Saham Bagus Bisnis Lagi Sulit vs Saham Jelek Bisnis Potensial
Pernah kamu penasaran ada saham jelek harga sahamnya bisa meroket, sedangkan saham fundamental bagus geraknya lama banget. Ini ceritaku ketika hold keras saham ACES dan FREN sampai sekarang.
Mikir Duit – Salah satu cara investasi saham adalah dengan membeli saham saat murah. Namun, ketika membeli saham saat valuasinya murah belum tentu harga sahamnya naik. Untuk itu, dengan timeframe investasi saham jangka panjang, kita wajib pilih saham yang fundamental bagus. Berikut ini pengalamanku hold saham dengan fundamental yang menurut saya bagus dengan tidak.
Ya, untuk saham yang fundamentalnya bagus (fundamental keuangan, bukan prospek bisnis ke depan), meski bisnisnya lagi tertatih-tatih adalah PT Ace Hardware Indonesia Tbk. (ACES), sedangkan yang fundamentalnya kurang bagus adalah PT Smartfren Tbk. (FREN). Kita bisa lihat perbedaannya dari kisah ini.
BACA JUGA: Cara Menyakinkan Diri Kalau Sebuah Saham Bisa Di-hold Dalam Jangka Panjang
Ketika Hold Saham ACES
ACES adalah saham sektor ritel yang menjual perlengkapan rumah, gaya hidup, dan juga mainan anak. Omzet terbesar ACES berasal dari penjualan perlengkapan rumah dan gaya hidup, sedangkan jualan mainan via Toys Kingdom menjadi porsi terkecil. Salah satu yang menarik dari ACES adalah tidak memiliki utang bank.
Salah satu yang menarik dari ACES adalah gross profit margin maupun net profit marginnya lumayan tebal. Dalam 5 tahun terakhir (sampai akhir 2022), rata-rata gross profit margin ACES di atas 45 persen, sedangkan net profit marginnya di atas 20 persen.
Permasalahan dari ACES adalah bagaimana perseroan bisa tetap bersaing menjaga kinerja keuangannya di tengah tren daya beli masyarakat yang mungkin masih terbatas. Pada medio 2021-2022, banyak yang menilai pesaing ACES adalah ritel asal Malaysia, yakni Mr. DIY. Namun, bagi saya, karakter ACES maupun Mr. DIY agak berbeda. Kualitas produk ACES lebih premium dibandingkan dengan Mr.DIY. Di sisi lain, MR. DIY menyajikan kualitas produk seadanya dengan harga jual produk yang tidak murah banget juga.
Ditambah, ACES juga memiliki masalah terkait distribusi produk dari China sejak Negeri Tirai Bambu melakukan aksi lockdown kembali pada medio 2022.Hal itu terefleksi dengan kinerja ACES yang memang kurang menggembirakan sepanjang 2022. Meski, tren harga saham ACES mulai turun sejak akhir 2021.
Untuk itu, saya ingat sekali ketika 2021 harga saham ACES turun dari rata-rata Rp1.500-an per saham ke Rp1.000 per saham, saya mulai cicil beli. Namun, saya tidak ekspektasi, harga saham ACES bisa turun hingga sempat ke Rp400-an per saham. Ketika harga saham ACES turun ke Rp400-an per saham, saya melakukan average down dan pembelian baru di akun sekuritas kedua.
Hasilnya, ya overall dengan kesabaran menunggu dua tahun sudah mulai floating profit, meski keuntungannya juga belum besar-besar sekali. Toh, secara prospek bisnis, ACES juga masih belum menujukkan tanda-tanda pemulihan lebih baik, meski secara fundamental masih cukup sehat.
Teranyar, ACES bakal diterpa sentimen negatif lagi setelah kinerja kuartal II/2023 diperkirakan tidak sesuai ekspektasi. Meski jika dilihat hasil kampanye promo besar-besarannya memang mampu meningkatkan kinerja penjualan, setidaknya ada kenaikan lumayan dari indikator rata-rata penjualan per gerai.
Dikutip dari riset BCA Sekuritas, ACES diekspektasikan mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 8,7 persen menjadi Rp3,57 triliun sepanjang semester I/2023.
Adapun, ACES mendapatkan trafik gerai lebih tinggi sejak merilis kampanye #BisaKejadian sejak akhir Maret 2023. Serta, melakukan program promosi besar-besaran mulai Juni hingga Agustus 2023. Programnya berupa pemberian cashback dan voucher yang signifikan. Banyak yang berekspektasi program ini bisa meningkatkan penjualan ACES setidaknya di Juni 2023.
Jika dilihat, hasilnya memang ada kenaikan yang lumayan jika dilihat dari rasio rata-rata penjualan per gerai. Misalnya, di kawasan Jakarta pada Juni 2023 mencatatkan pertumbuhan 5,4 persen, sedangkan di Mei 2023 hanya 1,1 persen, serta Juni periode sama tahun lalu hanya 1 persen. Pertumbuhan penjualan di gerai Jawa kecuali Jakarta tumbuh hingga 10,6 persen, sedangkan di luar Jawa 14,8 persen.Padahal, rata-rata bulanan Mei 2023 maupun Juni 2022 tidak mampu lebih di atas 2 persen. Sebenarnya, kalau diangka ini, pertumbuhan penjualan positif.
Kita bisa lihat nanti kinerja kuartal II/2023 secara penuh seperti apa, tapi sejauh ini saya masih positif terhadap prospek ACES, meski agak berat. Ketika nanti ekonomi mulai pulih seperti memasuki momen penurunan suku bunga acuan bank sentral, bukan tidak mungkin kinerja keuangan ACES akan kembali pulih. Pada akhirnya, hal itu akan terefleksi kepada harga sahamnya.
Hold Keras di Saham FREN
Yaps, saham FREN adalah salah satu saham sejuta umat yang pernah digoreng oleh Benny Tjokro. FREN disebut saham sejuta umat karena jumlah lembar sahamnya sangat banyak, at least kini jumlah lembar saham FREN hanya kalah dari GOTO. (ini perlu dikoreksi jika ada saham yang punya lembar saham lebih banyak lagi)
Lalu, kenapa saya berani hold keras saham FREN? alasannya dari segi sektor bisnis, yakni telekomunikasi yang sebenarnya sangat defensif. Pemain di industri ini terbatas, hanya ada Telkomsel, Indosat, 3 Hutchinson (yang akhirnya merger dengan Indosat), dan XL Axiata yang juga akuisisi Axis. FREN menjadi salah satu dari industri yang sangat terbatas itu.
Artinya, jika buruk-buruknya FREN bangkrut pun mungkin akan ada pihak yang akuisisi untuk merapikan operasional bisnis salah satu perusahaan operator telekomunikasi tersebut. Ditambah, FREN menjadi salah satu operator telekomunikasi yang dapat izin menggunakan jaringan 5G. Artinya, FREN memiliki value yang cukup kuat jika terjadi hal buruk bakal dicaplok oleh salah satu pemain besar. Jujur, dasar saya berani hold keras saham FREN hanya itu saja. Saya tidak lihat sama sekali fundamentalnya.
Misalnya, kinerja kuartal I/2023 FREN, dari segi pendapatan tumbuh 3,5 persen menjadi Rp2,77 triliun. Namun, posisi bottom line-nya malah rugi Rp379 miliar.
Kenapa bisa rugi?
Faktor utamanya, di beban bunga yang tinggi. FREN harus membayar beban bunga sekitar Rp269 miliar per kuartal. Hal itu jika diasumsikan beban bunga FREN di kuartal I/2022 angkanya hampir sama, yakni Rp253 miliar.
FREN pun masih punya utang hampir sekitar Rp10 triliun, yang terdiri Rp1,15 triliun utang pinjaman yang jatuh tempo dalam setahun, Rp8,51 triliun untuk utang yang lebih dari satu tahun, serta Rp1,13 triliun untuk utang obligasi yang jatuh tempo lebih dari setahun.
Kedua, adanya kerugian yang belum terealisasi senilai Rp329 triliun. Jadi, FREN ini memiliki investasi di dua perusahaan, yakni PT Mora Telematika Indonesia Tbk. (MORA) dan Dalligent Solution Pte. Ltd.
Sebenarnya, ketika hasil investasi ini menguntungkan, FREN bisa mencatatkan profit. Hal itu terjadi pada kuartal I/2022 ketika hasil investasi untung Rp31 miliar. FREN mencatatkan laba bersih Rp24,98 miliar.
Namun, ya itu nggak berarti apa-apa toh keuntungannya juga hasil yang belum direalisasikan atau tidak ada uang segarnya.
Menariknya nih, arus kas operasional FREN nih positif lho, meski masih rugi. Seperti pada kuartal I/2023 positif Rp935 miliar.
Meski begitu, saya tetap katakan FREN ini saham yang tingkat risikonya tinggi. Ketika bangkit, bisa cuan banyak, tapi juga bisa jadi rugi banyak. Saat ini, posisi saya di saham FREN sudah rugi sekitar 30 persen. Padahal, tadinya sempat untung hingga 20 persen. Ya, volatilitas saham FREN sebegitu tinggi, dan jika sudah di bawah tidurnya bisa agak lama.
Namun, tren saham FREN tampaknya lagi kurang digandrungi dewi fortuna setelah perusahaan yang diinvestasikannya, yakni MORA lagi diduga terbelit kasus korupsi BTS 4G Kominfo. Direktur Utama MORA Galumbang Menak Simanjuntak disebut dalam dugaan kasus korupsi tersebut. Meski, perusahaan secara tegas tidak terkait dengan kasus tersebut.
Ya, tapi tetap saja, masalah itu akan menjadi batu sandungan FREN dalam melaju lebih tinggi lagi.
Lalu, apakah saya tidak takut saham FREN di-delisting jika ada apa-apa? ya balik lagi saya menggunakan alasan spekulasi tinggi di saham FREN mengingat dia bermain di industri yang pemainnya cukup sedikit. Jadi, jika ada apa-apa, bukan tidak mungkin pemain lebih besar mencaploknya. Ya, tapi ini semuanya spekulasi jadi jangan diikuti ya.
Kesimpulan
Dari dua kisah saya hold saham yang fundamental bagus tapi prospek bisnisnya lagi tertatih-tatih, dan saham yang fundamental jelek tapi bisnisnya defensive, jelas yang lebih aman masuk ke jenis saham yang pertama.
Meski bisnisnya tertatih-tatih, tapi dengan fundamental yang sehat membuat mereka bisa meracik berbagai strategi untuk kembali menumbuhkan bisnisnya. Hal serupa memang bisa dilakukan oleh FREN, tapi tentu dengan jalan yang lebih sulit. Apalagi, secara market share, FREN bukan pemain utama juga, meski memiliki jaringan 5G.
Dengan begitu, pergerakan harga saham yang fundamental bagus dengan bisnis yang lagi sulit perlahan akan pulih seiring perbaikan kinerja keuangannya. Di sisi lain, saham jelek dengan bisnis potensial membutuhkan sebuah cerita yang kuat untuk kembali mengerek harga sahamnya. Jika tidak ada cerita kuat, ya siap-siap menanti lebih lama karena sahamnya akan tidur untuk waktu yang lama.
Nah, kalau tadi itu ceritaku hold keras saham fundamental bagus tapi bisnis lagi tertatih-tatih dan saham fundamental jelek tapi bisnis defensive. Nah, gimana ceritamu ketika hold saham dalam jangka panjang?