Proyeksi Dividen Saham Bank BUMN Jelang RUPS Pekan Depan

Bank BUMN bakal mengadakan RUPS pada 24-26 Maret 2025. Kira-kira seberapa besar potensi dividennya, serta risiko jika masuk saham bank BUMN saat ini?

saham bank BUMN

Mikirduit – Pekan depan (24-26 Maret 2025) akan menjadi periode RUPS tahunan saham-saham Bank BUMN seperti, BBRI, BMRI, dan BBNI. Dengan posisi penurunan harga saham yang sudah signifikan, seberapa besar potensi dividend yield yang didapatkan? apakah saham bank BUMN masih cukup menarik?

Sepanjang tahun ini, kinerja harga saham ketiga bank BUMN tersebut memang tenga turun signifikan. Penurunan terbesar adalah BMRI sebesar 18,6 persen, sedangkan penurunan terbesar kedua BBRI sebesar 10,29 persen, terakhir BBNI yang turun 5,75 persen sepanjang 2024.

Lalu, siapa saham Bank BUMN yang memiliki tingkat dividend yield terbesar?

Saham BBRI

Saham BBRI menjadi bank BUMN yang berpotensi bagikan dividen final dengan tingkat dividend yield terkecil. Dengan perkiraan dividend payout ratio sebesar 85 persen, BBRI hanya akan bagikan dividen final senilai Rp204 per saham. Dengan harga perdagangan 20 Maret 2025, berarti dividend yield BBRI sekitar 5,57 persen. 

Namun, hal itu disebabkan sebelumnya BBRI sudah bagikan dividen interim senilai Rp135 per saham. Jika diakumulasikan dengan dividen interim, total dividen mencapai Rp339 per saham, dan tingkat dividend yield total sekitar 9,26 persen. 

Tantangan dari saham BBRI adalah kinerjanya yang berpotensi masih melambat di 2025. Alasannya, perseroan bakal meningkatkan pencadangan untuk antisipasi kredit bermasalah. 

Hasilnya, laba bersih BBRI per Januari 2025 turun 58 persen menjadi Rp2 triliun. 

Faktor penurunan laba bersih BBRI didorong oleh beberapa faktor seperti:

Pertama, pertumbuhan kredit yang melambat. Secara year on year, pertumbuhan kredit BBRI per Januari 2025 hanya naik 4,61 persen menjadi Rp1.209 triliun. Hasilnya, pendapatan bunga bersih BBRI turun 7,63 persen menjadi Rp8,92 triliun. 

Kedua, anggaran pencadangan atau impairment BBRI naik 188 persen menjadi Rp5,62 triliun. Kenaikan itu membuat laba bersih BBRI tertekan signifikan menjadi turun 58 persen. 

Saham BMRI

Saham BMRI menjadi saham bank BUMN dengan potensi dividend yield terbesar kedua. Dengan asumsi dividend payout ratio sebesar 60 persen, BMRI diproyeksikan bagikan divdien Rp358 per saham. Dengan menggunakan harga saham per 20 Maret 2025, berarti tingkat dividend yield-nya sekitar 7,72 persen. 

Kinerja BMRI di Januari 2025 bisa dibilang masih lebih baik dibandingkan dengan BBRI. BMRI masih mampu mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang positif sebesar 4,47 persen menjadi Rp4 triliun. 

Kenaikan laba bersih BMRI ditopang oleh pertumbuhan kredit yang cukup agresif, yakni naik 19,29 persen menjadi Rp1.307 triliun. Sehingga pendapatan bunga bersih perseroan bisa naik 11,36 persen menjadi Rp6,54 triliun. 

Namun, catatan kami, meski pendapatan bunga bersih naik 11 persen, ditambah penurunan pencadangan sebesar 4,43 persen menjadi Rp568 miliar, laba bersih BMRI tumbuh cenderung lebih lambat.

Saham TOWR Ajukan Rencana Right Issue Lagi, Sinyal Kebangkitan?
Saham TOWR sudah berada di harga yang sangat diskon dengan kinerjanya yang masih mampu tumbuh positif. Apalagi, TOWR menjadi salah satu emiten menara telekomunikasi yang sangat ekspansif. Jadi, bagaimana prospeknya?

Saham BBNI

Saham BBNI menjadi Bank BUMN dengan potensi dividen terbesar. Dengan asumsi BBNI menaikkan payout ratio-nya ke level tertinggi 60 persen (sebelumnya manajemen memberikan gambaran sekitar 55-60 persen), berarti tingkat dividen final BBNI sekitar Rp345 per saham. Dengan menggunakan harga saham per 20 Maret 2025, berarti tingkat dividend yield-nya tembus 8,44 persen. 

Dari sisi kinerja per Januari 2025, BBNI juga menjadi yang terbaik dibandingkan dengan dua saham bank BUMN lainnya. 

BBNI mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 9,73 persen menjadi Rp1,62 triliun. Kenaikan laba bersih itu didorong oleh pertumbuhan kredit yang terjaga di atas 10 persen menjadi Rp749 miliar. Sehingga pendapatan bunga bersih perseroan masih mampu tumbuh positif sebesar 1,71 persen menjadi Rp3,17 triliun. 

Ditambah biaya pencadangan yang turun 20,68 persen menjadi Rp514 miliar. Sehingga laba bersih bisa tumbuh mendekati 10 persen.

Tantangan Saham Bank BUMN

Saham Bank BUMN memiliki beberapa tantangan dan peluang, kami akan menjabarkan beberapa tantangan dan peluang saham Bank BUMN. 

Dari segi tantangan: saham Bank BUMN menghadapi risiko penugasan beberapa program pemerintah. Meski, rinciannya belum jelas, program koperasi merah putih dengan anggaran Rp5 miliar per koperasi disebut akan mendapatkan tambahan pinjaman likuiditas dari bank BUMN. Namun, catatannya kami belum mengetahui berapa plafon likuiditas ke setiap koperasi.

Kami menilai program koperasi merah putih itu tumpang tindih dengan program KUR yang sudah dijalankan selama ini. Lebih baik mengoptimalkan program KUR dibandingkan dengan program Koperasi Merah Putih yang risiko kredit bermasalah meningkat karena yang melakukan manajemen pengelolaan dana-nya dari pihak koperasi. 

Selain itu, beberapa tantangan lainnya adalah penempatan pihak-pihak khusus di posisi komisaris BUMN dengan tingkat gaji yang tinggi membuat bank BUMN cenderung kalah saing dari segi biaya dibandingkan dengan BBCA, NISP, maupun BNGA. 

Lalu, program tiga juta rumah yang membutuhkan bantuan penyaluran kredit dari Bank BUMN ini juga bisa menjadi beban tambahan. Pasalnya, jika developer yang membangun program tiga juta rumah ini skalanya terlalu kecil bisa menjadi risiko kredit bermasalah juga bagi bank BUMN. 

Meski dalam bayang-bayang tekanan, tapi tetap ada peluangnya. Dalam jangka pendek, peluangnya saham-saham bank BUMN ini akan melakukan buyback. Lalu, Danantara juga berpotensi masuk dengan porsi terukur sehingga meningkatkan demand buy di saham-saham bank BUMN. 

Catatannya, kami menilai kinerja saham bank BUMN masih cukup menantang di 2025, pemulihan kinerja baru mulai terasa di kuartal III atau IV/2025 atau baru dimulai di awal 2026. 

Dengan kondisi ini, kamu yang ingin mencoba investasi ke saham bank BUMN harus memiliki minimal periode holding 2 tahun. Selain itu, bisa jika mengambil jangka pendek kurang dari 1 tahun jika saat melakukan buyback dan aksi beli Danantara terjadi kenaikan sementara yang cukup signifikan.

Konsultasikan dan Diskusi Kondisi Portomu dengan Join Mikirdividen

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .

Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.

Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Beberapa benefit baru:

  • IPO Digest Premium
  • Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
  • Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini