Prospek Saham Migas dan Batu Bara Seiring Trump yang Mau Genjot Shale Oil
Ambisi Trump menjadikan Amerika menjadi Adidaya lagi salah satunya ingin menjadikan energi dari minyak dari tanahnya bisa membantu menekan laju inflasi. Kira-kira, apa efeknya ke harga saham migas?
Mikirduit – Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump menunjuk Chris Wright sebagai menteri energi Amerika Serikat. Tujuannya, Trump ingin mendorong dominasi energi Amerika Serikat yang bisa menekan inflasi. Pertanyaannya, kondisi bagus atau tidak untuk saham minyak?
Kenaikan harga minyak yang terjadi dalam 2 hari terakhir bukan didorong oleh terpilihnya Menteri Energi Trump tersebut, melainkan lebih didorong oleh sentimen produksi lapangan minyak Norwegia yang terhenti sementara karena serang Rusia ke Ukraina.
Sementara itu, secara umum keputusan Trump memilih sosok menteri Energi yang pro produksi minyak Amerika Serikat (AS) itu bisa berdampak negatif untuk harga minyak maupun komoditas energi lainnya.
Salah satu alasannya antara lain, Trump menginisiasikan produksi shale oil besar-besaran agar harga energi bisa ditekan menjadi lebih murah. Hal ini sempat terjadi ketika booming shale oil, minyak asal AS, pada medio 2012-2016 yang membuat harga minyak sempat terjun bebas hingga 25 dolar AS per barel.
Kala itu, produksi shale oil meningkat drastis, sedangkan OPEC plus termasuk Rusia enggan memangkas produksi karena khawatir pangsa pasarnya bisa direbut oleh AS yang juga mulai ekspor minyak shale oil.
Puncaknya, ketika harga minyak dunia turun ke bawah 30 dolar AS per barel, produsen shale oil AS mulai megap-megap karena rata-rata harga pokok produksinya sekitar 30-35 dolar AS per barel. Akhirnya, banyak rig yang berhenti beraktivitas dan produksi AS turun sementara.
Hal tersebut karena biaya produksi shale oil kalah kompetitif dibandingkan dengan OPEC yang memiliki harga pokok produksi di sekitar 10 dolar AS per barel.
Ada beberapa data pasokan dan produksi minyak AS yang bisa mempengaruhi harga dunia antara lain:
- Ketika produksi mingguan naik tembus ke atas 14 juta barel per hari dalam 3 bulan ke depan. Sebagai gambaran, per pekan kedua November 2024, produksi minyak AS sebesar 13,4 juta barel per hari.
- Pasokan minyak AS tembus di atas 1 miliar barel. Pasokan minyak AS per pekan kedua November 2024 sebesar 817,53 juta barel per hari
Korelasi dengan Harga Batu Bara
Sementara itu, jika harga minyak turun signifikan ke bawa 70 dolar AS per barel hingga tembus 50 dolar AS per barel bisa jadi alamat buruk untuk harga batu bara. Pasalnya, dengan harga batu bara masih di atas 100 dolar AS per ton, minyak menjadi komoditas energi paling murah dan menarik.
Hal itu bisa membuat komposisi permintaan batu bara melambat yang juga berpengaruh ke harga komoditasnya. Soalnya, minyak menjadi pilihan komoditas energi yang lebih menarik.
Hal itu seperti kejadian di 2014-2016, ketika harga minyak turun ke level rendah, harga batu bara juga turun ke level lebih rendah lagi. Saat harga minyak berada di 30 dolar AS per bareng, harga batu bara berada di kisaran 50 dolar AS per ton.
Namun, ada beberapa perbedaan antara periode 2014-2016, yakni terkait geopolitik. Kala itu, geopolitiknya tidak sepanas saat ini. Beberapa permasalahan pada periode antara lain, krisis utang Yunani hingga drama Brexit.
Sementara itu, saat ini tingkat geopolitik di Timur Tengah antara Israel dengan beberapa negara Timur Tengah, Rusia-Ukraina, China dengan Taiwan, Risiko perang dagang AS-China setelah Donald Trump Terpillih.
Semua faktor itu bisa menghambat risiko penurunan harga minyak dan batu bara karena ada potensi gangguan supply. Seperti per 19 November 2024, harga minyak kembali naik karena ada risiko gangguan supply di Norwegia.
Seberapa Menarik Saham Minyak dan Batu Bara?
Jika dilihat harga per 19 November 2024, harga saham batu bara cenderung masih cukup mahal, sedangkan untuk saham migas yang sudah cukup murah ada di MEDC.
Namun, dengan risiko penurunan harga minyak dan batu bara jika Supply minyak dari AS meningkat drastis, kita perlu wait and see.
Apalagi, tren harga saham migas dan batu bara bisa turun ke level lebih rendah jika penurunan harga komoditas sudah berdampak terhadap kinerja bisnisnya.
Kesimpulan
Meskipun ada risiko penurunan harga minyak jika Trump ingin menggenjot produksi dalam negerinya, tapi kami menilai posisi harga minyak tidak akan mengulang 2015-2016.
Beberapa alasannya:
- Saat ini era penurunan suku bunga sehingga ada potensi demand juga meningkat. Jadi, kenaikan produksi minyak AS bakal diimbangi dengan potensi kenaikan permintaan. Berbeda dengan 2014-2015, booming shale oil terjadi saat suku bunga tinggi.
- Tingkat konflik geopolitik sangat tinggi sehingga harga minyak justru bisa naik ketika ada gangguan supply yang diiringi dengan kenaikan permintaan.
Sehingga, harga minyak terburuk jika angka-angka produksi dan pasokan AS mencapai level yang kami perkirakan (produksi di atas 14 juta barel per hari, sedangkan pasokan di atas 1 miliar barel) adalah sekitar 50 dolar AS per barel.
Jika harga minyak menembus level terendah tersebut, saham-saham yang terkait distribusi dan logistik bisa cukup menarik karena biaya angkutan yang mengalami penurunan. Biasanya, harga BBM non-subsidi akan ikut turun. Sebagai catatan, saat harga minyak di 30 - 50 dolar AS per barel, harga Pertamax ada di sekitar Rp8.500 -Rp9.500 per liter.
Dengan kondisi ini, kita bisa melakukan strategi pembelian saham komoditas minyak dan batu bara yang sudah berada di bawah harga wajar. Meski, kenaikan harga komoditas bisa jadi terbatas jika ekonomi China tidak kunjung pulih akibat perang dagang dengan AS pasca Trump menjadi presiden di AS.
Dengan kondisi-kondisi tersebut, seberapa menarik saham komoditas energi menurutmu?
Yuk Join Grup Mikirdividen untuk Dapat Pilihan Saham Investasi Jangka Panjang Serta Diskusi dan Update Saham Eksklusif Bersama Ratusan Investor Saham Lainnya
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini . Ada promo spesial diskon langsung Rp200.000 untuk langganan setahun! CUMA SAMPAI 31 Desember 2024 dan Kuota terbatas!
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini