Proyeksi Dividen Saham BUMN 2025, Siapa yang Paling Besar?

Bersamaan musim laporan keuangan yang berlanjut, kini investor berharap pembagian dividen dari laba tahun lalu, termasuk dari saham BUMN. Lantas seberapa besar yang akan dibagikan tahun ini?

Proyeksi Dividen Saham BUMN 2025, Siapa yang Paling Besar?

Mikirduit - Memasuki periode musim laporan keuangan, investor juga mencermati seberapa besar dividen yang akan dibagikan, termasuk dari saham BUMN yang turut berkontribusi ke pendapatan negara. Kira-kira seberapa besar dividen dari deretan BUMN tahun ini? 

Bicara soal pendapatan negara, merujuk Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 201/2024 tentang Rincian APBN 2025, pemerintah menargetkan bisa dapat dividen BUMN tahun ini  senilai  Rp90 triliun.

Target itu lebih tinggi kalau dibandingkan dividen tahun lalu sebesar Rp86,38 triliun. Sebagai catatan juga, realisasi dividen 2024 itu berhasil naik 5,93 persen secara tahunan (yoy) dan melampaui target 2024 sampai 100,62 persen. 

Dari capaian itu, perbankan menjadi kontributor utama setoran dividen pemerintah, jika ditotal untuk tahun buku 2023, himpunan bank milik negara (Himbara) berhasil menyumbang kas negara senilai Rp45,59 triliun, melejit 21,43 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp40,84 triliun. 

Deretan perbankan pita emas RI pada tahun ini juga tampaknya cukup optimis bisa mempertahankan alokasi dividen sama seperti tahun-tahun sebelumnya, bahkan sebagian meyakini bisa naik pada tahun ini.  

Selain sektor bank, menarik juga dicermati perusahaan BUMN lain yang potensi memberikan dividen atraktif, terutama dari sektor pertambangan,  meliputi batu bara, mineral, dan energi. 

Hitung-hitungan Proyeksi Dividen BUMN 2025 

Sebelum hitung menghitung proyeksi dividen, di sini kami mengurutkan dulu beberapa BUMN yang sudah terkenal konsisten dalam membagikan dividen.

Dari data di atas nampak bahwa ada sembilan BUMN yang tercatat rutin bagi dividen selama lebih dari satu dekade. 

Sebagian dari itu, ada empat perusahaan sudah menyuarakan kisi-kisi terkait potensial dividen payout ratio (DPR) untuk dibagikan tahun ini dari laba tahun buku 2024, diantaranya ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

→ Potensi Dividen Yield BBRI 7,6 persen 

Melansir dari laman Youtube Hermanto Tanoko yang tayang pada16 Januari 2025, Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan secara fundamental Bank BRI masih solid. 

Sunarso menjelaskan kalau profitabilitas BRI tahun ini diprediksi akan kurang lebih masih sama seperti tahun lalu dan struktur modal masih kuat, tercermin dari rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) di atas 26 persen. 

Dari modal yang dipunya BRI itu, Ia menilai kalau ini lebih dari cukup untuk menutup risiko dan aturan Basell III yang berada di kisaran 17,5 persen. 

Lebih lanjut, Sunarso menyatakan kalau sampai lima tahun ke depan, berapapun laba BRI tidak perlu ditahan untuk memperkuat permodalan. 

Dari situ, bisa dinilai kalau sebagian laba BRI yang akan dialokasikan untuk dividen, porsinya tidak akan turun. 

Sebagai catatan, pada tahun lalu BRI membagikan dividen sebanyak 80,04 persen dari laba tahun buku 2023 atau setara Rp35,43 triliun. 

Kami menghitung BRI, jika menggunakan asumsi DPR tahun ini sebesar 8 persen dengan nilai EPS secara TTM akan menghasilkan nilai dividen per lembar sebesar Rp323,06.

Jika mengecualikan dividen interim yang telah dibagikan senilai Rp135 per saham. Berarti, dividen per saham BBRI di tahun ini sekitar Rp210 atau dengan harga penutupan 31 Januari 2025 menjadi sekitar 4,28 persen. 

Kalau dikurangi dari nilai itu, maka investor yang mulai beli lewat dari pembayaran dividen interim, hanya akan mendapat sisa dividen sebesar Rp188,06 per lembar dan potensial cuan-nya sisa 4,45 persen. 

→ Dividen Saham BMRI, Potensi Yield 6 persen

Beralih ke bank pelat merah selanjutnya, ada BMRI yang juga yakin bisa memberikan DPR sama seperti tahun-tahun sebelumnya. 

Mengutip Bisnis, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan  “Kita ingin sampaikan selama 5 tahun terakhir BMRI telah membagikan dividen yang baik, di mana dividend payout ratio secara konsisten kita bayarkan 60 persen [dari laba] dan tentu ke depan kami ingin mempertahankan level tersebut,” ujarnya dalam Public Expose, Selasa (27/8/2024). 

Dari sini kami menghitung potensi dividen BMRI, berdasarkan asumsi DPR sebesar 60 persen dan EPS secara TTM akan berada di Rp373,08 per lembar, dengan potensi yield sebesar 6,19 persen dari harga saham di Rp6.025 per lembar. 

 Dividen Saham BBNI, Potensi Yield Bisa >7 persen 

Bank pita emas RI selanjutnya ada BBNI. Menariknya, bank ini sudah paling duluan merilis kinerja laporan keuangan sepanjang 2024.

Sebagai catatan saja, Bank BNI berhasil meraup laba Rp21,46 triliun sepanjang 2024, tumbuh moderat 2,64 persen yoy. Dari laba ini merepresentasikan EPS sebesar 575. 

Bank BNI juga sudah memberikan kisi-kisi soal potensial DPR yang akan diberikan. Melansir laman Bisnis, Royke Tumilaar, Direktur Utama BNI mengatakan perkiraan  rasio pembagian dividen BNI tahun buku 2024 akan berada pada rentang 55 persen hingga 60 persen. 

“Mungkin sekitar 55 persen sampai 60 persen. Kita lihat nanti kebutuhannya ke depan,” katanya kepada wartawan di bilangan Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (15/1/2025).

Namun, dia juga menegaskan bahwa keputusan akhir terkait besaran dividen berada di meja Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Dari situ, kami bisa menghitung perkiraan dividen yang akan dibagikan bisa mencapai Rp316,50 - Rp354,28. Jika pelaku pasar beli di harga Rp4.640 per lembar, yield yang didapat bisa mencapai 6,82 persen - 7,64 persen. 

 Prediksi Dividen Saham TLKM, DPR Tidak Pernah <60 persen

Senada dengan bank-bank BUMN yang optimis mempertahankan DPR, Telkom juga tampaknya yakin bisa memberikan payout ratio tidak beda jauh dari tahun lalu. 

Mengutip Bisnis, VP Corporate Communication Telkom Andri Herawan Sasoko mengatakan “Angkanya belum bisa kami keluarkan sekarang, akan diumumkan menjelang RUPS. Namun, proporsinya tidak akan jauh berbeda dari tahun lalu,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, Jumat (24/1/2025). 

Jika melihat dalam satu dekade terakhir, Telkom tidak pernah absen memberikan dividen dengan DPR jugaa tidak pernah kurang dari 60 persen. 

Dari situ, kami mengasumsikan DPR dengan nilai yang sama dan nilai EPS secara TTM, akan menghasilan potensi dividen per lembar sebanyak Rp137,71 dan implikasi yield sebesar 5,18 persen dari harga saham di Rp2.660 per lembar. 

Selain dari empat perusahaan yang sudah memberikan kisi-kisi soal dividen, kami juga akan menghitung proyeksi dividen dari emiten BUMN bank daerah (BJTM dan BJTM), serta emiten tambang yang secara historis memberikan dividen atraktif (ELSA, PGAS, PTBA) 

→  Dividen Player ELSA : DPS Naik, Yield Potensi >7 persen   

Berikutnya, ada BUMN di sektor migas, PT Elnusa Tbk (ELSA). Kami nilai BUMN ini bisa memberikan dividen atraktif tahun ini karena punya net cash dan free cash flow yang tinggi. 

Selain itu, laba mereka juga tumbuh ciamik tahun lalu karena investasi yang gencar di hulu migas dan peningkatan penyaluran BBM seiring dengan pulihnya sektor otomotif. 

Sampai September 2024 lalu, EPS ELSA ini sudah mencapai 75,53, sudah melampaui EPS 2023 di 68,94. 

Jika menggunakan asumsi DPR sama seperti tahun lalu yang dipatok 40 persen, dengan EPS secara TTM, DPS nya bisa naik jadi Rp35,50 dari sebelumnya Rp27,57. 

Kalau investor membeli saham ELSA di level Rp450 per lembar, potensi cuan yang didapatkan bisa berada di 7,89 persen. 

→ Dividen PGAS : Laba Terbang, Cuan Dividen Potensi 12 persen 

Dividen player berikutnya yang menarik dari BUMN ada PT PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS). 

Anak usaha dari Grup Pertamina ini pada sepanjang Januari-September 2024 berhasil meraup laba bersih US$ US$263,38 juta. Capaian itu naik 32,69 persen dari posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 198,49 juta.

Melejitnya laba itu, membuat EPS PGAS jika dirupiahkan secara TTM berada di 215. Sementara, dari sisi payout ratio emiten migas ini bisa dibilang cukup royal, pada tahun lalu saja bisa mencapai 84,10 persen. 

Jadi, kalau kami hitung dengan asumsi data di atas, maka DPS nya bisa melambung jadi Rp180 dari periode tahun lalu Rp148,31. 

Adapun, dengan potensi yield yang didapatkan bisa mencapai 11,29 persen, jika pelaku pasar beli di harga saham Rp1.600 per lembar. 

→ Dividen PTBA : Yield Masih Menarik Tapi DPS Turun 

Terakhir, ada BUMN tambang batu bara yang terkenal royal bagi dividen, bahkan beberapa tahun lalu sempat memberikan payout sampai 100 persen. 

Namun, kali ini kita akan proyeksi dengan lebih konservatif karena batu bara pada tahun ini mengalami penurunan harga komoditas terus menerus. 

Berdasarkan data Trading economics, harga acuan batubara ICE Newcastle per Jumat (30/1/2025) berada di US$ 116,90 per ton, mendekati level terendah dalam empat tahun. 

Penurunan harga komoditas tentu berpengaruh ke penjualan PTBA sampai bottom line. 

Ini kemudian tercermin pada capaian laba bersih sepanjang Januari-September 2024 sebesar Rp3,23 triliun, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,77 triliun. 

Kalau dihitung secara TTM, EPS PTBA ini juga menyusut jadi 482,35 dibandingkan sepanjang 2023 sebanyak 530. Hal ini tentunya akan membuat prospek dividen yang didapatkan juga menyusut. 

Menggunakan asumsi DPR yang lebih konservatif di 65 persen,DPS akan menjadi Rp313,53 lebih kecil dari periode tahun lalu Rp397.71 per lembar. Meski begitu, untuk yield kami nilai masih akan cukup atraktif, jika pelaku pasar beli di harga Rp2690 per lembar, cuan masih bisa di atas 11 persen.

Punya Banyak Agenda, Harga Saham Malah Makin Ambles. Apa Kabar NCKL?
Makin jauhi harga IPO, saham NCKL sudah ambles 40% lebih. Padahal, emiten ini punya banyak agenda seperti buyback dan right issue. Kira-kira apa kabar sederet aksi korporasi itu dan prospek sahamnya?

Kesimpulan

Secara keseluruhan, kami menilai dividen dari beberapa emiten BUMN masih cukup atraktif dalam memberikan yield, terutama di sektor tambang migas yang cetak laba ciamik dan batu bara, meskipun ada kontraksi. 

Namun, perlu dicatat perhitungan yang kami lakukan masih kasaran menggunakan asumsi DPR tahun sebelumnya, sebagian juga ada dengan asumsi lebih konservatif. 

Penetapan dividen nantinya juga akan mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan, seberapa banyak kas yang dimiliki perusahaan, potensi ekspansi usaha ke depan, risiko yang akan dihadapo tahun ini dan hasil laba perusahaan itu sendiri untuk periode 2024. 

Dan, nantinya penetapan finalnya akan diputuskan pada  Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) masing-masing emiten, tentunya setelah update laporan kinerja keuangan full year 2024. 

Sebagai gambaran untuk membandingkan lebih lanjut, berikut rekap dari prediksi dividen beberapa emiten BUMN yang akan dibagikan tahun ini menggunakan laba tahun buku 2024 :

MUSIM DIVIDEN TELAH TIBA, CARI TAHU PROYEKSI DAN PILIHAN SAHAM MENARIK UNTUK INVESTASI JANGKA PANJANG BERSAMA MIKIRDIVIDEN

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .

Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.

Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Beberapa benefit baru yang sedang disiapkan:

  • IPO Digest Premium
  • Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
  • Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini