Saham Menara Telko dan Operator Seluler Bakal Dilibas Starlink?
Starlink jadi topik paling hangat dalam beberapa bulan terakhir. Selaras dengan itu, harga saham telko juga mencatatkan penurunan yang signifikan. Apakah saham Telko bakal dilibas Starlink?
Mikirduit – Saham telekomunikasi, dari operator seluler hingga menara telekomunikasi mengalami penurunan harga dalam tiga bulan terakhir sejak Starlink menyatakan ekspansi ke Indonesia. Banyak yang memperkirakan operator seluler, provider internet, dan menara telekomunikasi bisa masuk periode sunset dengan kehadiran Starlink ini. Tapi, bagaimana fakta sesungguhnya?
Dua saham telekomunikasi yang turun paling dalam selama 3 bulan terakhir antara lain TLKM dan TOWR. Saham TLKM sudah turun 25,26 persen, sedangkan saham TOWR sudah turun 23,33 persen. Keduanya adalah market leader dari segi operator seluler dan pengembang jaringan 5G fiber optik ke menara telekomunikasi.
Apalagi, Starlink tengah mengembangkan teknologi Direct to Cell, yakni layanan jaringan internet Starlink. Namun, apakah dengan begitu berarti Starlink siap mengambil pasar operator seluler?
Kami mencoba memahami apa program Direct to Cell milik Starlink tersebut. Dikutip dari tulisan Dave Schafer di Satelliteinternet.com, layanan Direct to Sell Starlink bukan merupakan operator seluler mandiri maupun layanan telepon satelit tradisional.
Layanan Starlink itu adalah paket tambahan yang akan bekerja di jaringan operator seluler yang sudah ada, serta Hardware (smartphone) yang mendukung jaringan LTE untuk memperluas jangkauan ke area yang sulit dijangkau oleh menara seluler yang tersedia.
Dalam uji coba layanannya itu, Starlink juga bekerja sama dengan operator seluler di seluruh dunia seperti T-Mobile di AS, Optus di Australia, dan Rogers di Kanada.
Terpenting, layanan Starlink ini menggunakan jaringan 4G LTE, bukan 5G. Sehingga kecepatan internetnya juga cenderung terbatas dibandingkan dengan 5G. Bahkan, jaringan 5G diperkirakan bisa memberikan kecepatan internet lebih bagus dibandingkan dengan internet satelit Starlink.
Meski begitu, Direct to Cell Starlink ini bisa menjangkau lebih banyak smartphone yang beredar di pasaran saat ini. Soalnya, penetrasi 4G sudah lebih tinggi ketimbang 5G.
Konsepnya, layanan Direct to Cell nantinya seperti bentuk paket tambahan yang tersedia di operator seluler yang bekerja sama. SatelliteInternet memperkirakan harga paket langganan diperkirakan sekitar 10-25 dolar AS atau sekitar Rp160.000 sampai Rp400.000 per bulan.
Bisnis yang Terdampak Starlink
Bisnis yang terdampak Starlink antara lain, bisnis provider internet kecil di daerah-daerah terpencil, serta penyedia jaringan VSAT (Very Small Aperture Terminal). Dengan kehadiran Starlink dengan harga yang lebih murah, membuat bisnis VSAT dan provider internet lokal di daerah terpencil bisa mengalami penurunan omzet signifikan.
Untuk itu, dua asosiasi pengusaha di bidang terkait melakukan protes. Apalagi, tarif yang ditawarkan oleh Starlink lebih murah, yakni harga bulanan sekitar Rp750.000 per bulan, dan biaya perangkat di-diskon menjadi Rp4,68 juta. Padahal, VSAT unlimited milik pengusaha lokal memiliki tarif Rp3,5 juta per bulan dan harga perangkat Rp9,1 juta.
Kenapa Starlink berani menawarkan harga murah dengan spesifikasi yang bagus? secara cost mungkin tidak jauh beda, tapi Starlink mengejar target kuantitas jumlah pengguna karena harga murah.
Starlink berani mengambil risiko kejar kuantitas pengguna karena memiliki hak labuh atau landing right yang lebih longgar di Indonesia.
Menurut Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) Starlink memiliki hak istimewa dalam meluncurkan 60 - 100 satelit per minggu tanpa perlu mengurus hak labuh lagi. Jadi, cukup sekali mengurus landing right saja, meski spesifikasi satelitnya berubah.
Sementara itu, pemain lokal harus mendaftarkan frekuensi dan proses hak labuhnya satu per satu. Setelah periodenya berakhir, maka harus mengurus lagi.
Efek Starlink ke Saham di Indonesia
Sejauh ini, ada dua emiten yang punya bisnis layanan VSAT, yakni TOWR dan EMTK. Meski begitu, porsi pendapatan VSAT dari kedua emiten itu cukup rendah, yakni kurang dari 10 persen.
Sampai kuartal I/2024, layanan VSAT TWOR mencatatkan pendapatan sekitar Rp27,49 miliar dari total pendapatan senilai Rp403 miliar.Lalu, EMTK mencatatkan pendapatan VSAT sekitar Rp77,84 miliar dari total pendapatan Rp2,48 triliun.
Sehingga kami menilai sentimen saat ini hanya kekhawatiran sementara. Toh, bagi menara telekomunikasi, mereka bisa menjaga pertumbuhan bisnis jika penetrasi 5G meningkat, terutama untuk TOWR yang sudah berinvestasi fiber optik yang cukup besar.
Lalu, dari segi operator seluler, akan mendapatkan sentimen positif jika bekerja sama dengan Starlink dalam layanan Direct to Sell-nya. Kami ekspektasi peluang layanan Direct to Sell ini bisa bekerja sama dengan Telkomsel maupun Fren yang punya jaringan di pelosok.
Jika EXCL benar-benar merger dengan FREN, kondisi ini akan menguntungkan bagi EXCL juga karena bisa memperluas pasar ke daerah-daerah terpencil.
Dari keenam saham relate dengan telekomunikasi, yakni EXCL, ISAT, MTEL, TBIG, TLKM, dan TOWR, 3 saham yang diskonnya sudah lumayan besar antara lain TOWR, TBIG, dan TLKM.
Harga wajar TOWR dengan kondisi aset dan prospek bisnis ke depannya sekitar Rp1.196 saham, TBIG sekitar Rp2.285 per saham, dan TLKM sekitar Rp4.066. Adapun, untuk harga ISAT menjadi yang termahal karena sudah di atas harga wajarnya yang senilai Rp7.958 per saham.
Namun, meski beberapa harga saham telekomunikasi ini sudah murah bukan berarti kalau beli sekarang pasti cuan ya. Kira-kira saham telekomunikasi mana ini yang menarik perhatianmu?
Telah Dirilis Ulasan 31 Saham Dividen Paling Oke untuk Jangka Panjang Periode 2024
Yuk join Mikirdividen sekarang juga, kamu akan mendapatkan semua benefit di bawah ini:
- Update review laporan keuangan saham dividen fundamental bagus hingga full year 2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
- Event online bulanan
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini