Saham Nikel Bluechip yang Sudah Murah, Tertarik?

Saham nikel bluechip ini sudah murah, penurunan harga cenderung disebabkan akibat harga teoritis right issue. Apakah sekarang sudah saatnya beli?

Saham Nikel Bluechip yang Sudah Murah, Tertarik?

Mikirduit – Ada salah satu saham nikel yang sudah stabil secara kinerja dan kini harganya sudah murah. Lalu, bagaimana prospek saham ini ke depannya? apakah sudah cocok untuk diborong sekarang? 

Saham ini adalah INCO, yang lagi memproses aksi korporasi right issue sehingga per 19 Juni 2024 kemarin sempat turun karena pergerakan harga teoritis ke Rp3.992 per saham. Namun, kini harga saham INCO sudah di Rp4.220 per saham. Apakah artinya saham ini sudah murah? kami akan coba mengulik secara detail. 

Salah satu efek terbesar right issue adalah adanya penyesuaian laba bersih per saham, termasuk book value per share karena adanya penambahan jumlah lembar saham baru. Namun, hal itu bukan permasalahan besar selama penambahan saham barunya tidak berlebihan yang membuat supply free float meningkat drastis. 

Untuk right issue INCO yang dilakukan untuk membuka jalan MIND ID menambah porsi kepemilikan sahamnya ini tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap perubahan lembar saham. Dari segi price to book value juga hanya naik sedikit menjadi 1,08 kali. Apakah level itu masih murah?

Dari perhitungan kami dengan mengasumsikan kinerja INCO melambat di 2024, harga wajarnya ada di sekitar Rp4.500 per saham, sedangkan dengan asumsi timeframe lebih panjang dan kinerja INCO bisa tumbuh konsisten, harga wajarnya ada di sekitar Rp6.090 per saham. Kedua posisi harga wajar konservatif dan optimistis ini masih di atas harga pasar per 21 Juni 2024 yang berada di level Rp4.220 per saham.

Meski begitu, bagaimana dengan prospek INCO ke depannya?

Prospek Saham INCO

INCO belum merilis laporan keuangan kuartal I/2024 karena tengah memproses right issue untuk pintu masuk MIND ID menambah porsi saham. Namun, secara umum, manajemen INCO sudah mewanti-wanti mereka akan melakukan pemeliharaan danperbaikan secara terus menerus dalam operasi penambangan dan pengolahan dalam beberapa tahun ke depan. 

Beberapa analis memperkirakan produksi INCO akan stagnan di sekitar 70.000-71.000 ton pada 2024-2025. Meski produksi belum akan mencatatkan peningkatan, tapi INCO masih berpotensi mencuri peluang menjaga pertumbuhan keuangan tetap bagus dengan penurunan biaya operasional. 

Hal itu didorong dari penurunan harga bahan bakar seperti batu bara. Apalagi, INCO dinilai sebagai saham nikel yang memiliki tingkat cash cost yang rendah. Meski begitu, saham INCO tetap dalam bayang-bayang penurunan kinerja jika harga nikel tidak kunjung membaik. 

Walaupun penuh dengan harapan biaya operasional lebih efisien, tapi konsensus analis menilai kinerja laba bersih INCO berpotensi turun setengahnya di 2024 dibandingkan dengan 2023. Hal itu disebabkan oleh aksi pemeliharaan alat produksi tersebut. 

Artinya, dalam jangka pendek, kami menilai ada risiko saham INCO akan mengalami sideways cenderung koreksi di area Rp4.000 sampai Rp4.500 per saham. Alasannya, tidak ada daya tarik untuk hold saham INCO lebih lama kecuali ada sentimen penurunan suku bunga hingga pemulihan ekonomi China yang bisa meningkatkan permintaan nikel dunia. 

Namun, untuk jangka menengah panjang 3-5 tahun, saham INCO bisa dibilang cukup menarik karena posisi harga saat ini sudah murah. 

Ditambah, setelah aksi right issue rampung, saham INCO mendapatkan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) hingga 28 Desember 2035. Setelah mendapatkan kepastian perpanjangan kontrak pengelolaan tambang nikel itu, INCO akan terus menggenjot proyek hilirisasi. Ada tiga proyek yang digarap INCO seperti HPAL di Pomalaa dan Sorowako, serta RKEF di Morowali. Ketiga proyek itu memiliki nilai investasi sekitar 9 miliar dolar AS. 

Untuk proyek smelter HPAL INCO di Pomala yang bekerja sama dengan Ford diekspektasikan bakal beroperasi pada 2026. Adapun, dua smelter, yakni HPAL di Sorowako akan dilakukan bekerja sama dengan perusahaan China Huayou dan smelter RKEF di Morowali bekerja sama dengan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia. Semua itu akan digunakan untuk mendukung ekosistem industri baterai listrik di Indonesia. 

Rampungnya smelter itu diperkirakan bisa mendorong pertumbuhan kinerja keuangan INCO menjadi lebih menarik lagi. Dari konsensus analis, saham INCO diperkirakan kembali mencatatkan pemulihan laba bersih pada 2026. 

Prospek Dividen INCO

Kami beberapa kali sesumbar setelah INCO dimiliki oleh MIND ID, ada potensi pembagian dividen akan lebih rutin. Meski, dalam RUPS Tahunan 2024 terakhir, INCO memutuskan puasa bagi dividen terlebih dulu. Sebelumnya, di 2023 dari tahun buku 2022, INCO membagikan dividen sekitar Rp89,67 per saham dengan tingkat dividend payout ratio sekitar 30 persen. Jika dihitung dengan harga saham INCO saat cum-dividend hanya sekitar 1,34 persen. 

Namun, setelah menghitung prospeknya, kami menilai jika INCO bagi dividen, itu baru menarik dan mungkin terjadi di 2026 dan 2027. Pasalnya, dalam periode 2024-2025, perseroan akan fokus memumpuk cash terlebih dulu karena ada potensi penurunan laba bersih yang signifikan. 

Hal itu juga yang kami nilai penyebab INCO menahan tidak bagi dividen di tahun ini. Jika melihat kondisi kas dan setara kas di 2023, sebenarnya INCO bisa saja bagikan 30 persen dari laba bersih. Per 2023, INCO punya kas setara kas sekitar 698 juta dolar AS. Dengan laba bersih 2023 senilai 274 juta dolar AS, INCO sangat memungkinkan bagikan 30 persen dari laba yang setara 82 juta dolar AS serta menjaga tingkat jas tetap di 600 juta dolar AS. 

Namun, ternyata manajemen lebih berhati-hati dengan menjaga cash agar tetap bertumbuh untuk hadapi risiko penurunan laba bersih ke depannya. Apalagi, perseroan lagi banyak melakukan investasi. Sebenarnya, hal serupa juga dilakukan oleh perseroan pada 2021 saat melakukan pemeliharaan. Lalu, baru membagikan dividen setelah periode beres di 2022. 

Jika INCO memaksakan bagikan dividen di 2025 ini, nilainya juga tidak akan terlalu signifikan. Dengan asumsi dividend payout ratio 30 persen dan laba bersih per saham 2024 sekitar Rp223 per saham. Berarti, tingkat dividen per saham sekitar Rp67 per saham. Jika beli di harga Rp4.220 per saham, berarti tingkat dividend yield hanya 1,58 persen. 

Kesimpulan

Kami menilai dengan prospek dividen yang masih kecil, saham INCO akan menarik untuk jangka menengah panjang dengan target capital gain. Ada beberapa trigger potensi kenaikan saham INCO ke depannya seperti: 

  • Perkembangan rampungnya smelter INCO yang lagi dikerjakan
  • Kenaikan harga nikel jika suku bunga The Fed sudah turun dan ekonomi China pulih

Kami ekspektasi harga nikel di 2025 akan lebih baik yang bisa jadi trigger bagus untuk saham INCO. Untuk itu, harga saat ini jelas sudah menarik dengan potensi upside minimal ke harga wajar moderat di Rp6.000 per saham. 

Kalau menurutmu, apakah saham INCO menarik?

Mau Tau Saham Dividen  Apa yang Lagi Murah? Kami Akan Tulis di 24 Digest Juni (Publikasi Bulanan Mikirdividen)

Join Mikirdividen sekarang untuk mendapatkan banyak benefit serta strategi investasi dan diskusi dengan para investor saham. Berikut benefit gabung mikirdividen:

  • Update review laporan keuangan saham dividen fundamental bagus hingga full year 2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
  • Event online bulanan

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini