Prospek Saham Batu Bara, Melejit di Akhir 2024 dan Lesu di 2025?
katanya kalau musim dingin, harga batu bara naik dan positif ke harga saham batu bara, tapi kenapa lesu-lesu begini aja ya? simak ulasan lengkapnya di sini
Mikirduit – Harga batu bara Newcastle masih berada di area sideways sekitar 140-144 dolar AS per ton. Kira-kira, bagaimana prospek saham sektor batu bara di Indonesia ke depannya?
Sektor batu bara mendapatkan sentimen yang cukup mix antara positif dan negatif. Kami akan mengurai beberapa sentimen positif dan negatif secara global yang beredar.
Pertama, saham sektor batu bara mendapatkan prospek positif dengan memasuki siklus La Nina. Harapannya, jika La Nina yang terjadi cukup besar bisa mengganggu pengiriman batu bara di Australia. Sehingga, hal itu bisa mengerek harga batu bara menjadi lebih tinggi lagi.
Kedua, China disebut mencatatkan kenaikan impor batu bara yang signifikan hingga Oktober 2024. Hal itu diiringi dengan meningkatnya aktivitas pembangkit listrik tenaga batu bara yang signifikan.
China mencatatkan kenaikan penggunaan PLTU batu bara sebesar 6 persen menjadi 802,4 miliar kilowatt per hour (KwH) sepanjang September 2024. Lalu, aktivitas PLTU batu bara yang dikombinasikan dengan gas alam juga naik 8,9 persen menjadi 545,1 miliar KwH.
Hal itu disebabkan menurunnya jumlah produksi listrik pembangkit listrik tenaga air sebesar 14,6 persen menjadi 119,9 miliar KwH. Penurunan itu disebabkan periode El Nino sebelumnya membuat pasokan air mengering. Padahal, permintaan listrik lagi meningkat.
Untuk itu, analis komoditas Kpler memperkirakan China mengimpor lebih banyak batu bara hingga 33,67 juta ton pada Oktober. Mayoritas sumber batu bara China diimpor dari Indonesia dan Australia.
Kenaikan impor batu bara China pada Oktober 2024 dari Indonesia diperkirakan naik sebesar 27 persen menjadi 23,49 juta ton dibandingkan dengan 18,83 juta ton pada September 2024.
Ketiga, tapi ada sisi prospek negatif saham batu bara juga. Jadi, meski permintaan impor batu bara China meningkat pada akhir tahun ini, tapi China diperkirakan memesan batu bara dengan jumlah lebih rendah untuk kontrak pada 2025.
Hal itu disebabkan para pedagang batu bara di China mencatatkan kerugian atas impor batu bara thermal untuk pembangkit listrik dari beberapa pemasok seperti Indonesia, Rusia, Australia, hingga Kolombia. Pasalnya, aktivitas produksi tambang batu bara domestik dan perdagangan impor batu bara membuat China mengalami oversupply batu bara yang cukup besar.
Hal itu disebut cukup sulit diatasi jika ekonomi China masih lemah. Apalagi, jika Donald Trump menjadi Presiden di AS, ekspektasinya bisa menganggu pemulihan ekonomi China akibat kebijakan perang dagang.
Keempat, kondisi fakta di nomor tiga bisa jadi pemicu harga batu bara akan cukup sulit naik, meski La Nina terjadi cukup besar. Alasannya, permintaan dari China cenderung lemah sehingga saat permintaan rendah dan Supply terganggu, efeknya tidak begitu besar.
China Fenwei Energi Information Service Co. memperkirakan impor batu bara China akan turun pada 2025 sebesar 4 persen menjadi 490 juta ton.
Lalu, bagaimana prospek emiten batu bara?
Prospek Saham Batu bara di Indonesia
Jika melihat data kinerja penjualan ekspor batu bara per emiten di Indonesia hingga September 2024, trennya permintaan dari China masih terus mencatatkan penurunan.
Misalnya, ADRO mencatatkan penurunan ekspor ke China sebesar 35 persen menjadi 625,53 juta dolar AS. Lalu, PTBA mencatatkan penurunan ekspor ke China sebesar 55,44 persen menjadi Rp1,13 triliun. ABMM juga mencatatkan penurunan ekspor ke China sebesar 71,93 persen menjadi 27,42 juta dolar AS.
Dengan asumsi permintaan impor batu bara China meningkat di akhir tahun (karena ada masalah pengiriman dari tambang lokal yang mengutamakan pasokan di areanya), jadi kami menilai permintaan dari China ke emiten batu bara di Indonesia baru terlihat di kuartal IV/2024. Seberapa besar? kami menilai tidak akan membalikkan posisi transaksi yang turun menjadi naik, tapi cukup mengurangi nilai penurunan ekspor dibandingkan dengan periode sama di tahun lalu.
Kami pun membandingkan kinerja emiten batu bara yang sudah rilis kinerja keuangan kuartal III/2024, serta punya kontribusi pendapatan batu bara yang cukup besar. Untuk itu, kami membandingkan kinerja ADRO, PTBA, BSSR, INDY, dan ABMM, serta mengecualikan UNTR dan ITMG. Untuk UNTR karena bisnisnya terlalu diversifikasi, sedangkan ITMG belum rilis laporan keuangan kuartal III/2024.
Sebenarnya, jika dibandingkan dengan kelima saham batu bara lainnya, ADRO yang paling menarik. Beberapa poin menarik ADRO antara lain:
Pertama, ADRO mencatatkan penurunan laba bersih paling rendah dibandingkan dengan emiten batu bara lainnya di kuartal III/2024. Laba bersih ADRO hanya turun 2,95 persen menjadi 1,18 miliar dolar AS.
Kedua, dari segi net profit margin (NPM), ADRO masih cukup besar, yakni sebesar 26,57 persen. Angka itu jauh lebih besar dibandingkan dengan PTBA yang sebesar 10,54 persen, BSSR sebesar 15,49 persen, INDY sebesar 1,93 persen, dan ABMM sebesar 12,53 persen. Artinya, tingkat efisiensi operasional ADRO di atas rata-rata kelima saham tersebut yang sekitar 15 persen.
Dari segi proyeksi dividen tahun buku 2024, ADRO mencatatkan potensi terbesar dengan kenaikan 227 persen menjadi Rp1.341 per saham. Namun, kenaikan itu disebabkan adanya momen aksi spin off anak usaha.
Sementara itu, secara organik, rata-rata dividen saham batu bara di tahun buku 2024 diperkirakan masih turun. PTBA diperkirakan mencatatkan penurunan terendah. Dengan asumsi dividen payout ratio (DPR) tetap di 75 persen, PTBA mencatatkan penurunan dividen per saham sebesar 9,07 persen menjadi Rp361 per saham. Tingkat dividend yield dengan harga saat ini sekitar 12 persen.
Sementara itu, INDY diproyeksikan mencatatkan penurunan dividen yang paling dalam sebesar 62 persen menjadi Rp34 per saham. Hal itu selaras dengan penurunan kinerja INDY yang sudah melepas sebagian bisnis batu bara thermalnya.
Kesimpulan
Jika dilihat dari perbandingan ini, saham ADRO memang paling menarik. Namun, saham ADRO sudah naik cukup signifikan sejak mengumumkan rencana pembagian dividen spesial yang jumbo. Posisi PBV ADRO sudah di 1,09 kali. Angka PBV ini masih lebih murah dibandingkan dengan PTBA maupun BSSR, serta rata-rata sektoral kelima saham tersebut yang sebesar 1,33 kali.
Tapi, jika mau diadu yang lebih, saham ABMM bisa menjadi yang lebih menarik dengan PBV sebesar 0,77 kali. Namun, posisi ABMM yang murah juga harus dibayar dengan tingkat Debt ot Equity Ratio (DER) yang tinggi sebesar 1,28 kali. Meski, ABMM bakal buyback obligasi senilai 160 juta dolar AS pada akhir bulan ini. Sehingga rasio DER ABMM bisa menjadi 0,9 kali. (Asumsi dana pinjaman untuk buyback obligasi sudah masuk hitungan DER 1,28 kali di kuartal III/2024).
Catatannya, ada ekspektasi impor batu bara dari China bakal lebih rendah di 2025, sehingga kita tidak bisa berharap kinerja emiten batu bara bakal kinclong di tahun depan. Namun, ini baru perkiraan dengan asumsi stimulus ekonomi China yang kemarin dirilis tidak berdampak signifikan terhadap pemulihan ekonomi.
Namun, jika yang terjadi sebaliknya, hal itu bisa jadi titik balik pertumbuhan kinerja emiten batu bara. Untuk itu, kami menilai jika ingin masuk ke saham batu bara, pilih yang masih murah dan punya dividen cukup besar sehingga periode nunggu kebangkitan sektornya bisa terbayarkan dengan hasil dividen.
Kalau kamu lebih suka pilih saham batu bara yang mana nih?
Yuk Join Grup Mikirdividen untuk Dapat Pilihan Saham Investasi Jangka Panjang Serta Diskusi dan Update Saham Eksklusif Bersama Ratusan Investor Saham Lainnya
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini . Ada promo spesial diskon langsung Rp200.000 untuk langganan setahun! CUMA SAMPAI 31 Desember 2024 dan Kuota terbatas!
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini