Saham ASII, Investasi 10 Tahun Malah Boncos, Masih Menarik?
Satu dekade investasi di saham ASII, sudah ditambah dividen juga ternyata malah boncos. Valuasi sahamnya sudah makin murah, masih menarik-kah ASII untuk investasi atau wait and see dulu ?

Mikirduit - Selama 10 tahun investasi di saham emiten holding otomotif terbesar RI, PT Astra International Tbk (ASII) malah ternyata makin boncos. Valuasinya sekarang sudah makin murah, tetapi bisnisnya sudah di tahap mature, lantas gimana prospeknya? masih menarik-kah untuk dibeli?
Jika ditarik mundur dalam satu dekade, saham ASII ini sudah terjun 40,19 persen dari posisi Rp7.975 menjadi Rp4.770 per lembar.
Misal, seseorang investasi di saham ASII secara lump sump di harga 10 tahun lalu sebanyak 100 lot, maka modal awal yang dikeluarkan mencapai Rp79.750.000.
Dari modal itu kini sudahtergerus 40,19%, maka yang tersisa hanya Rp47.714.075. Dan, dari yang tersisa ini, jika ditambah dengan total dividen sampai akhir tahun lalu dari laba yang diberikan sepanjang 2013 - 2023 sebanyak Rp29.020.000, akan menghasilkan Rp76.734.075.
Nilai investasi yang sudah ditambah dengan dividen itu, jika dibandingkan modal awal ternyata masih merugi 3,78%.
Rasanya cukup pahit ya, investasi di saham ASII ini 10 tahun malah rugi. Kalah dengan investasi di aset yang konservatif. Sebut saja misal deposito, paling rendah bisa kasih 2,5% per tahun, jika dengan modal sama kita masukkan ke deposito, dalam satu dekade kemudian modal kita sudah jadi lebih dari Rp100 juta.
Sebenarnya apa yang bikin saham ASII turun terus?
Kami menilai ada beberapa hal yang bikin saham ASII ini turun terus dalam beberapa tahun terakhir.
Pertama, adalah bisnisnya sudah mature, ini membuat ruang untuk bertumbuh terbatas.
Jika melihat perkembangan laba ASII sejak 2017 terpantau dalam tren yang fluktuatif tetapi cenderung melemah, sampai akhirnya kontraksi dalam gara-gara pandemi Covid-2020.
Setelah itu, berlanjut ke 2022 laba ASII sempat pulih dan terbang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya terdorong commodity boom batu bara yang sempat melonjak ke atas US$ 400 per ton.
Namun, perkembangan laba sekarang cenderung melandai lagi karena normalisasi harga acuan batu bara, ditambah bisnis otomotif-nya kini mengalami persaingan ketat sampai efek dari tren penjualan mobil yang cenderung turun.
Kedua, ada persaingan ketat, terutama dari masuknya pemain di segmen EV.
Sebenarnya, untuk EV ini masih terbilang baru dan penetrasinya di Indonesia masih terkonsentrasi di kota-kota besar, karena memang tak dipungkiri infrastrukturnya masih kurang, harga-nya juga masih belum terlalu murah, meskipun ada insentif.
Namun, masuknya BYD sudah menandai awal persaingan nyata untuk pangsa pasar EV ini. Mengutip Bloomberg Technoz, Analis JP Morgan Benny Kurniawan menilai, masuknya raksasa otomotif China Build Your Dreams (BYD) ke Indonesia akan menggerus pangsa pasar atau market share ASII 8% dalam dua tahun ke depan. Meski, realita yang ada saat ini, pangsa pasar Toyota, brand terbesar ASII masih cukup kokoh. Penurunan pangsa pasar ASII lebih didorong oleh brand Daihatsu yang mengalami penurunan penjualan signifikan.
Ketiga, ada masalah lingkungan yang membuat saham ASII sampai pengendali-nya, Jardine Cycle & Carriage terdepak dari portolio perusahaan pengelola dana atau wealth fund asal Norwegia, Norges Bank pada 2024 lalu.
Mengutip situs web Norges Bank, hal ini didasarkan pada "risiko yang tidak dapat diterima dari perusahaan yang berkontribusi atau bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang parah".
Lebih lanjut, situs itu menjelaskan alasan dijual karena dianggap berkontribusi, bahkan bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang parah. Khususnya, di tambang Emas Martabe milik ASII di Sumatera diidentifikasi sebagai sumber risiko yang memperluas wilayah operasinya dan mengancam populasi orangutan Tapanuli.
Dan, sebenarnya, ASII terkena isu negatif ESG ini juga bukan pertama kali. Melansir dari Reuters, pada 2023, anak usahanya yang bergerak di perkebungan sawit PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) pernah dituduh merampas tanah petani di Sulawesi.

Lantas, gimana prospek ASII sekarang?
Bicara soal prospek, pada tahun ini masih ada yang menarik dari ASII, yakni soal dividen yang atraktif sampai peluang capital gain dari potensial upside valuasi yang sudah murah.
Baru-baru ini, dalam public expose terbaru, Senin (3/3/2025) manajemen ASII mengusulkan pembagian dividen final sebesar Rp308 per lembar yang mengindikasikan dividen payout ratio (DPR) sebesar 48 persen.
Dari nilai itu, jika dibandingkan dengan harga terkini di Rp4.770 per lembar, akan menghasilkan yield sampai 7,92 persen.
Selain itu, valuasi ASII ini cukup atraktif. Menggunakan Price to Book Value (PBV), harga nya sekarang dihargai di 0,9 kali. Posisi ini sudah lebih rendah dari -1 standar deviasi 10 tahun. Sementara itu, jika dibandingkan peers, ASII juga bisa dibilang paling murah.
Namun, valuasi murah dan dividen atraktif ini bukan hanya menjadi dasar kita untuk bisa beli saham ASII langsung.
Pada tahun ini, kami melihat masih ada tantangan yang menghadang bisnis ASII seperti risiko daya beli lemah, persaingan ketat, sampai potensi tergerusnya margin.
Jika menilik pada laporan keuangan pada 2024 lalu, ASII mencatat pendapatan naik 5 persen yoy menjadi Rp330,9 triliun, sementara laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 34,05 triliun,, tumbuh tipis 0,62 persen dibandingkan periode yang sama 2023 yakni Rp 33,8 triliun.
Berdasarkan divisi atau segmen bisnis, laba ASII masih terkonsentrasi pada HEMCE (alat berat, pertambangan, konstruksi, energi) dan otomotif. Sayangnya, dua segmen ini mencatat penurunan laba.
Dari data berikut, terlihat bahwa pertumbuhan laba positif lebih banyak didukung oleh segmen jasa keungan yang tumbuh 6 persen yoy, lalu infrastruktur jasa keuangan, agribisnis, properti, dan teknologi informasi. Berikut rinciannya :
Dari outlook otomotif dulu, meskipun ada kontraksi tahun lalu, manajemen meyakini akan ada kenaikan penjualan mobil tahun ini.
Manajemen ASII dalam public expose terbaru memproyeksikan penjualan mobil untuk setahun ini akan dikisaran 900.000 unit, naik dari tahun sebelumnya 865.723 unit.
Hal ini diharapkan akan didongkrak oleh perbaikan daya beli, ditambah momentum pertumbuhan mobil diproyeksi lebih banyak di pasar mobil bekas.
Bisnis mobil bekas ASII, OLXmobbi diproyeksi bisa tumbuh 20 persen secara tahunan (yoy) pada 2025. Sebelumnya, pada 2024 bisnis ini mencatat pertumbuhan lebih dari dua kali lipat menjadi 27.300 unit.
Kami menilai, minat masyarakat kini lebih tertarik untuk beli mobil bekas dibandingkan baru karena tertahan daya beli yang masih lemah.
Sementara itu, untuk jangka pendek ini ASII berencana merilis mobil hybrid untuk mass-market. Urgensi peluncuran mobil hybrid seiring dengan momentum penjualan yang positif di segmen ini, ditambah ada insentif dari pemerintah yang diproyeksi masih akan berlangsung sampai tahun depan.
Sedangkan untuk pasar motor diproyeksi masih bisa tumbuh tipis ke level 6,4 - 6,7 juta unit pada 2025, dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 6,3 juta unit.
Sementara untuk segmen alat berat, sejauh ini memang ada tantangan alat berat yang berasal dari China, meski begitu manajemen tetap fokus pada pelayanan yang berkualitas dan komprehensif, dibandingkan bertaruh pada persaingan harga.
Adapun terkait ekspansi ke depan, ASII juga berinisiatif menambah lini bisnis di sektor potensial lainnya, salah satunya healthcare.
Pada Februari tahun ini, ASII meningkatkan kepemilikannya di Halodoc dari 21 persen jadi 31,3 persen dengan nilai transaksi sekitar Rp900 miliar.
Menurut update terbaru, total investasi ASII di sektor kesehatan sudah mencapai Rp5,2 triliun. Sebelumnya, pada tahun lalu, perseroan ekspansi di healthcare dengan menyelesaikan akuisisi 95,8 persen saham Heartology Cardiovascular Hospital (“Heartology”) dengan nilai transaksi sebesar Rp643 miliar.
Selain itu, ASII ekspansi dalam energi baru terbarukan. Hal ini juga menjadi satu langkah mengantisipasi isu lingkungan yang menerpa perusahaan beberapa tahun ini,
Adapun, pada tahun lalu, ASII melanjutkan komitmennya untuk melakukan diversifikasi ke energi terbarukan melalui penyelesaian oleh UT atas pembelian tambahan 20,2% saham di PT Supreme Energy Rantau Dedap (“SERD”), pemilik proyek panas bumi yang beroperasi di Sumatera Selatan dengan kapasitas saat ini sebesar 2 x 49 MW, dengan nilai Page 6 - more - transaksi sebesar USD80,7 juta (atau setara dengan Rp1,3 triliun). Dengan selesainya transaksi ini, Grup memiliki 32,7% saham SERD (langsung dan tidak langsung).
Jadi, gimana kesimpulannya?
Kesimpulannya, dari segi bisnis, kami melihat ASII terus mencari peluang untuk ekspansi ke segmen bisnis lain yang sedang bertumbuh, seperti kesehatan sampai EBT dan bisnis nikel melalui anak usahanya, UNTR. Valuasi murah dan dividen atraktif masih menjadi momen potensial untuk trading jangka pendek.
Namun, tantangan yang dihadapi dari segmen bisnis yang berkontribusi terbesar dalam pendapatan ini masih akan menjadi risiko untuk pertumbuhan laba tahun ini yang diperkirakan masih bisa terkontraksi.
Di mana sektor otomotif bersaing harga dengan pemain baru di segmen EV, sampai daya beli rendah. Lalu, segmen HEMCE yang menghadapi tantangan alat berat dan China dan harga batu bara turun.
Dan, ada juga risiko kenaikan beban pencadangan dari bisnis keuangan karena efek suku bunga tinggi.
Meski begitu, kami melihat peluang jangka pendek untuk masuk saham ASII seiring dengan momentum pembagian dividen yang cukup ciamik. Namun, perlu diantisipasi ketika nanti sudah mulai ada jadwal pembagian dividen untuk tidak terlalu agresif beli karena bisa ada risiko dividen trap.
Sementara untuk investasi jangka panjang, akumulasi di bawah harga Rp5000 menurut kami masih cukup menarik dengan tetap diantisipasi risiko tren turun yang masih bisa berlanjut. Sehingga, perlu strategi untuk cicil beli yang bijak agar risiko nantinya bisa lebih diminimalisir.
Kami menilai outlook ASII masih bisa atraktif kembali ke level 6000 - 8000, ketika anak usaha yang memberikan kontributor besar seperti UNTR dapat pendapatan optimal dari ekspansinya ke nikel ketika otomotif kembali bergairah dan harga komoditas balik arah menguat.
Namun, jika ASII sudah mencapai levelp7000 lagi dengan didorong berbagai sentimen disarankan lepas, kecuali mau dividend investing karena pegang di harga rendah saat ini, tetapi dengan risiko harga kembali turun jika driver anak usahanya kembali melemah
Momentum naik jangka pendek karena dividen ini juga bisa dimanfaatkan bagi yang nyangkut untuk mengurangi risiko atau keluar lebih dulu, amankan modal awal dan nanti bisa masuk lagi ketika harga mulai turun lagi setelah pembagian dividen.
Mau Tau Saham Murah yang Menarik Saat Market Bearish?
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .
Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.
Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Beberapa benefit baru:
- IPO Digest Premium
- Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
- Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini