SCMA dan DMAS Tebar Dividen Jumbo, Kejar Sahamnya atau Wait and See?
SCMA dan DMAS menjadi perhatian setelah membagikan dividen jumbo untuk tahun buku 2024. Dengan begitu, apakah saham ini menarik untuk dikejar atau wait and see dulu?

Mikirduit – Ada dua saham yang memberikan kejutan dividen jumbo dalam RUPS tahunan pada 28 April 2025, yakni DMAS dan SCMA. Harga sahamnya langsung naik tinggi setelah diumumkan. Pertanyaan, dengan potensi dividen jumbo tersebut, bagaimana strategi investasi ke saham tersebut?
SCMA membuat kejutan dengan memutuskan pembagian total dividen untuk tahun buku 2024 senilai Rp23 per saham, sehingga total dividen final menjadi Rp18 per saham. Jika mengacu ke harga pembukaan harga saham SCMA pada 28 April 2025, tingkat dividend yield-nya mencapai 9 persen. Adapun, tingkat dividend payout ratio SCMA itu mencapai 230 persen dari laba bersih pada 2024.
Lalu, dari mana SCMA membagikan dividen jumbo tersebut?
Dari keterangan manajemen dalam RUPS tahunan, laba bersih itu diambil dari seluruh laba bersih tahun berjalan konsolidasi pada 2024, serta laba ditahan yang belum ditentukan penggunaannya.
Jika melihat posisi kas dan setara kas SCMA memang cukup jumbo menjadi senilai Rp2,5 triliun dibandingkan dengan Rp634 miliar pada tahun sebelumnya. Nilai total dividen SCMA itu pun mencapai 68 persen dari total kas dan setara kas perseroan (total dividen interim dan final setara Rp1,7 triliun).
Kas perseroan itu berasal dari saldo laba ditahan perseroan yang belum ditentukan penggunaannya pada akhir tahun buku 2024.
Sementara itu, DMAS memutuskan bagikan dividen lebih dari 100 persen laba bersih menjadi senilai Rp29 per saham (dari laba bersih Rp27 per saham). Jika dihitung sejak harga pembukaan per 28 April 2025, tingkat dividend yield DMAS bisa mencapai 19 persen.
DMAS membagikan dividen sekitar 107 persen dari laba bersih dengan mengambil dari seluruh laba bersih tahun buku 2024, serta diambil dari saldo laba perseroan senilai Rp66 miliar.
Dengan dividen di atas 100 persen laba bersih ini, bagaimana strategi investasi dan prospek kedua emiten tersebut?
Efek Dividen Jumbo ke Prospek Saham
Salah satu efek terbesar dari dividen di atas 100 persen adalah berpengaruh ke penurunan book value per share karena porsi kas dari laba ditahan mengalami penurunan. Dengan begitu, secara valuas price to book value-nya berpotensi mengalami kenaikan. Apalagi, kenaikannya terjadi disebabkan penurunan kas diiringi dengan kenaikan harga saham karena reaksi investor yang ingin memborong saham tersebut.
Misalnya, SCMA membagikan dividen mencapai 230 persen dari laba bersih, artinya ada senilai 130 persen dividen tersebut diambil dari saldo laba ditahan perseroan. Dari hitungan kami, tingkat book value per share SCMA berpotensi turun 2 persen menjadi Rp98 per saham (dari sebelumnya Rp101 per saham).
Dalam kondisi ini, valuasi PBV SCMA pun mengalami kenaikan menjadi 2,1 kali (setelah penyesuaian dividen), dibandingkan dengan sebelumnya sekitar 2,03 kali.
Sementara itu, untuk DMAS tidak ada perubahan PBV yang cukup signifikan karena penggunaan saldo laba ditahannya tidak terlalu signifikan.
Lalu, apa arti dari pertumbuhan tingkat PBV yang menurun karena pembagian dividen?
Sebenarnya, sudut pandangnya cenderung netral, ada sentimen positif dan negatifnya.
Sisi kurang bagusnya dari segi kenaikan PBV karena adanya penurunan ekuitas, bukan dari kenaikan harga saham. Hal ini akan buruk jika tidak selaras dengan pertumbuhan laba dan kondisi arus kas yang mumpuni, serta tidak punya rencana jelas untuk memperbaiki ekuitas. Namun, masih bisa diterima jika perusahaan punya alasan kuat kenapa ekuitas mengalami penurunan dan prospek bisnis masih tetap solid meski ekuitas berkurang.
Salah satu contoh emiten yang membagikan dividen cukup jumbo adalah MPMX pada periode 2020-2021. Dalam periode tersebut MPMX membagikan dividen dengan tingkat payout ratio di atas 100 persen (bahkan di 2020 mencapai 400 persen). Sebelumnya, MPMX memang mulai menaikkan rasio dividen hingga 90 persen sejak 2019 sampai saat ini.
Hasilnya, tren ekuitas MPMX malah mengalami penurunan sekitar 14 persen selama periode 2019 hingga 2024. Dari penurunan ekuitas itu, harga saham MPMX juga cenderung sideways di sekitar Rp800 - Rp1.300 per saham dalam periode 2019-2024.
Jika MPMX menjadi contoh saham dividen yang bagi dengan rasio di atas 100 persen dan cukup jumbo sejak 2019, ada lagi contoh ekstrem lainnya dari LPPF. Saham LPPF sempat bikin kejutan setelah ekuitasnya negatif saat pembagian dividen tahun buku 2022 di 2023.
Pasalnya, dalam pembagian dividen itu, LPPF menggunakan saldo laba ditahan hingga Rp1 triliun. Sehingga total ekuitas LPPF sempat negatif pada periode pembagian dividen di Mei-Juli 2023. Soalnya, LPPF mencatatkan tambahan modal disetor negatif hasil dari aksi akuisisi yang dilakukan pada 2013.
Akhirnya, harga saham LPPF pada periode tersebut turun drastis dari Rp5.000-an per saham menjadi Rp1.300-an per saham pada periode tersebut.
Akhirnya, harga saham LPPF pada periode tersebut turun drastis dari Rp5.000-an per saham menjadi Rp1.300-an per saham.

Strategi Investasi di Saham Dividen Jumbo
Sebenarnya, ketika saham mengumumkan dividen jumbo yang lebih besar daripada periode sebelumnya atau tingkat yield-nya meningkat drastis karena ada penurunan harga saham, harga sahamnya akan naik signifikan. Dalam posisi tersebut, jika kamu belum punya sahamnya, akan sangat berisiko dalam mengejar harga demi mendapatkan dividen.
Alasannya, meski berpeluang mendapatkan dividen yang terhitung jumbo, tapi harga sahamnya sudah naik cukup tinggi sehingga tingkat dividend yield yang didapatkan berpotensi lebih rendah, dan risiko penurunan harga saham setelah ex-date juga cukup tinggi. Akhirnya, hasil akhirnya berpotensi mengalami floating loss jika diakumulasikan dari penurunan harga dengan dividen yang didapatkan.
Seperti SCMA yang harga sahamnya sempat naik ke level tertinggi Rp214 per saham. Dengan begitu, tingkat dividend yield jika baru masuk di angka tertinggi tersisa 8,4 persen dibandingkan dengan 9 persen saat sebelum diumumkan.
Begitu juga dengan DMAS yang harga sahamnya sempat naik ke Rp177 per saham. Jika terlanjur mengejar harga saham di level tinggi, tingkat dividend yield yang didapatkan sudah tergerus menjadi 16 persen dibandingkan dengan 19 persen saat awal pembukaan pasar.
Jika belum punya saham yang bagikan dividen jumbo, kamu bisa membelinya saat ex-date ketika terjadi penurunan harga saham. Sehingga, bisa mendapatkan harga beli yang rendah dan berpotensi mendapatkan keuntungan dividen yang lebih besar di tahun selanjutnya.
Untuk bisa memilih saham dividen jumbo yang berpotensi bagikan dividen jumbo di tahun selanjutnya, kamu bisa memperhatikan beberapa hal ini:
- Tren dividend payout ratio secara historis untuk memastikan dividend payout ratio tahun ini tdak anomali
- Melihat prospek pertumbuhan bisnis di masa depan, jika ada potensi laba bersih bertumbuh, berarti tingkat dividen bisa tumbuh di tahun selanjutnya. Jika beli di harga lebih rendah, kita bisa mendapatkan harga beli yang lebih bagus
- Nilai valuasi di periode ex-date apakah sudah murah atau masih mahal. Jika terhitung masih mahal lebih baik wait and see hingga harganya lebih make sense.
Berarti harus hold lama dong? Yaps, strategi dividend investing memang cocok untuk jangka menengah panjang. Bukan mengejar dividen setelah pengumuman. Jika niatnya trading, lebih baik memanfaatkan fluktuasi kenaikan harga saham jelang cum-date sebagai momentum take profit ketimbang nekat ambil dividen dan berujung floating loss.
Mau tau proyeksi saham dividen yang menarik serta strategi investasi yang bisa optimalkan cuan? Temukan jawabannya dengan join Mikirdividen
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .
Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.
Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini
Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.
Beberapa benefit baru:
- IPO Digest Premium
- Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
- Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini