Mengulik Economic Moat Milik Saham BBRI
Saham BBRI menjadi salah satu emiten yang punya economic moat yang bagus. Jadi, gimana prospek saham BBRI ke depannya?
Mikir Duit – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. alias saham BBRI menjadi salah satu bank besar di Indonesia. Karakter bisnis perbankannya pun cukup unik, yakni menyasar segmen usaha mikro, kecil, dan menengah alias UMKM. Bisnis yang tidak bisa diikuti oleh bank lainnya. Kira-kira, gimana ya prospek bisnis BBRI ini?
Sejarah Saham BBRI
Menariknya nih, Saham BBRI ini berawal dari gagasan Raden Bei Aria Wirjaatmadja yang ingin mendorong kesejahteraan masyarakat pribumi menggunakan dana kas masjid pada zaman penjajahan Belanda. Di sini, Aria melihat adanya kesenjangan kesejahteraan yang besar antara orang Belanda dengan pribumi.
Akhirnya, Aria menggunakan dana kas masjid untuk dipinjamkan ke masyarakat. Lalu, jika uang itu sudah dibayarkan, uangnya akan dipinjamkan lagi ke masyarakat lainnya.
Awalnya, nama saham BBRI itu adalah De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau Bank Bantuan dan Simoanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto. Nama BBRI baru diubah menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat pada 1949 setelah Indonesia tanda tangan perjanjian Renville.
Saham BBRI pun berubah status bisnis menjadi perseroan terbatas pada 1992. BBRI pun baru IPO pada 2003, waktu itu BBRI melepas 30 persen saham baru untuk publik dengan harga penawaran perdana Rp875 per saham.
BACA JUGA: Deretan Saham Paling Murah Menurut PBV
Jika Membeli Saham BBRI Sejak IPO, Berapa Keuntungannya Saat Ini?
Jika kita membeli saham BBRI sejak IPO sebanyak 1.000 lembar saham dengan modal Rp8,75 juta. Berapa nilainya saat ini ditambah dengan pendapatan dividen?
Sebagai catatan, BBRI sudah melakukan aksi stock split dua kali, yakni pada 2011 dengan rasio 1:2, 2017 sebesar 1:5. Berarti jika kita membeli 1.000 lembar saham BBRI sejak IPO, kini jumlah lembarnya sudah menjadi 10.000 lembar.
Dengan modal Rp8,75 juta saat IPO, kini nilai aset di saham BBRI itu sudah menjadi R55,25 juta. Ditambah dengan pendapatan dividen selama periode itu senilai Rp9,93 juta. Berarti total asetnya menjadi Rp65 juta. Berarti total keuntungan saham BBRI sejak IPO sebesar 7.350 persen.
Prospek Saham BBRI
Saham BBRI adalah salah satu emiten yang masuk ke dalam kategori economic moat, yakni bisnis yang memiliki keunggulan kompetitif, di mana kompetitor agak kesulitan untuk menyainginya.
Pasti pada penasaran, apa economic moat-nya saham BBRI, yang bisnisnya perbankan, di mana ada sekitar ratusan bank di Indonesia? jawabannya adalah ada di portofolio kreditnya di mana per kuartal I/2023 47 persen diantaranya berada di kredit mikro.
keterangan gambar di website: kinerja keuangan BBRI cenderung konsisten naik, meski ada pandemi Covid-19 sekalipun. Kenaikan kinerja keuangan BBRI pun berhubungan erat bagaimana perseroan mengatur pencadangan untuk antisipasi kredit bermasalah di masa depan.
Kredit mikro adalah penyaluran kredit ke bisnis skala kecil banget yang biasanya dijalani untuk bisnis rumahan dan perdagangan kecil.
Tidak banyak bank yang bermain di sektor mikro ini. Dulu pernah ada PT Bank Danamon Tbk. (BDMN) dan PT CIMB Niaga Tbk. (BNGA). Hasilnya, mereka menyerah dan menutup lini bisnis kredit mikronya. Alasan kuatnya adalah karena tingkat kredit bermasalah yang dialami oleh bank swasta itu di kredit mikro terlalu besar.
Meski, keduanya beralasan bisnis kredit mikronya sulit berkembang karena ekspansi kuota kredit usaha rakyat alias KUR, yang disubsidi pemerintah, membuat produk kredit mikronya menjadi tidak menarik.
Kelebihan BBRI dalam bisnis kredit mikro bisa sukses karena sudah memiliki sistem tersendiri untuk bisa masuk ke pedagang mikro sehingga kreditnya bisa berkualitas bagus. Belum lagi jaringan BBRI yang luas ke daerah-daerah terpencil mempererat hubungannya dengan komunitas pedagang mikro tersebut.
keterangan gambar di website: kita bisa melihat tren rasio kredit bermasalah gross BBRI cenderung stabil. Permodalan pun kokoh di atas 20 persen.
Ditambah, dalam aksi rights issue yang terakhir pada 2021, saham BBRI juga mencaplok dua BUMN, yakni PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani atau PMN. Bergabungnya kedua perusahaan yang fokus di pembiayaan mikro itu membuat BBRI ditasbihkan sebagai BUMN keuangan ultra-mikro. Hal itu bisa mendorong prospek bisnis BBRI ke depannya.
Dividen BBRI
BBRI menjadi salah satu emiten yang rutin bagi dividen. Terakhir, BBRI memutuskan dividen final dari tahun buku 2022 senilai Rp231 per saham. Dengan dividen per saham itu, berarti tingkat dividen yield BBRI sekitar 7 persen.
Adapun, Direktur Utama BBRI Sunarso sempat menjanjikan BBRI berpotensi membagikan dividen jumbo hingga empat tahun ke depan.
Alasannya, posisi permodalan BBRI saat ini masih cukup kokoh. Bahkan, jika setiap tahunnya, ekspansi bisnis BBRI bisa menggerus permodalan 2 persen, berarti perseroan tidak perlu memupuk permodalan dari laba ditahan terlalu banyak. Artinya, ada potensi pembagian divdien jumbo ke depannya.
Secara dividen yield, BBRI memang mencatatkan rekor dividen yield tertinggi dalam pembagian dividen terakhir, yakni sektiar 6-7 persen jika dibandingkan dengan harga sahamnya ketike periode ex-dividen.
Jika BBRI mampu menjaga tingkat dividen yield tetap di 7 persen selama empat tahun ke depan. Harga sahamnya jelas berpotensi naik karena punya prospek bagus. Apalagi, secara bisnis juga cukup kokoh.
Kesimpulan
Saham BBRI memang memiliki economic moat sehingga secara fundamentalnya akan cukup kokoh. Namun, ingat, waktu pembelian investasinya tidak bisa sembarangan. Saat ini, posisi saham BBRI sudah terlalu tinggi karena telah mencatatkan all time high sejak pekan lalu [19 Mei 2023].
Secara valuasi, saat ini posisi price to book value (PBV) BBRI menjadi yang terbesar kedua di segmen bank besar di bawah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebesar 3,04 kali. Ditambah, jika dilihat secara historis, valuasi saham BBRI ini sudah cukup tinggi, yakni di atas rata-rata 5 tahunnya yang sekitar 2,49 kali.
Artinya, kalau masuk ke saham BBRI sekarang sudah cukup tinggi. Mungkin bisa tunggu di level Rp4.500-an per saham sebagai titik beli yang possible dengan tetap memperhatikan bagaimana prospek bisnis sektor perbankan secara keseluruhan.