Simulasi Efek Usulan Royalti ke Saham Batu Bara, Peluang atau Risiko?

Berikut kami simulasikan efek usulan kebijakan royalti terbaru terhadap kinerja saham batu bara. Serta sudut pandang apakah benar saham batu bara siap kiamat?

saham batu bara

Mikirduit – Harga saham batu bara tengah tertekan oleh beberapa sentimen dari global maupun domestik. Terbaru, pemerintah Indonesia tengah berencana menyesuaikan kebijakan royalti yang bisa menguntungkan dan merugikan saham-saham batu bara tertentu. Lalu, siapa saham batu bara yang cukup menarik? 

Ada beberapa sentimen yang menjadi tekanan untuk saham-saham batu bara seperti:

  • China berencana meningkatkan produksi batu bara dan komposisi pembangkit listrik tenaga batu bara. Hal ini bisa jadi dua sisi antara negatif karena China meningkatkan produksi, tapi positif karena China ingin meningkatkan penggunaan pembangkit listrik tenaga uap dari batu bara. 
  • Permintaan musim dingin yang lebih hangat membuat permintaan batu bara di musim tersebut tidak sesuai ekspektasi. Sehingga pasokan mengalami kenaikan. 
  • Rencana penyesuaian kebijakan Royalti tambang mineral termasuk batu bara di Indonesia. 

Lalu, bagaimana prospek saham-saham batu bara di Indonesia? kami akan memberikan gambaran dari efek rencana kebijakan royalti pemerintah yang lagi digodok terhadap beberapa saham batu bara besar di Indonesia.

Efek Rencana Penyesuaian Royalti ke Kinerja Laba Bersih Saham Batu Bara di Indonesia

Pemerintah berencana mengubah beberapa skema royalti tambang mineral, termasuk batu bara. Khusus untuk batu bara, pemerintah memberikan usulan revisi aturan sebagai berikut:

  • Tarif royalti non-IUPK bersifat progresif sesuai harga batu bara acuan. Lalu, tarif royalti jika harga batu bara acuan naik di atas 90 dolar AS akan dinaikkan 1 persen.
  • Tarif royalti IUPK sekitar 14-28 persen dengan perubahan rentang tarif. Sebelumnya, rentang harga di atas 100 dolar AS per ton akan mendapatkan tarif royalti sebesar 28 persen. Usulan revisi, tarif dengan harga acuan di atas 70 dolar AS sampai 120 dolar AS menjadi 18 persen, sedangkan tarif batu bara dengan harga acuan 120 dolar AS hingga 140 dolar AS menjadi 19 persen. 

Artinya, dalam hal ini emiten tambang batu bara yang kontraknya sudah menjadi IUPK akan lebih diuntungkan dibandingkan dengan kontrak non-IUPK.  

Jadi, IUPK ini berlaku untuk tambang yang sudah mendapatkan perpanjangan dari kontrak pertama kali, sedangkan yang non-IUPK sifatnya masih PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara).

Saham yang Diuntungkan dari Penyesuaian Royalti Batu bara

Dengan ketentuan tersebut, kami coba menghitung simulasi laporan keuangan emiten batu bara saat ini jika menggunakan skema usulan royalti tersebut. 

Hasilnya, BUMI, AADI, dan INDY cenderung diuntungkan, sedangkan ITMG dan PTBA berpotensi mencatatkan konsolidasi kinerja yang sangat tipis.

Berikut deretan saham dari yang paling diuntungkan terbesar hingga terkecil. 

Pertama, Saham BUMI yang berpotensi sangat diuntungkan dalam kondisi jika tarif royalti IUPK dengan harga 120 dolar AS - 140 dolar AS per ton menjadi 19 persen. Alasannya, akumulasi royalti BUMI per kuartal III/2024 itu sekitar 24,49 persen. Sehingga tingkat margin keuntungan meningkat signifikan. 

BUMI bisa mendapatkan kenaikan laba bersih yang cukup signifikan jika aturan itu diterapkan. Dengan simulasi dari laporan keuangan terakhir dan metode annualized, laba bersih BUMI 2024 dengan royalti sebelumnya diperkirakan sekitar Rp6,68 per saham, sedangkan dengan perubahan royalti menjadi Rp9,89 per saham.

Kedua, saham INDY diperkirakan bisa mencatatkan penyesuaian laba bersih hingga 13 persen dari laba bersih normal dengan royalti yang berlaku saat ini. Hal itu didorong oleh tingkat royalti INDY per kuartal III/2024 sekitar 21 persen. Jika dihitung dengan angka 19 persen membuat tingkat margin naik cukup bagus. 

Ketiga, Saham AADI diperkirakan bisa mencatatkan penyesuaian laba bersih hingga 3,4 persen dari laporan keuangan full year 2024. Pasalnya, sepanjang 2024, tingkat royalti AADI memang sudah sekitar 20 persen. Sehingga tingkat penurunannya sangat tipis. 

Kami melakukan simulasi perhitungan efek ke laba AADI dengan mengecualikan pendapatan dari penjualan ADMR sehingga benar-benar laba dari riil bisnis-nya.

Dari sini, kami menilai setiap perubahan 1 persen naik atau turunnya royalti akan mempengaruhi tingkat laba bersih BUMI sekitar 5,9 persen, AADI sekitar 3,39 persen, dan INDY sekitar 5,1 persen.

Penyebab Saham Nikel Bangkit, Begini Proyeksi Laba Sahamnya di 2025
Saham nikel terus menguat sepanjang pekan pertama di Maret 2025 ini, kira-kira sejauh mana saham sektor logam industri itu bisa melaju?

Saham yang Cenderung Kurang Diuntungkan dari Usulan Revisi Royalti

Meski begitu, ada juga saham batu bara dengan kontrak PKP2B yang berpotensi dirugikan, meski tipis. Berikut saham yang dirugikan dengan tingkat terendah ke tertinggi. 

Pertama, saham ITMG berpotensi mencatatkan penyesuaian laba bersih turun sekitar 3,33 persen jika usulan royalti baru diterapkan. 

Kedua, saham PTBA berpotensi mencatatkan penyesuaian laba bersih sekitar 5,39 persen dengan usulan royalti yang baru. 

Adapun, setiap penurunan dan kenaikan 1 persen tingkat royalti akan memberikan dampak sebesar 3,4 persen ke laba ITMG dan 5,5 persen ke laba bersih PTBA. 

Apakah Masih Ada Harapan untuk Saham Batu Bara?

Kami menemukan perspektif menarik dari dua penulis, yakni Will Wade (Editor des Energi di Bloomberg News) dan Stephen Stapczynski yang merupakan reporter desk energi Bloomberg di Singapura. 

Tulisan berjudul Coal's four-year lows hide a coming global Supply squeeze yang ditulis oleh Stephen bersama Wade. 

Dalam tulisan itu, penulis menjelaskan tentang nasib batu bara yang sempat dianggap kiamat. Sampai, CEO Glencore menyebutkan batu bara menjadi sebuah terms yang nasibnya tidak jelas. Namun, kini gambaran prospek batu bara malah kembali menerang.

Beberapa tesisnya antara lain:

Pertama, ada risiko pasokan batu bara menciut saat permintaan terus naik. Hal itu disebabkan oleh aksi bank mengurangi pinjaman untuk perusahaan batu bara. Hal itu diperkirakan membuat pertumbuhan penemuan atas hasil eksplorasi kapasitas batu bara semakin melambat. Pasalnya, penambang besar lebih memilih akuisisi tambang yang sudah berjalan ketimbang melakukan eksplorasi yang memakan waktu lama.

Sementara itu, permintaan batu bara dari China-India (tambahan dari kami: permintaan dari Vietnam dan Filipina) juga meningkat signifikan untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam negerinya.

Kedua, penurunan harga batu bara yang menggambarkan permintaan melandai bisa mengganggu pasokan batu bara. Hal itu bisa meningkatkan kelangkaan batu bara saat permintaan terus mengalami kenaikan. 

Ketiga, tren permintaan kenaikan. Bukan hanya datang dari permintaan listrik untuk konsumen rumah tangga, tapi juga untuk teknologi seperti cloud computing dan AI. Bahkan, Amerika Serikat dan Jepang memperpanjang usia pembangkit listrik yang sudah dijadwalkan akan dipensiunkan. Lalu, Jerman mempertahankan sejumlah pembangkit listrik batu bara yang tidak beroperasi karena pembangunan pembangkit listrik gas butuh waktu cukup lama, terutama setelah mereka menutup pembangkit listrik tenaga nuklir pada 2023. 

International Energi Agency (IEA) dalam laporannya pada Desember 2024 memperkirakan permintaan batu bara akan mulai naik 1 persen secara global hingga 2027.

Untuk itu, keputusan China untuk meningkatkan produksi batu bara saat ini disebut sebagai persiapan antisipasi agar tidak terjadi periode 2021 saat negara tersebut mengalami krisis energi. Sebuah momentum anomali ketika produksi dan pasokan batu bara sangat rendah, tiba-tiba permintaan batu bara meningkat seiring dengan pulihnya ekonomi. 

Kesimpulan

Sesuai dengan ekspektasi kami, akan ada satu momen booming batu bara lagi yang bisa terjadi di 2026-2027.Hal itu akan didorong oleh pemulihan ekonomi China serta kenaikan permintaan di negara industri debutan seperti Vietnam. Hal itu terlihat permintaan batu bara ke ASEAN cukup tinggi. Fakta menariknya, Jepang juga memperpanjang masa operasional PLTU-nya untuk kebutuhan industri dan perkembangan teknologi. 

Untuk itu, momen harga saham batu bara yang murah saat ini bisa dijadikan momentum beli secara bertahap. Pasalnya, ada beberapa tekanan lagi ke depannya, seperti tingkat dividen yang lebih rendah sesuai dengan normalisasi kinerja pasca booming batu bara akibat perang Rusia-Ukraina. 

Namun, booming batu bara kali ini tidak akan membawa harganya terbang sampai 400 dolar AS per ton, ekspektasi konservatif kami bisa dijaga di 150 - 180 dolar AS per ton. Paling optimistisnya bisa tembus 200 dolar AS per ton. Alasannya, China sudah memasok kebutuhan batu baranya dari sekarang sehingga risiko krisis energi seperti akhir 2021 tidak akan terulang. 

Lalu, saham batu bara apa yang menarik dilirik?

Kamu Bisa Langsung Konsultasikan dengan Join Mikirdividen

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini .

Untuk mengetahui tentang saham pertama, kamu bisa klik di sini.

Jika ingin langsung transaksi bisa klik di sini

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Beberapa benefit baru:

  • IPO Digest Premium
  • Saham Value dan Growth Bulanan yang Menarik
  • Update porto Founder Mikirduit per 3 bulan

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini