Ramalan Nasib Saham Bank Besar Setelah Laba Meroket di 2022

Laba bersih keempat bank besar memang meroket, tapi mau tau ramalan nasib saham bank besar setelah meroket di 2022?

Ramalan Nasib Saham Bank Besar Setelah Laba Meroket di 2022

Mikir Duit – Laba bersih bank besar seperti, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. meroket hebat sepanjang 2022. Ini menjadi tanda baik atau malah tanda buruk?

Keempat bank besar itu memang mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang luar biasa. Pertumbuhan kredit juga besar sampai Presiden Indonesia Joko Widodo geleng-geleng kepala mengira itu disebabkan suku bunga kredit yang tinggi. Padahal, kalau dilihat rata-rata suku bunga kredit yang disalurkan bank lebih rendah di 2022. Meski, yang floating rate kredit pemilikan rumah pasti berasa kenaikan suku bunganya.

Namun, kenaikan laba bersih bank kali ini bukan sekadar dari pertumbuhan kredit yang lebih agresif di 2022. Melainkan juga ada pengaruh dari penurunan pencadangan kerugian penurunan nilai. Apa itu? kamu bisa baca di sini.

Laba bank besar melejit setelah keempat bank itu kompak menurunkkan pencadangan hingga 20 persen sampai 30 persen dibandingkan dengan 2021. Penurunan pencadangan itu otomatis mengerek laba bersih perbankan.

Adapun, penurunan pencadangan yang agresif di 2022 itu dilakukan setelah pada 2020 rata-rata bank besar telah menaikkan pencangan sebesar 50 persen hingga 150 persen pada periode tahun tersebut. Hal itu yang menjadi penekan laba bersih bank saat pandemi Covid-19 selain dari sisi kredit juga melambat.

Apakah ada risikonya? sebenarnya jika ekonomi bergerak membaik seperti sebelum pandemi Covid-19, ya tidak masalah. Rata-rata pencadangan bank saat ini sudah hampir atau masih sedikit di atas dari posisi 2019 atau periode sebelum pandemi.

Masalahnya adalah tingkat suku bunga acuan bank sentral sudah terlalu tinggi, jika hal itu memicu lonjakan rasio kredit bermasalah. Bank bakal menaikkan pencadangan di 2023, sehingga laba bersih bank di tahun ini berpotensi melambat, atau malah turun.

Apa Saham Bank Besar yang Menarik?

Jika melihat stabilitas pertumbuhan laba bersih, BBCA dan BBRI menjadi dua bank besar yang menarik. Pasalnya, ketika tren kredit bermasalah secara industri melonjak pada 2015 dan 2016, kedua bank itu masih mencatatkan pertumbuhan laba bersih, meski sedikit melambat.

Di sisi lain, laba bersih BBNI dan BMRI kompak tergerus di periode 2015 dan 2016 saat risiko kredit bermasalah tinggi hingga ada masalah pengetatan likuiditas.

BBCA aman karena dari segi loan to deposit ratio (LDR) yang menggambarkan likuidtas lagi longgar atau ketat masih sangat rendah. Posisi LDR BBCA masih di bawah 80 persen, artinya ruang ekspansi yang besar. Tingkat rasio kredit bermasalah BBCA juga cenderung lebih stabil dibandingkan dengan bank besar lainnya.

Dengan amunisi yang masih banyak dan rasio kredit bermasalah yang stabil. Rasa-rasanya saham BBCA masih bisa melanjutkan tren pertumbuhan laba bersih 2023, meski berpotensi lebih lambat dari 2022.

Begitu juga dengan BBRI, dengan mayoritas bisnis kreditnya dari segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), justru sektor itu yang menjadi penyelamatnya. Saat segmen korporasi dan komersial bermasalah, BBRI justru mendapatkan keuntungan besar dari penyaluran kredit UMKM.

Apalagi, setelah kompetitor yang mencoba menyalurkan kredit di segmen UMKM seperti, PT Bank Danamon Tbk. (BDMN) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) sudah menyerah.

Lalu, BBRI menjadi salah satu bank yang selalu menambah pencadangan setidaknya selama 8 tahun terakhir. Penurunan pencadangan di 2022 menjadi yang pertama bagi BBRI, dan posisi pencadangan saat ini bisa terbilang cukup tebal.

Penyebab Laba Bersih BMRI Lebih Besar dari BBCA

Sementara itu, ada data yang lebih mencengangkan, laba bersih konsolidasi BMRI ternyata melampaui BBCA. Kenapa bisa begitu?

Hal itu disebabkan BMRI baru saja mendapatkan konsolidasi dari merger ketiga bank syariah anak usaha BUMN, yakni Bank Syariah Mandiri, PT BRI Syariah Tbk. (BRIS), dan Bank BNI Syariah. Di sini, BMRI menjadi pemegang saham mayoritas sehingga data keuangannya dikonsolidasikan kepada BMRI.

Belum lagi secara struktur anak usaha, BMRI memang lebih besar dari BBCA. Secara, BMRI juga sudah sejak lama memiliki PT Bank Mantap. Hasilnya selisih kinerja BMRI sendiri dengan anak usahanya mencapai Rp4 triliun. Padahal, BBCA cuma punya selisih Rp1 triliun.

Namun, jika diadu dengan kinerja individu banknya, BBCA masih lebih unggul dari BMRI.

Potensi Dividen 2023

Dengan perolehan laba bersih yang tinggi, pastinya potensi dividen emiten bank besar ini juga besar lho. Lalu, siapa yang punya prospek dividen 2023 terbesar

Berikut ini proyeksi dividen 2023 keempat bank besar tersebut. Jika melihat ke tingkat dividend yield, potensi dividen terbesar ada di BMRI. Dengan mengacu data historis tingkat dividend pay out ratio sebesar 60 persen, BMRI berpotensi membagikan dividen Rp529 per saham dengan dividend yield mencapai 5 persen.

Posisi kedua ada BBRI, dengan asumsi pembagian dividen 2023 sebesar 80 persen dari laba bersih. Lalu, dikurangi dividen interim yang sudah dibagikan, berarti BBRI membagikan dividen senilai Rp213 per saham dengan yield 4,4 persen.

Posisi ketiga ada BBNI, dengan asumsi pembagian dividen sesuai target perseroan sebesar 40 persen. Berarti, dividen per saham BBNI senilai Rp392 per saham dengan yield 4,1 persen.

Posisi keempat ada BBCA, dengan asumsi pembagian dividen dari data historis sebesar 50 persen dari laba bersih. Berarti, dividen per saham BBCA 2023 dikurangi dividen interim yang sudah dibagikan menjadi Rp165 per saham dengan yield 1,47 persen.

Kesimpulan

Ada potensi kinerja laba bersih bank besar pada 2023 mengalami perlambatan bahkan penurunan. Namun, apakah itu bisa membuat harga saham keempat bank besar itu juga tertekan? nah itu tergantung lagi dengan sentimen yang ada, jika ada sentimen pemuliah ekonomi pasca perang  Rusia-Ukraina hingga resesi ekonomi tidak terjadi, rasa-rasanya saham big bank masih bisa melaju.

Adapun, jika harga saham big bank koreksi pun, kita masih bisa serok harga bawah untuk akumulasi.

Jadi, saham bank besar mana yang jadi andalanmu nih?


Disclaimer: Artikel ini tidak mengajak kamu membeli atau menjual salah satu saham. Artikel ini hanya memberikan informasi yang bisa jadi pertimbanganmu untuk membeli atau menjual sebuah saham. Investasi saham memiliki risiko yang harus ditanggung oleh diri sendiri.