SIDO dan UNVR Kompak Jeblok, Mana yang Kondisinya Lebih Baik?
Harga saham SIDO dan UNVR jeblok karena kinerja keuangannya dianggap kurang memuaskan. Kira-kira bagaimana prospek kedua saham tersebut ke depannya? simak ulasannya di sini.
Mikirduit – Dua saham consumer goods yang berbeda segmen mencatatkan penurunan harga saham di atas 5 persen setelah merilis laporan keuangan. Apakah kinerjanya seburuk itu? bagaimana prospek ke depannya?
Kedua saham consumer goods yang akan dibahas ini adalah SIDO dan UNVR. Saham SIDO dinilai buruk setelah kinerja tiga bulan kuartal III/2024 perseroan mencatatkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan kuartal kedua. Ditambah, segmen penjualan utama seperti herbal mengalami penurunan.
Sementara itu, saham UNVR mengalami penurunan setelah laba bersih perseroan turun hingga 28,15 persen menjadi Rp3 triliun pada kuartal III/2024. Kira-kira seberapa buruk nasib kedua saham consumer goods ini?
Saham SIDO
Ada beberapa catatan untuk kinerja saham SIDO per kuartal III/2024.
Pertama, kinerja secara akumulasi SIDO sepanjang 9 bulan 2024 masih terlihat cukup bagus.
Laba bersih naik 32,65 persen menjadi Rp778 miliar. Kenaikan leba bersih didorong pendapatan yang naik 11,24 persen menjadi Rp2,62 triliun, serta operasional dari beban pokok pendapatan serta beban umum dan administrasi yang lebih efisien.
Seluruh segmen pendapatan perseroan mulai dari jamu herbal, makanan dan minuman, serta farmasi mencatatkan kenaikan pendapatan.
Kedua, namun catatan kinerja positif SIDO itu dibantu dari hasil kinerja perseroan pada kuartal pertama dan kedua yang cukup bagus. Sementara secara kuartalan di kuartal ketiga tidak begitu bagus.
Ketiga, catatan buruk untuk kinerja SIDO di tiga bulan kuartal ketiga antara lain, penurunan laba kotor sebesar 1,67 persen menjadi Rp383 miliar, meski pendapatan naik sebesar 3,21 persen. Namun, laba SIDO kuartalan masih naik 22,5 persen menjadi Rp169 miliar karena dorongan operasional yang lebih efisien.
Namun, dari penurunan yang muncul pada kuartal ketiga adalah di laba kotor. Artinya, kenaikan beban pokok pendapatan cukup signifikan bahkan lebih tinggi dari kenaikan pendapatan. Hal itu dipicu beban pokok pendapatan dari persediaan yang meningkat.
Kenaikan beban pokok selaras dengan invetory turnover rasio SIDO yang turun menjadi 3,11 kali dibandingkan dengan dua kuartal sebelumnya yang masing-masing sebesar 3,43 kali hingga 3,92 kali. Angka inventory turnover SIDO ini mendekati level terendah pada Januari 2023.
Jika dilihat kenaikan inventory turnover disebabkan oleh penurunan pendapatan di segmen utama perseroan, yakni jamu herbal secara kuartalan sebesar 4,48 persen menjadi Rp431 miliar, sedangkan segmen makanan dan minuman yang merupakan kontributor kedua terbesar mencatatkan kenaikan 19,6 persen menjadi Rp269 miliar.
Dengan hasil itu, apakah kinerja SIDO jelek? kami masih senada dengan direksi perseroan yang optimistis permintaan musiman di kuartal keempat akan meningkat karena didukung oleh kondisi cuaca.
Secara historis sejak 2015, kinerja laba bersih SIDO di tiga bulan kuartal keempat memang selalu di atas kinerja kuartal ketiga. Kecuali, pada 2018 yang mana laba bersih kuartal IV/2018 senilai Rp184 miliar lebih rendah dibandingkan dengan Rp188 miliar pada kuartal ketiga.
Dengan posisi laba bersih yang masih bertumbuh, kami masih menilai harga SIDO cukup murah dengan asumsi wajar ada di Rp656 per saham.(asumsi laba bersih twelve trailing months dari laporan keuangan kuartal III/2024).
Jika harga saham SIDO bisa tembus ke Rp580 hingga Rp590 per saham akan menjadi cukup menarik. Dengan asumsi kinerja SIDO pada 2025 bisa lanjut bertumbuh positif.
Saham UNVR
Berbeda dengan kondisi SIDO, kinerja UNVR secara akumulasi 9 bulan 2024 masih mencatatkan penurunan signifikan.
Penurunan laba bersih perseroan sebesar 28,15 persen disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
Pertama, pendapatan perseroan mengalami penurunan sebesar 10,12 persen menjadi Rp27,41 triliun.
Penurunan pendapatan perseroan dipicu oleh penurunan seluruh segmen bisnisnya. Pendapatan dari perawatan tubuh turun 11,69 persen menjadi Rp17,59 triliun, sedangkan makanan dan minuman turun 7,18 persen menjadi Rp9,82 triliun.
Kedua, laba kotor perseroan turun 13,05 persen menjadi Rp13,28 triliun. Penurunan laba kotor perseroan disebabkan beban pokok pendapatan yang justru naik saat pendapatan turun. Gross profit margin UNVR pun turun menjadi 48,44 persen dibandingkan dengan 50,07 persen pada periode sama tahun sebelumnya.
Sebenarnya, UNVR sudah mendapatkan sentimen positif dari biaya bahan baku yang lebih murah. Biaya operasional untuk beban pokok pendapatan juga sudah lebih efisien. Sayangnya beban persediaan yang bikin beban pokok pendapatan UNVR naik.
Soalnya, inventory turnover UNVR mencatatkan level terendah dalam 10 tahun terakhir, yakni sebesar 7,19 kali. Posisi itu jelas yang terendah sejak UNVR sempat mencatatkan kenaikan ke level tertinggi pada kuartal III/2023 yang tembus 9 kali. Semakin tinggi tingkat inventory turnover berarti semakin cepat persediaan berputar alias barangnya laris.
Ketiga, penekan laba bersih UNVR lainnya adalah biaya pemasaran dan penjualan yang naik. Secara rinci beberapa biaya yang mencatatkan kenaikan antara lain, beban iklan dan promosi naik 9,33 persen menjadi Rp2,64 triliun, sedangkan biaya promosi naik 11 persen menjadi Rp1,13 triliun.
Sayangnya kenaikan anggaran iklan dan riset pasar, serta promosi itu tidak selaras dengan kondisi pendapatan yang menurun.
Dengan hasil kinerja UNVR per kuartal III/2024 ini, perseroan berpotensi kembali mencatatkan penurunan laba bersih selama 6 tahun berturut-turut sejak 2019.
Banyak yang berasumsi posisi kinerja UNVR ini sudah cukup bottom sehingga bisa bertumbuh di 2025 nanti. Tapi, kami menilai semua itu akan tergantung dengan strategi UNVR di 2025. Pasalnya, pada awal 2025 nanti UNVR berencana melakukan spin-off bisnis es krim.
Kami belum mendapatkan gambaran lebih detail terkait efek spin off bisnis es krim tersebut. Tapi, jika porsi kepemilikan bisnis es krim berubah menjadi entitas asosiasi, artinya ada potensi pendapatan dari segmen itu berkurang,
Sehingga jika ada potensi rebound kinerja akibat basis pertumbuhan yang sudah rendah baru terjadi pada 2026. Harapannya dalam periode 2 tahun itu, saham UNVR bisa menemukan satu winning produk untuk mendorong pertumbuhan bisnisnya lagi.
Dengan menggunakan asumsi laba bersih per saham twelve trailing month UNVR di 2024, harga saham UNVR saat ini dinilai masih mahal dengan asumsi wajar di Rp1.600 sampai Rp1.700 per saham dengan asumsi kinerja 2024 perseroan dari hasil rilis kuartal ketiga tadi.
Kesimpulan
Jika membandingkan dua saham consumer goods ini, kami lebih optimistis SIDO masih mampu memperbaiki kinerja 2025 meski risiko ternyata pertumbuhannya cenderung stagnan karena daya beli masyarakat belum terlalu kuat juga masih ada. Sementara itu, kami menilai UNVR diharapkan bisa mencatatkan rebound kinerja keuangannya pada 2026 setelah spin off bisnis es-krimnya rampung dan menemukan produk yang bisa mendompleng pertumbuhan kinerja keuangannya.
Untuk saham SIDO jika berada di bawah Rp600 per saham akan sangat menarik, sedangkan posisi UNVR masih dalam tekanan karena kinerja keuangan yang berisiko mencatatkan penurunan laba bersih selama 6 tahun berturut-turut. Sehingga jika ingin masuk UNVR dalam jangka pendek disarankan untuk trading saja.
Kalau kamu lebih suka SIDO atau UNVR?
Yuk Join Grup Mikirdividen untuk Dapat Pilihan Saham Investasi Jangka Panjang Serta Diskusi dan Update Saham Eksklusif Bersama Ratusan Investor Saham Lainnya
Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini . Ada promo spesial diskon langsung Rp200.000 untuk langganan setahun!
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini