Solusi Keuangan untuk Sarumi Setelah Dapat Uang Rp6,4 miliar
Sarumi mendapatkan uang ganti rugi Rp6,4 miliar, tapi dirinya malah sedih. Bagaimana solusi yang paling tepat untuk Sarumi agar bisa tetap bahagia?
Mikir Duit – Sarumi, perempuan berusia 65 tahun, mendapatkan uang ganti rugi rumahnya seluas 920 meter persegi senilai Rp6,4 miliar. Namun, perempuan itu malah sedih karena tidak tahu harus pindah kemana. Menurutmu apa yang harus dilakukan oleh Sarumi?
Dalam beberapa postingan Instagram, banyak dengan mudahnya menyebutkan, "Ibu nggak pusing, tinggal masukkin saja uangnya ke surat berharga negara abis itu bisa hidup financial freedom deh" ujar salah satu akun yang rajin ngomongin saham.
Sebenarnya, rekomendasi itu tidak salah. Bayangkan, jika si ibu memasukkan seluruh dananya ke Sukuk Tabungan seri ST010 dengan tenor 4 tahun. Berarti, setiap bulannya Sarumi bisa mendapatkan penghasilan Rp30,72 juta per bulan bersih setelah pajak.
Dengan uang itu, si ibu bisa cicil rumah dengan ambil tenor pendek 5 tahun. Asumsi suku bunga fix tertinggi 12 persen per tahun, berarti Sarumi akan menyicil sekitar Rp11,12 juta per bulan.
Sisanya, dia bisa hidup santai di rumah sederhana di Yogyakarta. Indah kan? sayangkan pengelolaan keuangan tidak bisa di-template semudah itu. Kenapa?
BACA JUGA: Memahami SBN ritel Syariah untuk Investasi, Seberapa Menarik Ya?
Memahami Kebutuhan Sarumi
Sayangnya, orang yang paham pengelolaan uang itu bukanlah yang seberuntung Sarumi mendapatkan ganti rugi dengan nominal tersebut. Selain itu, kebutuhan Sarumi juga berbeda dengan kita. Begini penjelasannya:
Sarumi adalah perempuan yang punya bisnis produksi cobek batu, nisan batu, dan aneka kerajinan batu Merapi selama 25 tahun. Bayangkan, seperempat abad dia mengerjakan hal tersebut.
Artinya, Sarumi sudah menemukan strategi titik jual yang bagus dari posisi rumahnya tersebut.
Jika Sarumi pindah rumah, ada beberapa hal yang harus diperhatikannya:
Pertama, luas rumah harus kurang lebih sama untuk memudahkan produksi usahanya, yakni sekitar 900 meter persegi.
Kedua, lokasi rumah harus dekat dengan titik distribusi seperti yang dulu. Atau dia akan memulai dari nol lagi.
Ketiga, jika tidak melakukan aktivitas itu, Sarumi mungkin bingung harus ngapain lagi. Soalnya, selama 25 tahun terakhir ya aktivitas sehari-harinya adalah bisnis tersebut.
Jadi, sebenarnya ini bukan cuma bicara soal uang, melainkan kebiasaan yang sudah dilakukan bertahun-tahun. Jadi wajar, Sarumi akan sedih kehilangan rumah tersebut karena mata pencahariannya juga terancam.
Mata pencaharian di sini bukan sekadar untuk dapat uang, tapi untuk beraktivitas di masa tuanya dan berkomunikasi dengan ekosistem bisnisnya tersebut.
Bahkan, jika Sarumi menempatkan uang di SBN ritel seperti yang disarankan. Kemungkinan, dia akan kebingungan bagaimana cara pengelolaannya dan proses transaksinya. Toh, investasi belum tentu familiar untuk setiap orang lho.
Jadi, Apa yang Harus Dilakukan Sarumi?
Sebenarnya, Sarumi membutuhkan alternatif pilihan aktivitas selain membuat cobek, nisan, dan kerajinan batu lainnya jika tempat tinggalnya yang baru tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut. Di sini, Sarumi butuh bantuan dari kerabat dan anak-anaknya untuk memenuhi kebutuhan itu. Mungkin, Sarumi bisa diarahkan untuk beraktivitas membuat kerajinan tangan lainnya dengan bahan baku yang lebih mudah didapatkan.
Lalu, uang ganti rugi itu bisa mengikuti saran menempatkan dana di SBN ritel karena instrumen itu paling pas untuk mendapatkan pendapatan pasif yang aman dan konsisten. Untuk itu, Sarumi bisa minta tolong anaknya untuk menempatkan dananya di SBN ritel tersebut. Namun, anaknya juga harus jujur jangan gelap mata karena itu adalah uang milik ibunya.
Jika Sarimi telah menemukan aktivitas yang cocok dan danannya sudah dikelola, Sarimi cukup tinggal dengan anaknya. Sehingga, secara tidak langsung keuangan anaknya bisa terbantu oleh si-ibu. Namun, anaknya jangan ngelunjak juga dengan membebankan seluruh biaya rumah tangga ke-ibunya mentang-mentang lagi banyak uang.
Tugas utama Sarimi sekarang adalah mencari aktivitas dan teman sih, itu paling penting. Soalnya, selama 25 tahun terakhir kehidupan Sarimi ada di rumah yang telah digusur tersebut.