Revolusi BPJS Kesehatan, Begini Prospek 5 Saham Rumah Sakit
BPJS Kesehatan membuka berbagai opsi untuk bisa menjaga kualitas baik dan kinerjanya lebih sustainable. Nah, salah satu opsinya bisa menguntungkan saham rumah sakit. Bagaimana prospeknya? simak selengkapnya di sini ya
Mikirduit – Rencana Kementerian Kesehatan terkait membuat koordinasi manfaat atau Coordination of Benefit antara BPJS kesehatan dengan asuransi kesehatan dinilai berpotensi menguntungkan saham rumah sakit. Berikut ini 5 saham rumah sakit yang bisa dipantau?
Adapun, keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/1366/2024, skema COB memungkinkan pembagian biaya perawatan yang lebih terintegrasi. Dengan struktur ini, diharapkan bisa meningkatkan efisiensi klaim dan menciptakan sistem keuangan yang inklusif.
Dari aturan tersebut, BPJS Kesehatan akan menanggung 75 persen dari tarif Indonesian Case Base Groups (INA-CBG) sesuai hak kelas perawatan peserta dan diklaimkan oleh fasilitas kesehatan rujukan tindak lanjut. Lalu, selisih biaya yang ditanggung oleh asuransi kesehatan swasta adalah antara tarif fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut dan biaya yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
Besaran selisihnya diberikan angka maksimal 125 persen dari tarif INA-CBG, sesuai dengan kelas perawatan peserta.
Jika kebijakan itu bisa dijalankan, berarti bisa membuat tingkat margin biaya BPJS di rumah sakit menjadi lebih baik lagi. Lalu, apa saja pilihan emiten rumah sakit yang menarik?
Kami melakukan screening 5 saham rumah sakit yang memiliki tingkat risiko utang paling rendah menurut debt to equity ratio (DER) maupun interest coverage ratio (ICR). Siapa saja mereka?
Saham BMHS
BMHS mencatatkan kinerja keuangan yang cukup bagus pada kuartal III/2024. Perseroan mencatatkan kenaikan laba bersih hingga 90 persen menjadi Rpp11,79 miliar. Padahal, pendapatan perseroan hanya mampu tumbuh 5,29 persen menjadi Rp1,15 triliun. Kondisi itu membuat net profit margin BMHS naik menjadi 1,02 persen dibandingkan dengan 0,56 persen pada periode sama sebelumnya.
Pendorong laba bersih BMHS antara lain kenaikan penghasilan keuangan yang tembus Rp10,25 miliar dibandingkan dengan Rp5,39 miliar pada periode sama tahun sebelumnya. Ditambah, kenaikan beban usaha juga masih lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan pendapatan.
Sepanjang 2024, BMHS menganggarkan belanja modal senilai Rp302 miliar. Nilai belanja modal BMHS lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi 2023 yang senilai Rp209 miliar. Nilai belanja modal itu disebut untuk melakukan renovasi dan pengembangan fasilitasi di beberapa rumah sakit perseroan.
Selain itu, dalam 5 tahun ke depan, BMHS berencana ekspansi ke beberapa wilayah yang belum tersedia rumah sakit perseroan. Pihak manajemen telah memetakan dan melakukan analisis feasibility study serta memiliki rencana menambah Center of Excellent untuk memaksimalkan kualitas pelayanan rumah sakit yang ada saat ini.
Saham HEAL
Saham HEAL, salah satu portofolio investasi ASII, juga mencatatkan kinerja keuangan yang cukup bagus di kuartal III/2024. Pemilik bisnis rumah sakit Hermina ini mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 34,2 persen menjadi Rp468 miliar.
Kinerja keuangan HEAL selaras dengan tren pertumbuhan pendapatan sebesar 18,83 persen menjadi Rp5,02 triliun. Dengan persentase kenaikan laba bersih yang lebih tinggi daripada pendapatan, operasional HEAL memang lebih efisien.
Tingkat gross profit margin HEAL naik menjadi 37,38 persen dibandingkan dengan 36,56 persen. Lalu, net profit margin HEAL juga naik menjadi 9,31 persen dibandingkan dengan 8,25 persen.
HEAL mengungkapkan perseroan berupaya mencapai target revenue senilai Rp6,7 triliun. Untuk mencapai target tersebut, HEAL cukup menjaga pendapatan tiga bulan di kuartal IV/2024 terjaga di Rp1,6 triliun. Dengan begitu, pendapatan HEAL di akhir 2024 mampu tumbuh sesuai target, yakni sebesar 15,83 persen.
Untuk mencapai target itu,HEAL sudah mulai fokus pada program Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) dan Coordination of Benefits (COB), sehingga perseroan bisa tetap mendukung pemerintah dengan pemberian layanan yang baik.
Dalam jangka pendek di 2024, HEAL juga fokus mencari pasien eksekutif non-BPJS seperti, menambah jumlah pasien medical check-up. Selain itu, HEAL juga menyiapkan rumah sakit standar internasional hingga kerja sama pendidikan dokter spesialis dan sub-spesialis.
Saham SRAJ
SRAJ menjadi emiten rumah sakit ketiga yang berpotensi diuntungkan dari rencana Kementerian Kesehatan makin menggencarkan skema COB dalam BPJS Kesehatan.
SRAJ belum merilis laporan keuangan kuartal III/2024, karena perseroan lagi memproses aksi private placement dengan menerbitkan 1,2 miliar lembar saham dan harga pelaksanaan Rp2.290 per saham. Dari aksi tersebut, SRAJ bisa menghimpun dana sekitar Rp2,74 triliun.
Dana tersebut akan digunakan untuk beberapa kepentingan seperti, mendukung kebutuhan dana untuk pengembangan proyek rumah sakit perseroan secara grup di masa depan. Lalu, melakukan pelunasan atas utang kepada SCIC.
Rencana ekspansi SRAJ sepanjang tahun ini didukung oleh belanja modal Rp500 miliar. Belanja modal itu digunakan untuk fokus pembangunan Mayapada Hospital Nusantara di IKN, serta Mayapada Hospital di Jakarta Timur. Dari total kebutuhan pendanaan itu, sampai semester I/2024, perseroan telah menyerap sekitar Rp230 miliar.
Untuk tahun ini, SRAJ menargetkan bisa mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 28 persen. Dengan asumsi optimistis net profit margin SRAJ bisa ke 1 persen, berarti ada potensi laba bersih SRAJ menjadi Rp32 miliar dibandingkan dengan rugi Rp38 miliar pada periode sama sebelumnya.
Target optimistis itu sesuai dengan potensi peningkatan dari unit RS existing dan baru seperti, Mayapada Hospital Kuningan, Bandung, dan Surabaya yang kinerjanya semakin membaik.
Saham MIKA
MIKA juga mencatatkan kinerja keuangan yang cukup baik di kuartal III/2024. Laba bersih MIKA naik 27,22 persen menjadi Rp872 miliar.
Kenaikan laba bersih MIKA itu cukup bagus mengingat pendapatan perseroan hanya tumbuh 14,63 persen menjadi Rp3,61 triliun. Artinya, secara operasional MIKA cukup efisien.
Tingkat gross dan net profit margin MIKA mencatatkan kenaikan cukup signifikan. Gross profit margin naik menjadi 53,65 persen dibandingkan dengan 49,81 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Lalu, net profit margin MIKA naik menjadi 24,12 persen dibandingkan dengan 21,73 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Sepanjang 2024, MIKA menyiapkan belanja modal sekitar Rp1 triliun, lalu sampai semester I/2024 sudah terserap Rp379 miliar. Dana belanja modal itu digunakan untuk menyelesaikan kepemilikan aset tanah, peralatan medis, bangunan, dan peralatan serta perlengkapan kantor. Lalu, sisa belanja modal direncanakan untuk membangun rumah sakit baru.
MIKA mengaku ada 3 proyek yang akan dibangun, serta berencana menambah porsi tempat tidur di RS menjadi 250-300 unit. MIKA mengungkapkan perseroan akan terus menambah sekitar 1-2 rumah sakit baru setiap tahunnya.
MIKA telah launching 3 rumah sakit baru pada 2023 dan mulai groundbreaking pembangunan 3 rumah sakit di 2024. Harapannya, MIKA bisa membuka 2-3 rumah sakit baru di 2025.
Untuk tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 15-17 persen. Jika dilihat pencapaian MIKA per kuartal III/2024, angka itu sudah bisa dicapai dengan mengasumsikan kinerja kuartal IV/2024 tetap stabil.
Saham SILO
Berbeda dengan saham rumah sakit lainnya, SILO justru mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 26 persen menjadi Rp634 miliar. Meski, dari pendapatan masih tumbuh 10,64 persen menjadi Rp9,12 triliun.
Tekanan laba bersih SILO disebabkan oleh kenaikan beban usaha sebesar 14,58 persen menjadi Rp2,11 triliun. Hal itu membuat laba usaha maupun laba kotor perseroan mengalami penurunan.
Di sisi lain, SILO juga baru saja mengalami pergantian pengendali setelah Grup Lippo melepas sebagian sahamnya kepada CVC Capital via Sight Investment. Sehingga, SILO hanya berstatus entitas asosiasi dari LPKR.
Dari aksi korporasi itu juga, harga saham SILO sempat melejit cukup signifikan.
Kesimpulan
Lalu, dari kelima saham rumah sakit dengan kapitalisasi pasar terbesar, serta risiko utang paling rendah, siapa yang paling menarik?
Jika ingin memilih saham yang secara bisnis memiliki margin keuntungan paling besar di sektornya dan masih murah, pilihan tersebut jatuh kepada MIKA.
Per kuartal III/2024, tingkat gross profit maupun net profit margin MIKA menjadi yang terbesar dibandingkan dengan saham rumah sakit lainnya. Bahkan, rata-rata net profit margin saham rumah sakit lainnya di bawah 10 persen, MIKA mampu jaga di 24 persen,
Apalagi, dari segi harga, saham MIKA cukup murah dengan asumsi PBV Band, harga wajar MIKA di Rp3.297 per saham.
Namun, jika ingin mencari saham rumah sakit dengan ruang pertumbuhan terbesar, bisa memilih BMHS. Skala BMHS yang lebih kecil daripada emiten rumah sakit (di big 5 dengan risiko utang terendah), membuat ruang pertumbuhan perseroan cukup besar. Apalagi, perseroan berkomitmen ekspansi ke daerah yang belum dijangkaunya.
Hal itu juga terlihat dari pertumbuhan laba bersih kuartal III/2024, BMHS menjadi emiten rumah sakit dengan kenaikan harga saham tertinggi pada 2024.
Sementara itu, harga saham SRAJ dan SILO sudah cukup tinggi. Nah, kalau kamu, mana saham rumah sakit pilihanmu yang paling menarik?
Yuk Join Grup Mikirdividen untuk Dapat Pilihan Saham Investasi Jangka Panjang Serta Diskusi dan Update Saham Eksklusif Bersama Ratusan Investor Saham Lainnya
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini . Ada promo spesial diskon langsung Rp200.000 untuk langganan setahun! CUMA SAMPAI 31 Desember 2024 dan Kuota terbatas!
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini