Saham BBCA vs BBRI, Siapa yang Paling Menarik?
Saham BBCA dan BBRI sudah rilis laporan keuangan kuartal I/2024, dari hasil kinerja tersebut, mana saham yang lebih menarik?
Mikirduit – Dua saham big bank sudah merilis laporan keuangannya, yakni BBCA dan BBRI. Kira-kira, dari kedua saham big bank itu, mana yang menarik untuk investasi jangka panjang?
Jika melihat pergerakan harga saham BBCA dan BBRI sepanjang 2024, BBCA masih mencatatkan kenaikan sebesar 3,99 persen, sedangkan saham BBRI sudah turun 10,04 persen. Kalau begini, apakah BBCA jauh lebih oke dari BBRI? berikut ulasan lengkapnya.
Saham BBCA
Meski sama-sama bisnis bank, dan golongan bank besar, tapi bisnis BBCA dan BBRI ini sangat berbeda. Jika dilihat struktur penyaluran kredit BBCA di kuartal I/2024, Fokus bisnis BBCA ada dua segmen, yakni korporasi dengan kontribusi sebesar 46 persen dan consumer (KPR, kartu kredit, KKB (kredit kendaraan), KTA, dan paylater) dengan kontribusi sebesar 24,12 persen. Sisanya, kredit BCA ke segmen UKM dan komersial. Segmen komersial ini perusahaan yang menengah, tapi tidak termasuk UKM dan korporat besar.
Jika dilihat kinerja BBCA di kuartal I/2024, perseroan memang masih bisa genjot pertumbuhan kredit sebesar 17,21 persen menjadi Rp835,7 triliun. Bahkan, BBCA masih bisa menurunkan tingkat deposito sebesar 0,45 persen menjadi Rp216 triliun secara konsolidasi.
Hasilnya, pertumbuhan pendapatan bunga bersih BBCA masih naik 7,08 persen menjadi Rp19,84 triliun. Hal itu didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga naik 9,17 persen menjadi Rp23,04 triliun dan beban bunga yang naik 24,25 persen menjadi Rp3,19 triliun.
Lebih okenya lagi, BBCA masih berani menurunkan tingkat pencadangan antisipasi NL sebesar 29 persen menjadi Rp1,02 triliun. Hal itu yang memicu BBCA masih mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 11,71 persen menjadi Rp12,87 triliun.
Meski begitu, kami menilai kinerja laba bersih BBCA berpotensi makin lambat ke depannya jika tren rasio kredit bermasalah (NPL) gross dan net perseroan terus naik. Apalagi, NPL gross BBCA mencatatkan kenaikan di kuartal I/2024 menjadi 1,95 persen dibandingkan dengan 1,76 persen pada periode sama tahun sebelumnya. Begitu juga dengan NPL nett yang naik menjadi 0,63 persen dibandingkan dengan 0,57 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Dengan posisi NPL coverage 220 persen, kami ekspektasikan BBCA bisa menaikkan pencadangan di kuartal II/2024 atau kuartal III/2024. Kondisi itu bisa membuat laju pertumbuhan laba bersih BBCA bisa melambat bahkan hanya di bawah 10 persen.
Risiko kenaikan kredit bermasalah terbesar BBCA ada di segmen komersial dan consumer. Dengan BI menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi, kedua segmen kredit itu menjadi cukup menantang untuk prospek kinerja BBCA sepanjang 2024.
Saham BBRI
Berbeda dengan BBCA, saham BBRI memiliki fokus kredit di segmen mikro dengan kontribusi mencapai 47 persen dari total kredit. Lalu, segmen terbesar kedua ada di sektor kredit usaha kecil dengan kontribusi sebesar 18 persen, serta kredit korporasi dengan kontribusi sebesar 16,74 persen. Sisanya, BBRI menyalurkan kredit ke segmen usaha menengah dan konsumer.
Dengan karakter bisnis itu, kami sudah memperkirakan kinerja BBRI di kuartal I/2024 bakal tertekan. Alasannya, insentif restrukturisasi kredit UMKM Covid-19 sudah selesai di Maret 2024. Hasilnya, kredit UMKM yang masih proses restrukturisasi tadi terhitung sebagai kredit bermasalah. Sehingga, tingkat kredit bermasalah BBRI berpotensi naik dan perseroan butuh meningkatkan pencadangan.
Hal itu terefleksi dari tingkat NPL gross kuartal I/2023 BBRI yang naik menjadi 3,27 persen dibandingkan dengan 3,02 persen. Serta, NPL nett yang naik menjadi 1 persen dibandingkan dengan 0,82 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Akhirnya, BBRI pun meningkatkan biaya pencadangan hingga 69 persen menjadi Rp12 triliun di kuartal I/2024 hingga laba bersih konsolidasinya hanya naik 2,47 persen menjadi Rp15,88 triliun. Bahkan, laba bersih bank only BBRI stagnan di level Rp13,79 triliun.
Secara bisnis, BBRI masih mencatatkan pertumbuhan kredit konsolidasi yang cukup agresif sebesar 14,54 persen menjadi Rp1.236 triliun. Meski, dari segi cost of fund BBRI juga naik cukup tinggi karena secara bank only, tingkat deposito naik signifikan sebesar 12,19 persen. Hasilnya, beban bunga BBRI juga naik 45 persen menjadi Rp14,12 triliun.
Kondisi itu juga yang menggerus net interest margin BBRI menjadi 6,59 persen. Walaupun, BBRI masih mampu menjaga tingkat efisiensi operasional yang terepresentasi di rasio cost to income ratio (CIR) di level 34,25 persen. Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 37,37 persen.
Lalu, ruang ekspansi kredit BBRI juga masih terbuka lebar setelah tingkat loan to deposit ratio (LDR)-nya melonggar jadi 83,78 persen dibandingkan dengan 85,26 persen pada periode sama sebelumnya.
Namun, kami menilai kinerja BBRI masih berpotensi tertekan di kuartal II/2024 hingga akhir 2024 jika tingkat rasio kredit bermasalah melanjutkan tren kenaikan. Dari kinerja kuartal I/2024, kredit bermasalah BBRI di segmen usaha kecil agak mengkhawatirkan karena tembus 5,44 persen, sebuah level tertinggi jika dibandingkan dengan periode 2019-2023. Jika lanjut naik, berarti BBRI butuh meningkatkan pencadangan agar NPL Coverage-nya tetap terjaga tinggi di atas 200 persen. Apalagi, segmen usaha kecil ini jadi segmen kredit dengan kontributor terbesar kedua.
Di luar itu, kredit bermasalah segmen mikro juga cukup tinggi sebesar 2,69 persen yang merupakan level tertinggi sepanjang periode 2019-2023, dan segmen konsumer mencatatkan kredit bermasalah 2,2 persen, level tertinggi diperiode 2019-2023.
Periode tekanan BBRI akan usai jika sudah muncul wacana penurunan suku bunga BI, yang pastinya lebih dulu oleh The Fed. Hanya saja, ekspektasi penurunan suku bunga tersebut kemungkinan mundur ke akhir 2024 hingga awal 2025.
Kesimpulan
Dengan tingkat risiko tekanan kenaikan beban bunga dan pencadangan yang menghambat pertumbuhan laba bersih, dalam jangka menengah ada potensi saham bank, termasuk big bank akan tertekan. Mungkin, ada potensi peluang beli di harga bagus untuk saham big bank.
Untuk BBCA, kami menilai harga wajar dalam prospek normal ada di level Rp9.283. Namun, jika prospeknya bikin kinerja BBCA tertekan, harga wajarnya bisa sekitar Rp8.583.
Sementara itu untuk BBRI, kami ekspektasi harga wajar dengan prospek paling buruk ada di Rp4.580 per saham. Asumsi ini setelah melihat hasil laporan keuangan perseroan di kuartal I/2024.
Dalam jangka menengah, lebih baik wait and see untuk menunggu hasil FOMC di awal Mei 2024 nanti. Hasil dari FOMC Mei itu bisa jadi acuan bagaimana prospek penurunan suku bunga The Fed yang bakal memicu penurunan suku bunga BI.
Namun, jika kamu tertarik, bisa juga mulai melakukan dollar cost averaging di saham big bank tersebut selama 1 tahun ke depan. Alasannya ada risiko harga saham big bank bisa sideways dan koreksi sehingga kamu bisa dapat posisi harga terbaik untuk timeframe investasi 5-10 tahun.
Lalu, mana yang terbaik antara BBCA dan BBRI? jawabannya tergantung karena keduanya punya kelebihan dan kekurangan. BBCA punya karakter bisnis dan manajemen risiko yang lebih stabil, tapi tingkat pertumbuhan bisnis akan lebih moderat dibandingkan dengan BBRI. Apalagi, BBRI memiliki bisnis dengan tingkat margin keuntungan lebih tinggi,yakni segmen mikro.
Pilihan yang mau pertumbuhan aset lebih stabil ada di BBCA, sedangkan yang mau potensi pertumbuhan aset agresif bisa ke BBRI, dengan tingkat risiko dari segi harga lebih fluktuatif.
Kamu lebih tertarik yang mana?
Musim Bagi Dividen Nih, Mau Tau Saham Dividen yang Oke dan Bisa Diskusi serta Tau Strategi Investasi yang Tepat?
Yuk join Mikirdividen, masih ada promo Berkah Ramadan hingga Rp200.000. Berikut ini benefit yang akan kamu dapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023-2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan (HINGGA Maret 2025)
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini