Rumor Saham IPO 2025, Mana yang Paling Kamu Nanti?

Gelaran IPO masih berlanjut, rumornya ada beberapa anak usaha dari perusahaan konglomerat sampai BUMN RI mau listing tahun ini. Kira-kira mana perusahaan yang paling menarik?

Rumor Saham IPO 2025, Mana yang Paling Kamu Nanti?

Mikirduit - Ada potensi beberapa aksi IPO jumbo terjadi pada 2025. Rumornya, ada beberapa anak usaha dari konglomerat hingga anak usaha BUMN. Kira-kira, siapa yang paling menarik?

Pada Januari ini, sudah ada dua emiten yang berafiliasi dengan konglomerat, diantaranya CBDK yang berhubungan dengan Aguan dan RATU, anak usaha grup Rukun Raharja milik Happy Hapsoro. 

Selama dua tahun terakhir, nama konglomerat Prajogo Pangestu berhubungan dengan saham-saham IPO yang berhasil merajai bursa seperti BREN dan CUAN. 

Kapitalisasi pasar BREN bahkan beberapa kali melampaui BBCA. Padahal, BBCA pun butuh waktu beberapa dekade untuk bisa menjadi kapal induk IHSG, sedangkan BREN yang baru IPO 2023 hanya butuh beberapa bulan saja. 

Jadi tak dipungkiri, aksi korporasi saham konglomerasi menarik untuk diikuti. Menurut kabar beredar di pasar, Prajogo Pangestu pada tahun ini akan melakukan penawaran perdana bagi beberapa anak usahanya. 

Tak hanya Prajogo Pangestu, masih ada beberapa konglomerat lain dan anak usaha perusahaan pita emas RI. Di sini kami mencatat beberapa perusahaan yang potential IPO tahun ini :

PT Chandra Daya Investasi, Anak Usaha TPIA

Berhubungan dengan Prajogo Pangestu, menurut rumor beredar sejak Agustus tahun lalu, anak usaha dari TPIA, yakni PT Chandra Daya Investasi (CDI) rencana-nya akan menggelar IPO. 

CDI merupakan anak usaha yang bergerak di bidang investasi khususnya infrastruktur. Bisnis yang dijalankan diantaranya infrastruktur jetty, listrik, hingga air yang akan mendukung industri petrokimia. 

CDI memiliki perusahaan patungan pembangkit listrik ramah lingkungan berkapasitas 200 MW dengan Posco International. Selain itu, CDI memiliki jasa penyewaan tangki perantara serta pengelolaan dermaga terintegrasi yang berbasis di kawasan industri terkemuka di Jawa. 

Pada tahun ini, CDI akan ekspansi mengakuisisi tambahan kapal angkut, targetnya akan bertambah sekitar 13 - 15 kapal. Akuisisi kapal itu rencananya bakal digunakan untuk memenuhi kebutuhan bisnis TPIA, serta pihak eksternal untuk penyimpanan nafta hingga gas. 

PT Griya Idola, Anak Usaha BRPT 

Masih dengan nama konglomerat yang sama, Prajogo Pangestu. Ada rumor anak usaha BRPT, yakni PT Griya Idola (GI) yang turut akan menggelar IPO pada 2025. 

GI merupakan anak usaha di bidang properti grup Barito yang mengelola gedung perkantoran, kawasan industri, properti komersial dan residensial, resor dan hotel, serta kavling. 

Tercatat ada tujuh proyek yang dikembangkan perusahaan, diantaranya Wisma Barito Pasific, Wisma BArito Pacific II, Griya Idola Industrial Park, Griya Idola Residence Tangerang, Mambruk Hotel & Convention, Warehouse di Krakatau Industrial Estate Cilegon, dan Gedung Perkantoran Djuanda. 

Adapun, proyek yang masih dalam perencanaan ada proyek Wahid Hasyim Landplot. Landplot ini dikembangkan di tanah seluas 330 meter persegi dan berlokasi strategis di Jalan Wahid Hasyim. 

Letaknya berdekatan dengan Stasiun Tanah Abang, Stasiun MRT Bundaran HI, dan jalur Transjakarta. 

Griya Idola, mewakili grup Barito juga masuk salah satu perusahaan yang mengembangkan hotel bintang lima pertama di IKN, yakni Hotel Nusantara. Pembangunan hotel ini digarap ramai-ramai oleh konsorsium Grup Agung Sedayu.

PT Summarecon Investment Property, Anak Usaha SMRA 

Selanjutnya ada anak usaha grup properti, SMRA yakni PT Summarecon Investment Property (SIP) dirumorkan akan IPO tahun ini. 

Meskipun kabar terbaru, pihak manajemen belum memberikan komentar lebih lanjut terkait kabar IPO ini, tetapi ada beberapa sinyal yang melatarbelangi rumor ini. 

Mengutip dari analisis stockbit, sinyal potensi IPO anak usaha SMRA ini merujuk pada aksi SMRA yang melakukan penjualan Summarecon Mal Kelapa Gading yang dijual ke ke SIP. 

Aksi tersebut dinilai menjadi bagian bagian dari langkah restrukturisasi guna mempersiapkan SIP melaksanakan IPO tahun depan. SMRA juga mencatat biaya yang dibayar di muka sebesar Rp 11 miliar yang diakui sebagai “biaya IPO entitas anak”. 

BCA Digital (Blu), Anak Usaha BBCA

Berlanjut ke grup Djarum, melalui anak usaha Bank BCA kabarnya bakal menggelar IPO juga. Perusahaan ini bernama BCA Digital yang mengembangkan aplikasi bank digital Blu. 

BCA Digital merupakan hasil transformasi dari Bank Royal Indonesia yang sebelumnya pada 2019 diakuisisi oleh Bank BCA. Kemudian pada 2021, bank ini meluncurkan aplikasi bank digitalnya Blu. 

Baru sekitar tiga tahunan berdiri, ekosistem Blu sudah terbangun dengan baik, memanfaatkan aset dari induk usahanya bank BCA.

Sampai paruh pertama tahun lalu, Blu mencatat pertumbuhan laba ciamik, naik 723,56% secara tahunan (yoy) dari Rp4,79 miliar menjadi Rp38,47 miliar. 

Kinerja positif tersebut didukung pendapatan bunga bersih yang tumbuh 82,87% yoy menjadi Rp437,87 miliar dan fee based income yang melesat 256,43% menjadi Rp25,73 milair, serta pendapatan lain yang melejit 523,66% menjadi Rp11,86 miliar. 

Rasio margin bunga bersih (NIM) juga tercatat atraktif di 6,14%, naik 168 basis poin (bps) dari periode semester I/2023 sebesar 4,46%. 

Vidio, Anak Usaha SCMA 

Selanjutnya ada anak usaha dari SCMA yang masih ada afiliasi dengan grup Emtek yang dikabarkan mau IPO, yakni Vidio. 

Vidio merupakan pemain layanan over the top atau OTT lokal yang diluncurkan pada 15 Oktober 2014 silam. 

Kini, Vidio menjadi salah satu layanan OTT terkuat di Indonesia. Namun, secara umum masih di bawah Netflix dengan pangsa pasar OTT mencapai 24%. 

Vidio memiliki kontribusi yang cukup signifikan bagi pendapatan SCMA. Sampai kuartal III/2024, SCMA mencatat pendapatan 3,2% yoy menjadi Rp1,8 triliun. 

Dari jumlah tersebut, lonjakan pendapatan digital Vidio secara tahunan mencapai 83,6%. 

Alhasil, SCMA pun berhasil mencatat laba positif Rp509 miliar sampai akhir September 2024, dengan pertumbuhan hingga 115,3% yoy.

7 Faktor yang Menentukan Waktu Kebangkitan Pasar Saham
Pasar saham masih kurang bergairah di pekan kedua Januari. Lalu, bagaimana nasib pasar saham selanjutnya sepanjang tahun ini? Berikut 7 Faktor yang bisa diperhatikan

Pertamina International Shipping (PIS)

Di luar konglomerasi, sekarang ke anak usaha BUMN, ada dari Pertamina International Shipping (PIS) yang dikabarkan mau IPO pada akhir 2025. 

Rumor ini mencuat ke pasar sejak September 2024 lalu setelah  Corporate Secretary PT Pertamina International Shipping (PIS) Aryomekka Firdaus, mengatakan beberapa langkah yang dilakukan PIS nantinya dengan menggenjot pendapatan, di antaranya rencana merger dan akuisisi perusahaan-perusahaan tertentu dan rencana IPO. 

PIS merupakan anak usaha Pertamina yang mengoperasikan 320 kapal tanker pengangkut logistik. Sebanyak 102 kapal tanker milik PIS, dan sisanya merupakan kapal sewaan. 

Adapun 64 kapal berlayar di rute internasional, yang terdiri dari 24 negara, yang mencakup 64 rute internasional itu, di antaranya tujuan Meksiko, Amerika Serikat, Kolombia, Peru, Cile, Nigeria, Tanzania, Mesir, Yaman, India, Irak, Arab Saudi, Hong Kong, China, Myanmar, Thailand, Jepang, Korea, Belanda, dan Prancis.

Dari sisi kinerja keuangan, PIS selalu mencatatkan peningkatan laba sejak lima tahun terakhir. Adapun laba sepanjang paruh pertama 2024 berhasil naik 103% yoy menjadi US$ 280,9 juta atau sekitar Rp 4,32 triliun (asumsi kurs Rp 15.410 per US$) selama Januari-Juni 2024.

Capaian laba bersih sepanjang enam bulan pertama 2024 tersebuh bahkan hampir menyamai capaian laba bersih dałam setahun pada 2023 yang mencapai US$ 330 juta.

Pertamina Hulu Energy (PHE)

Terakhir, masih dari BUMN yang sama yakni Pertamina, ada anak usaha lagi yang kabarnya mau IPO yakni Pertamina Hulu Energy (PHE). 

Pertamina Hulu Energi (PHE) merupakan subholding upstream Pertamina yang bertugas mengelola lapangan hulu minyak dan gas bumi yang dioperasikan Pertamina. 

Sebenarnya rumor IPO PHE ini sudah dalam beberapa tahun terakhir dan sempat digadang bakal menjadi yang terbesar pada 2024. Namun, sayangnya aksi tersebut ditunda lantaran menurut manajemen momentumnya belum pas. 

Mengutip CNBC Indonesia, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyebutkan 

“Kita kan kemaren lagi mereview PHE listing kan yah, jadi kita akan tunda listingnya PHE, nanti sampai menunggu momentum di market," ujarnya saat ditemui di Hotel Shangrila Jakarta, Rabu (26/7/2023).

Berbicara soal kinerja, selama lebih dari tiga tahun resmi menjadi subholding upstream, PHE berhasil kinerja gemilang dalam meningkatkan kontribusi pada produksi migas. 

Sepanjang 2023, PHE berhasil memproduksi lebih dari 1 juta barel per hari (BOEPH) yang berkontribusi terhadap ketahanan energi nasional sebesar 69% lifting gas sebanyak 34%. 

Ke depan, PHE akan terus gencar  mencari sumber minyak dan gas (migas) dan melakukan reaktivasi sumur-sumur yang menganggur (iddle well) untuk mendukung ketahanan energi nasional melalui eksplorasi.

Tercatat, pada 2022, subholding upstream Pertamina ini berhasil menjaring tiga big fish yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia yakni di Laut Jawa, Manpatu Kalimantan, dan Sumatra Selatan. 

Berlanjut pada 2023, PHE juga mendapatkan tiga blok eksplorasi baru yakni Blok East Natuna, Blok Peri Mahakam dan Blok Bunga.

Kesimpulan

Berikut ini saham-saham IPO yang dinilai memiliki skala bisnis besar, tidak seperti kebanyakan yang rata-rata skala bisnisnya kecil. Namun, apakah harga sahamnya setelah IPO akan langsung naik di hari pertama? jawabannya belum tentu.

Untuk bisa naik akan tergantung beberapa faktor seperti:

  • Supply saham baru yang dilepas ke publik seberapa banyak. Semakin banyak, potensi kenaikan harga akan semakin berat
  • Persentase free float seberapa besar? semakin besar, semakin berat untuk naik
  • Rekam jejak underwriter
  • Ambisi pengendali

Kami akan mengulas saham-saham IPO secara premium di IPO Digest hanya untuk member Mikirdividen.

PROMO JANUARI 2025: JOIN MIKIRDIVIDEN BONUS PAKET E-BOOK SAHAM PERTAMA

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .

Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.

Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Beberapa benefit baru yang sedang disiapkan:

  • IPO Digest Premium
  • Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
  • Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini