Prospek NETV Setelah Diselamatkan FILM dari Lilitan Utang

NETV yang sempat gagal bayar utang pada April 2024 dan dikasih obat sementara oleh beberapa pendukungnya akhirnya terselamatkan oleh FILM. Kira-kira bagaimana prospek ke depannya?

Prospek NETV Setelah Diselamatkan FILM dari Lilitan Utang

Mikirduit – Kabar mengejutkan datang dari NETV setelah dikabarkan bakal diakuisisi oleh FILM. Namun, dalam proses akuisisi ini, NETV butuh melakukan reserve stock split (penggabungan saham), dengan begitu bagaimana prospek saham NETV dan potensi peluang serta risiko bagi investor saham? 

Kabar FILM mau mengakuisisi NETV sudah terdengar sejak Juni 2023, tapi ternyata proses akuisisi baru resmi terjadi pada akhir Agustus 2024. Dalam hal ini, FILM menjadi juru selamat NETV yang lagi kesulitan terkait utangnya. 

FILM akan mengakuisisi 80 persen saham NETV dengan total nilai sekitar Rp1,65 triliun. Aksi akuisisi dilakukan dengan cara penerbitan saham baru dengan skema private placement atau tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dulu terhadap pemegang saham eksisting. 

Nantinya, dana dari FILM itu akan terbagi dalam dua jenis, yakni dalam bentuk konversi tagihan dari Newton Capital senilai Rp882 miliar, sedangkan setoran tunai yang akan digunakan senilai Rp229 miliar untuk modal kerja dan pembayaran utang usaha, serta sisanya untuk menyelesaikan utang perseroan kepada PT Gita Inti Investama.

Drama Utang NETV

Kondisi NETV hingga semester I/2024 memang tengah terlilit utang yang mayoritas jatuh tempo dalam jangka pendek kurang dari 1 tahun. Total utang jangka pendek senilai Rp882 miliar (yang akan diselesaikan oleh FILM sebagai pemegang saham baru) dari total utang berbunga Rp1,25 triliun. 

Di sisi lain, kondisi risiko kredit NETV juga cukup besar dengan posisi kas setara kas hanya ada Rp3 miliar, serta ekuitas mencatatkan negatif senilai Rp679 miliar.

Ditambah, secara operasional bisnis, NETV juga kesulitan membayar cicilan utang karena laba usaha yang merugi. Hal itu membuat NETV hampir saja mengalami pailit gagal bayar pada akhir April 2024 karena beberapa utang jatuh tempo pada bulan tersebut. Untungnya, FILM hadir sebagai juru selamat emiten televisi tersebut. 

Sebelum FILM masuk, NETV sudah melakukan beberapa upaya untuk menyelamatkan bisnisnya seperti, perseroan juga sudah berusaha semaksimal mungkin seperti melakukan penandatanganan perjanjian pinjaman dengan Newton Capital pada 5 April 2024 senilai Rp882,6 miliar.

Sebelumnya, NCL membeli utang NETV itu dari PT Bank CIMB Niaga Tbk, (BNGA) dengan jumlah yang sama. 

Setelah bernegosiasi dengan NCL, NETV akan mendapatkan penghapusan atas beban bunga yang ditangguhkan dan biaya restrukturisasi sekitar Rp269,4 miliar, serta NCL memberikan keringanan pendanaan kepada NETV dengan memberikan utang tanpa bunga. Pinjaman NCL itu jatuh tempo pada Oktober 2024 dan selama periode April-Oktober 2024 NETV diharapkan bisa merencanakan aksi korporasi berikutnya. 

Hasilnya, seluruh utang NETV ke NCL itu diambil alih oleh FILM dan dikonversi menjadi kepemilikan saham. Sehingga efeknya, setelah aksi korporasi private placement, utang NETV senilai Rp882 miliar itu akan dihapuskan dan dipindahkan menjadi ekuitas. Dengan begitu, ekuitas NETV tidak negatif lagi. 

Selain dengan NCL, NETV juga bernegosiasi dengan PT Gita Inti Investama yang merupakan pihak terafiliasi perseroan untuk mendapatkan pinjaman senilai Rp370 miliar. Pinjaman itu akan digunakan untuk melunasi seluruh utang dan kewajiban tertunggak perseroan kepada PT Bank Artha Graha Internasional Tbk. Sehingga NETV terhindar dari risiko gagal bayar sebelum akhir April 2024. 

Pinjaman dari pihak afiliasi itu bisa dibayarkan sejak 1 April 2025 hingga 1 April 2029 sehingga NETV punya ruang untuk merencanakan aksi korporasinya. 

Hasilnya, setelah FILM masuk sebagai pemegang saham, seluruh utang ke Gita Inti Investama itu juga dilunasi dengan suntikan dana dari pengendali baru NETV tersebut.

Rencana Reverse Stock Split dan Efeknya ke Investor

Namun yang agak mengganjal adalah dalam mencapai aksi korporasi itu, NETV harus melakukan reverse stock split, yakni penggabungan saham sehingga nilai saham menjadi lebih besar. NETV berencana melakukan reverse stock split 2:1 sehingga dengan harga saham saat ini di Rp106 per saham, setelah reverse stock split bisa menjadi Rp212 per saham. Hanya saja, jumlah saham pemegang saham eksisting juga bakal menyusut karena digabungkan. 

Aksi korporasi ini sebenarnya membuat trauma beberapa investor seperti kejadian reverse stock split BEKS. Setelah saham digabungkan dan jumlah lot berkurang, harga saham malah kembali ke gocap.

Di sisi lain, sesuai dengan aturan OJK, untuk menentukan harga pelaksanaan saham tidak boleh lebih rendah dari batasan harga terendah atas saham yang dapat diperdagangkan di pasar reguler dan tunai, yakni Rp50 per saham. Sementara itu, harga saham NETV sempat beberapa kali ke bawah Rp50 per saham, sehingga NETV wajib melakukan reverse stock split sebelum melakukan private placement tersebut. Nantinya, harga pelaksanaan private placement NETV ada di angka Rp50 per saham setelah reverse stock split sesuai dengan ketentuan perjanjian.

Buy The Rumors, Sell on News Bisa Bikin Cuan Luber-luber?
Mikirduit – Ada pepatah yang bilang, buy the rumors, Sell on News, maka niscaya kamu bisa mendapatkan keuntungan. Bagaimana logika pepatah ini bisa valid? Berita menjadi salah satu cara untuk menilai prospek dan daya tarik sebuah saham. Pemberitaan pun terbagi beberapa jenis, yakni berita makro ekonomi yang mempengaruhi secara sektoral dan

Namun, aksi reverse stock split seperti ini tidak selamanya gagal, ada juga yang sukses seperti SIPD pada awal 2015. Saat itu, SIPD berencana right issue untuk diakuisisi oleh Grup Gunung Sewu, tapi dalam melakukan right issue perseroan butuh reverse stock split. Akhirnya, SIPD melakukan reverse stocksplit dengan rasio 10:1. Dengan begitu, harga saham perseroan pun naik dari Rp50 per saham menjadi Rp500 per saham. Sampai 30 Agustus 2024, harga saham SIPD masih berada di Rp900 per saham. 

Prospek Saham NETV

Kinerja keuangan NETV memang tidak begitu bagus. Dari data yang dihimpun sejak 2018 hingga 2023, NETV terus mencatatkan kerugian, serta pertumbuhan pendapatan yang sangat fluktuatif. Bahkan, hingga pos laba usaha pun NETV masih merugi, tercatat hanya pada 2018 NETV mencatatkan laba usaha Rp23 miliar. 

Kinerja keuangan NETV memang tidak begitu bagus. Dari data yang dihimpun sejak 2018 hingga 2023, NETV terus mencatatkan kerugian, serta pertumbuhan pendapatan yang sangat fluktuatif. Bahkan, hingga pos laba usaha pun NETV masih merugi, tercatat hanya pada 2018 NETV mencatatkan laba usaha Rp23 miliar. 

Adapun, secara struktur bisnis, NETV juga masih sebatas bisnis televisi yang sederhana. Sumber pendapatan utama dari televisi, serta sisanya pendapatan digital dan lain-lain. 

Apalagi, tren pendapatan perseroan dari seluruh segmen mencatatkan menurun. Paling hanya lain-lain yang mencatatkan kenaikan. Namun, tidak jelas apa saja sumber pendapatan lain-lain NETV.

Ditambah, dari sisi tingkat gross profit margin NETV sejak periode semester I/2022 hingga semester I/2024 trennya terus menurun. Dari 12,83 persen pada 2022, kini hanya tersisa 7,57 persen. Artinya, secara bisnis, NETV tidak begitu efisien. Beban pokok pendapatan dari materi program dan siaran memang turun, tapi pendapatannya turun lebih tajam. 

Kalau begitu bagaimana prospek NETV ke depannya? 

Tantangan dari NETV ini adalah skalanya yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kompetitornya seperti SCMA. Dari segi pendapatan TV saja, SCMA sudah mampu meraup RP2,53 triliun, meski jumlah channelnya juga cukup banyak. 

Namun, hal itu membuat kondisi NETV cukup sulit mendapatkan iklan yang bisa menutup total operasional bisnis stasiun televisinya. 

Harapannya, dengan ada FILM, ada integrasi kerja sama tayangan film yang diproduksi FILM hingga membuat traffik NETV bisa meningkat. Selain itu, bisa juga kerja sama lainnya yang membuat NETV punya lebih banyak lini bisnis untuk mendorong pertumbuhan bisnisnya. 

Soalnya, jika hanya bergantung ke bisnis televisi, NETV akan sulit lepas dari posisi besar pasak daripada tiangnya tersebut. 

Kesimpulan

Menurut kami, untuk prospek bisnis NETV tetap menantang meski ada pergantian pengendali. Pasalnya, bisnis televisi itu sudah bisnis yang mature. Selain kerja sama dengan FILM untuk bisnis televisinya, mungkin juga bisa didorong untuk bisnis digital. 

Jadi, NETV bukan pilihan saham untuk investasi jangka panjang karena prospek bisnisnya belum terlihat sampai perseroan ada rencana ekspansi bisnis lainnya. Kecuali, jika ingin masuk karena aksi akuisisi ini bisa jadi pilihan karena tingkat risiko utang menurun drastis dan ekuitasnya bisa kembali positif. Namun, fluktuasi kenaikan harga saham karena aksi korporasi ini sifatnya terbatas. Setelah aksi korporasi selesai, ada risiko harga sudah price in  dan kembali koreksi ke harga wajar yang sesuai dengan fundamentalnya.

Mau Tau List Daftar Saham yang Bagus untuk Investasi Jangka Panjang Serta Dapat Update Harga Wajarnya Setiap Hari?

Join Mikirdividen sekarang untuk mendapatkan banyak benefit serta strategi investasi dan diskusi dengan para investor saham. Berikut benefit gabung mikirdividen:

  • Update review laporan keuangan saham dividen fundamental bagus hingga full year 2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
  • Event online bulanan

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini