseroan melepas mayoritas bisnis data centernya kepada PT Princenton Digital Group Data Center (yang lagi bangun data center di DMAS). 

Sampai kuartal III/2024, tingkat kepemilikan EXCL di Princenton terus menyusut menjadi 10,71 persen. Sebelumnya, kepemilikan EXCL di sana pada 2022 sekitar 14,82 persen, sedangkan pada 2021 sekitar 30 persen. 

Kesimpulan

Kami menilai emiten yang punya kaitan kuat dengan industri data center antara lain, TLKM, DCII, EDGE, dan SRTG. Sementara itu, ASII bisa jadi pertimbangan jika mereka meningkatkan kepemilikan di perusahaan patungan data center atau malah bikin data center sendiri. Lalu, DSSA juga bisa jadi diperhitungkan jika realisasi pembangunan data centernya sesuai dengan rencana.

Sementara itu, POWR akan menjadi salah satu bisnis pendukung dari menjamurnya data center di area Jakarta dan sekitarnya. Sementara itu, kami menilai ISAT dan EXCL tidak akan mendapatkan efek yang besar secara langsung dari pengembangan bisnis data center tersebut karena porsi kepemilikannya sudah menciut signifikan.

Yuk Join Grup Mikirdividen untuk Dapat Pilihan Saham Investasi Jangka Panjang Serta Diskusi dan Update Saham Eksklusif Bersama Ratusan Investor Saham Lainnya

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini . Ada promo spesial diskon langsung Rp200.000 untuk langganan setahun! CUMA SAMPAI 31 Desember 2024 dan Kuota terbatas!

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini