Prospek Saham KLBF yang Harganya Sudah Turun 30 persen
Saham KLBF salah satu emiten yang memiliki fundamental cukup oke dan risiko kredit rendah. Pertanyaannya, setelah harga sahamnya turun 30 persen, apakah sudah cukup murah untuk diserok?
Mikirduit – Harga saham KLBF sudah turun 30 persen dalam setahun terakhir. Posisi per 17 Mei 2024 sudah berada di level terendah sejak Oktober 2021. Apakah saham KLBF sudah murah, dan bagaimana prospek ke depannya?
Dengan penurunan harga saham yang cukup tajam, secara valuasi price to earnings ratio (PE) memang sudah cukup murah sebesar 24,51 kali. Posisi itu sudah di bawah rata-rata 5 tahunnya.
Jika menggunakan proyeksi laba bersih per saham KLBF di 2024 sekitar Rp69 per saham, harga wajar saham tersebut sekitar Rp1.807 per saham. Kalau begitu, bagaimana dengan prospek ke depannya? apakah menarik dengan membeli di posisi PE setara 24,51 kali laba bersih-nya terakhir.
Kondisi Kinerja KLBF per Kuartal I/2024
Jika merujuk kinerja KLBF kuartal I/2024, perseroan mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 11,9 persen menjadi Rp957 miliar. Kenaikan laba bersih itu memang menandakan kinerja KLBF mulai bertumbuh di atas 10 persen lagi. Terakhir, kinerja kuartal pertama KLBF yang mencatatkan kenaikan di atas 10 persen terjadi pada 2021 sebesar 16,62 persen.
Beberapa pendorong kenaikan laba bersih KLBF antara lain:
Pertama, pendapatan perseroan naik sebesar 6,28 persen menjadi Rp8,36 triliun. Untuk pendapatan KLBF diselamatkan oleh pertumbuhan bisnis distribusi dan logistik yang naik 14,87 persen menjadi Rp2,77 triliun. Apalagi, bisnis distribusi dan logistik ini berkontribusi paling besar terhadap pendapatan KLBF.
Sementara itu, pendapatan dari bisnis obat resep, produk kesehatan, dan nutrisi tumbuh moderat di bawah 5 persen. Bahkan, produk kesehatan hanya tumbuh 0,86 persen dan nutrisi tumbuh 1,89 persen.
Kedua, adanya penurunan biaya operasional lain-lain sebesar 87 persen menjadi Rp10 miliar. Penurunan biaya operasional lain-lain ini didorong oleh tidak adanya rugi selisih kurs dan penyisihan persediaan usang yang di periode sama tahun sebelumnya mencapai Rp68 miliar.
Ketiga, kenaikan penghasilan bunga dari deposito sebesar 73 persen menjadi Rp40 miliar.
Meski begitu, kami mencatat ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari kinerja keuangan KLBF hingga kuartal I/2024.
Salah satunya, gross profit margin KLBF mencatatkan penurunan menjadi 39,71 persen dibandingkan dengan 40,92 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Hal itu dipicu kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 8,43 persen menjadi Rp5 triliun. Kenaikan itu melebihi pertumbuhan pendapatan sehingga menggerus gross profit marginnya.
Menariknya, kenaikan beban pokok pendapatan KLBF saat ini tidak didorong oleh kenaikan bahan baku. Toh, beban bahan baku dan kemasan malah turun 15 persen menjadi Rp1,52 triliun.
Kenaikan beban pokok pendapatan terjadi karena perputaran persediaan yang lebih lambat dari awal periode dengan akhir periode kuartal I/2024. Misalnya, dari segi persediaan barang jadi mencatatkan kenaikan beban pokok penjualan produksi sebesar 216 persen menjadi Rp545 miliar. Lalu, beban pokok penjualan distribusinya naik 15 persen menjadi Rp2,49 triliun.
Jika dilihat per segmen bisnis, dua lini bisnis yang membuat kenaikan beban pokok pendapatan tersebut datang dari obat resep dan segmen distribusi. Kedua segmen itu mencatatkan penurunan gross profit margin.
Obat resep mencatatkan penurunan gross profit margin menjadi 52,36 persen dibandingkan dengan 53,62 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Lalu, segmen distribusi dan logistik mencatatkan penurunan menjadi 10,1 persen dibandingkan dengan 10,25 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Prospek KLBF
Ada beberapa prospek yang bisa membuat kinerja bisnis maupun harga saham KLBF menarik di 2024.
Pertama , KLBF sempat mengejutkan setelah mengakuisisi 99,98 persen Sanofi Indonesia pada akhir 2022. Sanofi sendiri salah satu perusahaan obat penyakit berat seperti diabetes, kanker, gangguan jantung, dan pembuluh darah, vaksinasi, dan penyakit langka lainnya. Namun, porsi pendapatan dari segmen bisnis obat tersebut masih tidak terlalu besar.
Riset Indopremier yang rilis pada 30 April 2024 mencatat segmen obat biologis itu sudah berkontribusi sebesar 10 persen dari total penjualan farmasi KLBF.
Penjualan dari segmen obat biologis (penyakit berat) itu bisa tumbuh lebih agresif dengan penjualan biosimilar dan komersialisasi produk biologis baru PD1 dan Epo jangka panjang di semester II/2024.
Kedua, masih ada kaitannya dengan poin pertama. KLBF menyiapkan anggaran belanja modal senilai Rp1 triliun sepanjang 2024. Dana belanja modal itu akan digunakan untuk penambahan kapasitas obat resep. Serta, untuk menjalankan proyek baru.
Proyek baru KLBF yang lagi dikembangkan adalah Radiofarmaka. Proyek ini akan menjadi solusi untuk deteksi dini penyakit kanker. Proyek sudah berjalan dan bekerja sama dengan beberapa rumah sakit.
Ketiga, KLBF juga berencana melakukan buyback dengan harga maksimal di Rp1.600 per saham. Total dana yang disiapkan sekitar Rp1 triliun dan akan dilakukan pada 16 Mei 2024 hingga 15 Mei 2025.
Sebelumnya, KLBF baru saja melakukan pengalihan saham buyback sebelumnya ke publik. Total saham yang dialihkan sebanyak 2,17 juta lembar saham dengan harga jual Rp1.420 per saham. KLBF melakukan penjualan tersebut di harga Rp1.420 per saham pada 13 Mei 2024. Dari aksi ini, KLBF mencatatkan keuntungan sebesar 49 persen. (dengan harga pembelian rata-rata di Rp949 per saham)
Kesimpulan
Secara umum, KLBF sebagai pemain farmasi swasta domestik terbesar memiliki prospek yang oke ke depannya. Dengan skala pangsa pasar yang sudah dipegang, serta rencana ekspansi ke produk biologis, dan proyek lainnya yang sifatnya business to business dengan rumah sakit bisa membuat pertumbuhan bisnis KLBF lebih stabil mengimbangi fluktuasi permintaan di produk business to consumer.
Meski, catatannya saham KLBF ini memang memiliki dividen yang tidak terlalu besar seperti, dari tahun buku 2023 dan dividen final 2024 kemarin, KLBF membagikan senilai Rp31 per saham yang tingkat dividend yield-nya hanya sekitar 2 persen. Namun, jika prospek pertumbuhan bisnis terus berlanjut dan kamu pegang di harga bawah tingkat dividend yield-nya akan terus merangkak naik.
Misalnya, dari pembagian dividen tahun ini, total dividend yield sekitar 2,06 persen. Dengan asumsi pertumbuhan laba bersih per saham KLBF sesuai dengan konsesus analis di 2024 senilai Rp69 per saham dan di 2025 senilai Rp76 per saham. Jika kamu hold di harga saat ini, tingkat dividend yield-nya akan beranjak naik ke 2,3 persen hingga 2,6 persen.
Untuk itu disarankan masuk KLBF di harga yang cukup murah. Seperti, KLBF sendiri membatasi harga buyback saham tidak lebih dari Rp1.600 per saham. Itu bisa jadi patokan. Bahkan, lebih menarik jika menunggu harga saham KLBF kembali ke kisaran Rp1.300 - Rp1.400 per saham.
Kalau menurutmu seberapa menarik saham KLBF?
Butuh mentor dan diskusi untuk membangun aset saham dividen yang kokoh, tapi nggak bosenin?
Kamu join Mikirdividen, kamu akan mendapatkan semua ini:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
- Event online bulanan, topik sesuai kebutuhan member
Tertarik? langsung join mikirdividen dengan klik link di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini