Prospek Sektor Otomotif di 2024, Suram atau Bersinar?
Saham sektor otomotif mencatatkan kinerja keuangan kuartal I/2024 yang kurang bergairah. Posisi suku bunga yang sudah tinggi jadi pemicu permintaan otommotif makin lambat. Terus gimana prospeknya ya?
Mikirduit – Saham otomotif bisa dibilang cukup berjaya pada 2023 seperti saham IMAS, AUTO, DRMA, hingga SMSM yang naik cukup signifikan sepanjang tahun lalu. Pertanyaannya, gimana prospek saham otomotif di 2024? berikut ulasan dengan data laporan keuangan kuartal I/2024..
Jika melihat data penjualan otomotif untuk mobil maupun motor secara nasional di kuartal I/2024, hasilnya kompak mencatatkan penurunan.
Gaikindo mencatat data penjualan mobil wholesales sepanjang kuartal I/2024 turun 23 persen menjadi 215.069 unit. Lalu, penjualan mobil ritel turun 15 persen menjadi 230.778 unit.
Begitu juga dengan industri sepeda motor, Asosiasi Industri Sepeda Motor (AISI) melaporkan penjualan roda dua secara nasilnal turun 4,83 persen menjadi 1,73 juta unit.
Tren kuartal pertama ini menunjukkan daya beli masyarakat untuk kendaraan baru baik roda dua maupun empat mulai melambat. Hal ini bsia disebabkan oleh tingkat suku bunga yang cukup tinggi. Meski, Bank Indonesia masih melanjutkan insentif loan to value minimal 100 persen alias uang muka 0 persen untuk pembiayaan kendaraan bermotor, tentunya dengan syarat ketentuan ya.
Kami menilai periode tekanan sektor otomotif akan berlanjut sepanjang 2024 dan di 2025 bisa mulai menjadi titik baliknya. Tapi, apakah harga saham otomotif kini sudah menarik? berikut ulasan 2 saham otomotif sebagai penjual dan pabrikan, dan 3 saham komponen otomotif.
Saham ASII
Sebenarnya, saham ASII tidak sekadar otomotif. Emiten konglomerasi ini memiliki tujuh lini usaha, yakni otomotif, keuangan, tambang, agribisnis, infrastruktur, teknologi informasi, dan properti.
Secara umum, kinerja ASII di kuartal I/2024 mencatatkan penurunan sebesar 2,13 persen menjadi Rp81,2 triliun. Pendorong penurunan terbesar datang dari segmen tambang sebesar 7,1 persen menjadi Rp32,41 triliun. Sementara itu, segmen otomotif bergerak stagnan di 0,01 persen.
Di sisi lain, laba bersih ASII turun lebih dalam sekitar 14,39 persen menjadi Rp7,46 triliun. Tekanan laba bersih ASII disebabkan oleh floating loss dalam investasi saham di GOTO, serta kenaikan biaya keuangan sebesar 83,15 persen menjadi Rp978 miliar.
Secara khusus, bisnis otomotif ASII sebenarnya punya kinerja yang masih oke, meski bukan didorong pertumbuhan bisnisnya. Pendapatan dari sektor otomotif ini memang stagnan di Rp34,19 triliun, tapi laba kotor naik 7 persen menjadi Rp3,88 triliun, dan laba bersih naik 4,74 persen menjadi Rp3 triliun.
Pengelolaan biaya yang lebih efisien itu membuat gross profit margin bisnis otomotif ASII naik menjadi 11,35 persen dibandingkan dengan 10,6 persen, dan net profit margin naik menjadi 8,85 persen dibandingkan dengan 8,44 persen.
Lalu, apakah ASII menarik untuk dibeli? kami hitung harga wajar ASII itu ada di Rp5.959 per saham. Namun, dengan karakter saham ASII yang cenderung stagnan di kisaran Rp5.000 - Rp7.000-an, kami menyarankan masuk ke ASII jika ada di Rp5.000, bahkan lebih menarik saat masuk di Rp4.800 - Rp4.900 seperti beberapa waktu lalu.
Saham IMAS
IMAS mencatatkan kinerja yang kurang oke di 2024. Laba bersihnya turun 91 persen menjadi Rp14,66 miliar. Kenapa bisa begitu?
Sebenarnya, pendapatan IMAS naik 0,76 persen menjadi Rp7,28 triliun. Namun, kenaikan beban pokok pendapatan lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan sebesar 1,19 persen sehingga membuat laba kotor IMAS turun 1,04 persen menjadi Rp1,42 triliun.
Ditambah, tren beban penjualan juga naik 8,31 persen menjadi Rp482 miliar, sedangkan pendapatan operasi lain turun 32,86 persen menjadi Rp141 miliar. Laba usaha IMAS pun turun 16,76 persen menjadi Rp596 miliar.
Lalu, IMAS mencatatkan penurunan bagian tas laba bersih entitas asosiasi sebesar 41,67 persen menjadi Rp42 miliar, serta mencatatkan kenaikan beban keuangan sebesar 19,71 persen menjadi Rp577 miliar. Hal itu bikin laba sebelum pajak IMAS turun 63 persen menjadi Rp133 miliar.
Di sisi lain, dengan asumsi penjualan otomotif di 2024 melandai, kami memperkirakan harga wajar IMAS ada di Rp854 per saham. Artinya, harga IMAS saat ini juga masih cukup tinggi.
Saham SMSM
SMSM menjadi emiten onderdil otomotif yang terkenal dengan dividen kuartalannya. SMSM juga menjadi pemasok beberapa komponen ke Astra dan beberapa pabrikan otomotif lokal hingga luar negeri. Salah satu produk andalannya adalah filter udara merek Sakura dan radiator.
Namun, kinerja SMSM di kuartal I/2024 memang kurang oke setelah pendapatan turun 9,54 persen menjadi Rp1,15 triliun. Laba bersih SMSM juga turun 2,96 persen menjadi Rp215 miliar.
Kinerja SMSM turun setelah permintaan ekspor dan domestik kompak turun di tiga bulan pertama tahun ini. Pendapatan ekspor turun 11,14 persen menjadi Rp458 miliar, sedangkan pendapatan domestik turun 8,46 persen menjadi Rp698 miliar.
Sebelumnya, di 2023, SMSM masih terselamatkan oleh permintaan domestik yang masih tumbuh, sedangkan permintaan ekspor cukup menantang karena kondisi ekonomi global juga lagi melambat.
Meski begitu, SMSM masih mampu menjaga margin keuntungan tetap naik, meski kinerja lagi tertekan. Gross profit margin SMSM naik menjadi 35,42 persen dibandingkan dengan 34,16 persen. Lalu, net profit margin naik menjadi 18,59 persen menjadi 17,33 persen.
Harga saham SMSM bisa dibilang sudah murah dengan asumsi wajar di Rp1.925 per saham. Namun, kami sarankan jika ingin masuk ke SMSM saat ini lebih baik cicil beli hingga bisa mendapatkan harga terbaik. Asumsi masih ada risiko penurunan harga dengan perkirakaan harga best price di Rp1.500 per saham.
Saham DRMA
Saham DRMA pun seperti baru pulang dari bulan madu setelah kinerja impresif sepanjang 2023 hasil dari aksi akuisisinya pada akhir 2022. Namun, kinerja DRMA di kuartal I/2024 kurang menggembrikan.
DRMA mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 7,4 persen menjadi Rp1,33 triliun, sedangkan laba bersihnya anjlok 38,25 persen menjadi Rp133 miliar.
Penurunan laba bersih DRMA disebabkan adanya kenaikan beban penjualan dan beban umum serta administrasi saat pendapatan turun. Beban penjualan DRMA naik 7,87 persen menjadi Rp19,18 miliar, sedangkan beban umum dan adminstrasi naik 15,66 persen menjadi Rp68,52 miliar.
Di saat yang bersamaan, pendapatan dari operasi lain turun 76 persen menjadi Rp21,38 miliar. Namun, kami menilai ini tidak terlalu material karena penurunan terjadi akibat hilangnya pos goodwill negatif Rp55 miliar dan laba selisih kurs senilai Rp3,91 miliar. Jika mengecualikan itu, penurunan pendapatan operasi lain dari pendapatan scrap, laba dari investasi asosiasi, dan lain-lain masih wajar.
Kondisi kenaikan beban-beban tersebut membuat DRMA mencatatkan penurunan net profit margin menjadi 9,99 persen dibandingkan dengan 14,98 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Meski begitu, DRMA masih mampu mengerek gross profit margin menjadi 18,46 persen dibandingkan dengan 17,89 persen.
Sebenarnya, kami menilai saham DRMA ini sudah cukup murah dengan asumsi harga wajar di Rp1.041 per saham. Namun, untuk mau masuk ke saham DRMA bisa bertahap dengan asumsi penurunan terburuk bisa ke Rp600-an per saham. Hal ini memungkinkan jika kinerja perseroan terus tertekan sepanjang 2024.
Saham AUTO
Saham AUTO juga mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 7,57 persen menjadi Rp4,59 triliun. Meski begitu, AUTO masih mampu mencatatkan laba bersih sebesar 9,72 persen menjadi Rp475 miliar.
Adapun, pendorong laba bersih AUTO adalah adanya penurunan biaya umum dan administrasi sebesar 26 persen menjadi Rp212 miliar. Ditambah, ada pendapatan bagian atas laba entitas asosiasi sebesar 5 persen menjadi Rp252 miliar, serta kenaikan penghasilan keuangan sebesar 25 persen menjadi Rp45 miliar.
Di sisi lain, kami menilai harga saham AUTO sudah cukup tinggi. Dari penilaian kami, harga wajar AUTO ada di Rp1.710 per saham.
Saham MPMX
MPMX menjadi emiten otomotif yang mencatatkan kinerja keuangan positif pada kuartal I/2023.
MPMX mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 2,56 persen menjadi Rp3,88 triliun. Lalu, laba bersihnya naik 25,51 persen menjadi Rp164 miliar.
Laba bersih MPMX naik tinggi karena didorong beberapa pos seperti:
- Kenaikan pendapatan lainnya sebesar 42,7 persen menjadi Rp62,48 miliar. Pendapatan lainnya ini berasal dari bea balik nama kendaraan, keuntungan valuta asing, pendapatan investasi, dan lainnya.
- Beban lainnya turun 93,77 persen menjadi Rp2,15 miliar
- Pendapatan keuangan neto naik 23,97 persen menjadi Rp34,29 miliar
Meski begitu, posisi harga saham MPMX di atas Rp1.000 per saham masih cukup tinggi. Kami asumsikan harga wajar MPMX ini ada di Rp844 per saham.
Kesimpulan
Secara keseluruhan kinerja emiten otomotif maupun produsen onderdilnya memang lagi menantang di 2024. Hal itu disebabkan kondisi ekonomi yang mulai melambat akibat tingkat suku bunga tinggi yang berjalan sudah hampir lebih dari satu tahun. Beberapa emiten otomotif yang mampu mencatatkan laba bersih naik lumayan pun karena adanya pengelolaan biaya dan pendapatan di luar operasional.
Kami memperkirakan, saham otomotif ini berpotensi tertekan ke depannya jika penjualan otomotif masih lanjut melandai. Meski begitu, saham otomotif ini layak dibeli karena saat ini bsia jadi mulai masuk siklus penurunan sampai nanti adanya kebijakan penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia.
Beberapa saham otomotif yang bsia dilirik menurut kami antara lain, ASII, DRMA, dan SMSM untuk timeframe lebih jangka panjang.
Mau dapat info saham dividen jumbo serta strategi investasi dan outlook publikasi bulanan?
Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini