2 Saham Nikel IPO, Tanda Sektor Logam Primadona 2023?

Ada 2 saham nikel yang tergolong bagian dari konglomerasi besar mau IPO. Apakah ini tanda saham nikel bisa jadi primadona di 2023?

2 Saham Nikel IPO, Tanda Sektor Logam Primadona 2023?

Mikir Duit – Saham nikel bakal makin ramai di Bursa Efek Indonesia. Dalam waktu dekat, ada dua saham nikel baru, yakni PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA). Apakah 2023 akan menjadi tahunnya saham nikel?

Setiap tahun, selalu ada sektor yang menonjol, seperti 2020 ada sektor farmasi, 2021 sektor bank digital, dan 2022 sektor batu bara. Ketika sektor itu menonjol, ada saham-saham baru di sektor terkait bermunculan.

Misalnya, PT Soho Global Health Tbk. (SOHO) yang listing perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada September 2020. Waktu itu, saham SOHO salah satu yang cukup fenomenal karena sempat naik hampir 500 persen setelah beberapa hari IPO.

Begitu juga ketika masuk era bank digital, ada beberapa saham bank digital baru yang bermunculan seperti, PT Bank Aladin Tbk. (BANK) yang listing pada 2021. Lalu, banyak bank konvensional lainnya yang bertransformasi menjadi bank digital seperti, PT Bank MNC International Tbk. (BABP), PT BRI Agroniaga Tbk. (AGRO), hingga PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA).

Ketika era batu bara mencuat di 2022, ada juga saham sektor batu bara baru yang IPO di periode tersebut. Seperti, PT Adaro Mineral Indonesia Tbk. (ADMR) listing pada Januari 2022 dan PT Black Diamond Resources Tbk. (COAL) yang listing pada semester II/2022.  

Bukan cuma itu, ada juga perusahaan transportasi milik MNC Grup yang berganti bisnis menjadi batu bara, yakni PT Indonesia Air Transport Tbk. (IATA) yang berganti nama menjadi PT MNC Energy Investment Tbk.

Dengan melihat rekam jejak seperti, apakah tandanya sektor nikel akan menjadi primadona di tahun ini? dan seberapa menarik saham nikel yang baru IPO ini?

BACA JUGA: Apa Investasi Pertamamu? Ini Cerita Investasi Pertamaku

Saham NICKL, Aset Nikel Berharga Milik Harita Group

Saham NCKL milik Harita Group melepas sekitar 18 persen saham baru ke publik dengan harga penawaran Rp1.220 sampai Rp1.250 per saham. Dengan begitu, total dana yang dihimpun oleh NCKL paling banyak senilai Rp15,11 triliun. Angka ini menjadi salah satu IPO yang cukup besar di BEI.

Dengan dana hingga Rp15,11 triliun, NCKL berencana menggunakan dana untuk beberapa hal ini:

  • 38,08 persen: untuk modal kerja perseroan
  • 32,27 persen: untuk keperluan anak usaha dan entitas asosiasi dalam bentuk setoran modal dan pinjaman
  • 15,13 persen: untuk bayar seluruh utang ke OCBC dan PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP).
  • 6,05 persen: untuk pembayaran seluruh utang ke Grup Djarum melalui PT Dwimuria Investama Andalan
  • 5,46 persen: untuk pembayaran utang ke PT Harita Jayaraya
  • 2,12 persen: digunakan untuk belanja modal perseroan
  • 0,89 persen: digunakan untuk bayar seluruh utang ke NISP

Kinerja Keuangan NCKL Sebelum IPO

Jika kita melihat pertumbuhan pendapatan NCKL, tidak ada yang spesial. Perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan pada Januari-September 2022 sebesar 14,95 persen menjadi Rp7,35 triliun dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Lalu, laba kotornya tumbuh 7,37 persen menjadi Rp3,75 triliun.

Namun, laba bersih NCKL meroket 300 persen menjadi Rp3,6 triliun. Salah satu pendorongnya adalah keuntungan dari investasi laba entitas asosiasi.

NCKL dapat bagian keuntungan dari laba PT Halmahera Persada Lygend senilai Rp2 triliun. Bagian laba bersih dari entitas asosiasi itu baru muncul pada September 2022.

Jika kita lihat valuasi NCKL dengan price to book value (PBV) dan price to earning ratio (PER) dengan asumsi saham beredar setelah IPO sebanyak 67,19 miliar lembar.

PBV NCKL berada di angka 5,86 kali sampai 6,01 kali,sedangkan PER-nya dengan menggunakan asumsi laba bersih perseroan sepanjang 2022 senilai Rp4,8 triliun dari hasil rata-rata laba per kuartal di 2022, berarti sekitar 17,05 kali sampai 17,47 kali.

Saham MBMA, Aset Baru dari PT Merdeka Gold Copper Tbk.

MBMA menawarkan sebanyak 10,24 persen saham baru dengan harga penawaran Rp780 sampai Rp795 per saham. Dari IPO itu, MBMA menargetkan bisa himpun dana sebanyak-banyaknya senilai Rp8,74 triliun.

Lalu, apa tujuan penggunaan dana IPO sebanyak Rp8,74 triliun?

  • 48 persen: untuk pembayaran seluruh pokok utang 300 juta dolar AS dengan ING Bank.
  • 16 persen: penyetoran modal ke PT Merdeka Industri Mineral .
  • 14 persen: meminjamkan kepada PT Zhao Hui Nickel yang digunakan untuk belanja modal dan modal kerja perusahaan terkait.
  • 8 persen: dipinjamkan kepada Merdeka Tsingshan Indonesia
  • 5,5 persen: dipinjamkan kepada PT Sulawesi Cahaya Mineral untuk modal kerja perseroan.
  • 5 persen: untuk mengambil alih hak tagih senilai 30 juta dolar AS yang diberikan MDKA kepada PT Merdeka Tsingshan Indonesia. Jadi, nanti yang menagih adalah perseroan kepada Merdeka Tsingshan Indonesia.
  • 1,5 persen: Digunakan untuk modal kerja perseroan seperti bayar gaji dan jasa profesional.

Kinerja Keuangan MBMA

MBMA baru mulai mencatatkan pendapatan pada 2022. Sampai September 2022, MBMA mencatatkan pendapatan 289 juta dolar AS. Dari situ, MBMA mencatatkan laba bersih senilai 32,47 juta dolar AS. Menariknya, posisi laba bersih MBMA lebih tinggi daripada laba usaha yang cuma 19,78 juta dolar AS.

Sayangnya, belum ada laporan keuangan detail yang menunjukkan pembentuk laba bersih perseroan. Lalu, dalam prospektus ringkasnya, MBMA belum mencantumkan kurs acuan, jadi untuk perhitungan analisis valuasi selanjutnya kita gunakan kurs rupiah Rp15.088 per dolar AS.

Nah, jika kita coba hitung price to book value (PBV) dan price to earning ratio (PER) MBMA dengan jumlah lembar saham simulasi setelah IPO sebanyak 107,33 miliar lembar.

PBV MBMA berada di rentang sekitar 4,15 kali sampai 4,23 kali sesuai nanti posisi harga pelaksanaan IPO berada di level berapa.

Lalu, PER MBMBA dengan mengasumsikan laba bersihnya pada 2022 sekitar Rp653,3 miliar dari hasil rata-rata laba bersih per kuartal dikali empat. Hasilnya, PER MBMA sekitar 128,28 kali sampai 130,74 kali.

Kesimpulan

Dari pola penggunaan dana IPO dan juga kinerja serta valuasi sahamnya, kedua saham nikel ini kurang menarik. Rata-rata dana IPO digunakan untuk bayar utang dan sekadar modal kerja. Meski begitu, sebelum mereka IPO, kedua perusahaan ini sudah bekerja sama dengan China untuk pengembangan bisnis nikel lebih lanjut. Namun, belum jelas akan sejauh apa efeknya ke kinerja keuangan.

Misalnya, mayoritas laba bersih NCKL dihasilkan dari keuntungan Halmahera Lygend. Artinya, kedua perusahaan ini sudah dalam fase ekspansi dan dana IPO ini hanya untuk melengkapi operasional setelah ekspansi.

Nah, kita menilai tidak menarik karena secara PER dan PBV, kedua saham IPO ini cukup mahal di atas rata-rata Industri.

PBV PER
NCKL 6,01 23,29
MBMA 4,23 130,74
ANTM 2,09 12,96
INCO 1,78 20,93
DKFT 1,18 8,51
NICL 8,02 30,58

valuasi NCKL dan MBMA diambil dengan asumsi menggunakan harga penawaran IPO tertinggi

Justru, kita bisa melirik saham-saham nikel lainnya yang masih murah, salah satu yang menarik jelas ANTM yang memiliki skala besar dan valuasi termurah.