Strategi Investasi di Saham Big Bank Saat Ada Tekanan Jual

Saat saham big bank naik banyak yang memburu, tapi saat saham big bank turun dimaki-maki. Padahal, saat turun ini bisa memberikan potensi keuntungan yang menarik. Tapi gimana strategi investasinya?

Strategi Investasi di Saham Big Bank Saat Ada Tekanan Jual

Mikirduit – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah turun di hari ke-13, meski sempat dua kali mencatatkan kenaikan tipis. Banyak yang resah hold saham big bank-nya mengalami penurunan. Dalam kondisi begini, bagaimana strategi investasi agar bisa mengoptimalkan peluang?

Awalnya, kami ekspektasi aksi jual asing mulai mereda dengan potensi net sell asing di bawah Rp1 triliun pada 11 november 2024. Namun, melihat fluktuasi harga saham big bank yang lagi mengalami tekanan jual asing yang cukup besar, kami menilai di 11 November 2024, tekanan jual juga masih cukup tinggi. 

Dalam kondisi begini, ada beberapa investor yang sudah membeli saham big bank di harga yang dianggap murah, tapi ternyata mengalami floating loss. Lalu, ada juga yang baru mau masuk, tapi galau takut turun lagi. Jadi, apa yang harus dilakukan?

Jika Kamu Punya Saham Big Bank, Tapi Floating Loss dan Tergoda Untuk Averaging Down

Dalam posisi saat ini, kamu yang sudah hold saham big bank punya kegalauan antara cut loss dan masuk lagi di bawah atau kembali averaging down. Jadi, apa yang terbaik bisa dilakukan?

Cut Loss dengan Ekspektasi bisa Beli Lagi di Bawah

Pilihan ini bisa jadi opsi menarik, jadi meski kamu cut loss dan merealisasikan kerugian, harapannya kamu bisa beli lebih banyak lot saham jika harga saham turun lebih dalam. Nantinya jika harga saham naik, kamu bisa mendapatkan total keuntungan yang lebih besar dari kerugian tadi. (dalam kasus saham big bank, untuk saham sektor lainnya bisa berbeda cerita)

Kami melakukan simulasi dengan asumsi yang kami buat (belum tentu terjadi). Beberapa indikatornya ini:

  • Kamu beli saham BBRI dengan harga rata-rata di Rp5.000 per saham
  • Kamu mau jual di harga Rp4.440 per saham
  • Ekspektasi terburuk harga saham BBRI bisa turun ke Rp4.000
  • Ekspektasi teringan, harga saham BBRI cuma turun sampai Rp4.200
  • Kamu melakukan transaksi saham BBRI sekitar 100.000 lembar saham

Dengan indikator asumsi tadi, berarti saat ini kamu mengalami floating loss 11,2 persen atau sekitar Rp56 juta. 

Jika kamu cut loss, berarti total uang yang didapatkan sekitar Rp444 juta. Dengan modal itu, kamu masuk ke saham BBRI di harga terburuk dan penurunan paling ringan, yakni Rp4.000 dan Rp4.200. 

Jika kamu beli saham BBRI di harga Rp4.000 dan Rp4.200, kamu bisa mendapatkan jumlah lot sebanyak 105.000 lot hingga 111.000 lot. Jumlah lot ini lebih besar daripada jumlah lot sebelumnya. 

Dengan begitu, jika harga saham BBRI kembali ke Rp5.000, berarti total keuntunganmu menjadi sebesar 19,05 persen hingga 25 persen atau setara Rp84 juta hingga Rp111 juta. Dengan jumlah lot yang lebih banyak, berarti tingkat dividen yang diterima juga lebih besar. 

Bahkan, jika dihitung dari total modal saham yang dimiliki sejak awal Rp500 juta dan melakukan cut loss serta pembelian lagi di bawah, kamu mendapatkan keuntungan sebesar 5 persen - 11 persen. (sedangkan jika hold terus berarti keuntungan 0 persen meski ada kelebihan dari segi dividen)

Tapi, ada risikonya, jika setelah jual rugi, harga saham malah naik, berarti simulasi plan yang di atas tidak berjalan. 

Untuk manajemen risiko tersebut, bisa dipecah dengan 50 persen cut loss, sedangkan sisanya tetap di-HOLD. Jadi, misalnya dengan nilai aset sesuai harga pasar terbaru tersisa Rp444 juta, kamu lepas Rp222 juta. Posisi floating loss-mu tetap di 11,2 persen karena yang dipangkas adalah 50 persen dari nilai pasar bukan nilai aset saat pembelian (nilai pasar Rp444 juta, sedangkan nilai pembelian Rp500 juta)

Lalu, kita simulasikan beli saham BBRI di Rp4.200 (beli lebih rendah) dan Rp4.500 (beli di harga lebih tinggi).  Hasilnya, jika beli di harga Rp4.200, kamu bisa meningkatkan nilai aset lebih dari Rp250 juta (setengah dari modal yang dilepas) karena bisa beli lebih banyak lot, yakni sekitar 52.800 lembar. 

Lalu, jika beli di harga Rp4.500 per saham, kamu mengalami floating loss di 0,67 persen jika harga BBRI kembali ke Rp5.000 per saham.

Kesimpulan: 

  • Cut loss semua posisi untuk saham big bank dengan ekspektasi bisa beli di harga lebih rendah akan memberikan peluang keuntungan yang lebih besar (5-11 persen saat harga saham balik ke harga rata-rata yang dimiliki, tapi risiko rugi 1,33 persen jika beli di harga lebih tinggi dari posisi cut loss)
  • Jika melakukan manajemen risiko dengan cut loss sebagian, kamu bisa mendapatkan potensi keuntungan jika bisa beli di harga lebih rendah sebesar 2,85 persen, serta risiko kerugian jika beli di harga lebih tinggi sebesar 0,67 persen.
  • Cara ini hanya berlaku untuk saham big caps likuid dan fundamental bagus seperti, BBRI, BMRI, ASII, TLKM, UNTR, BBCA, dan BBNI, serta dengan alokasi modal terbanyak Rp5 miliar di satu saham. Di atas itu, bakal agak sulit menggunakan skema ini.
6 Aksi Korporasi yang Bisa Mempengaruhi Harga Saham, Begini Efeknya
Ada banyak aksi korporasi yang dilakukan oleh emiten, pertanyaannya, kira-kira apa efeknya ke harga saham? untuk tahu itu semua kamu bisa cek di sini ya.

Average Down Dengan Sisa Cash

Salah satu pilihan dari kegalauan karena floating loss adalah ingin melakukan averaging down dengan harapan harga saham rata-rata yang dimiliki bisa turun. Namun, apakah cara ini bisa menjadi pilihan paling cuan?

Kita coba simulasi dengan tambahan indikator memiliki cash tersisa Rp500 juta. Kami akan membuat dua skema, yakni average down sekali masuk atau 2-3 kali masuk. 

Pertama, untuk average down sekali masuk dengan simulasi saham BBRI tersebut. Dengan asumsi kita average down saham BBRI di harga Rp4.440 per saham dengan modal Rp500 juta. Berarti harga rata-rata yang dimiliki bakal turun menjadi Rp4.703 per saham. Dengan begitu, floating loss turun menjadi 5,6 persen. 

Jika kita membagi waktu masuk menjadi dua tahap, yakni di harga saat ini dan selanjutnya di harga Rp4.200. Berarti harga rata-rata yang dimiliki akan menjadi Rp4.798 per saham. Lalu, jika harga Rp4.200 juga terjemput, berarti harga rata-rata yang dimiliki bisa menjadi Rp4.633 per saham. Ketika harga saham BBRI kembali naik ke Rp5.000 per saham, posisi portofolio saham BBRI-mu menjadi floating profit 7,92 persen. 

Catatannya, strategi average down ini akan tergantung kita punya cash seberapa besar dari modal yang sudah masuk. Jika nilai cash yang digunakan untuk average down setara 100 persen dari total modal yang masuk, penurunan harga rata-rata akan cukup terasa. Namun jika di bawah 50 persen dari total dana yang masuk, penurunan harga rata-rata juga tidak terlalu optimal.

Lalu, JANGAN PERNAH MELAKUKAN AVERAGE DOWN TANPA BATAS. Soalnya, semakin banyak melakukan average down, berarti tingkat modal yang masuk ke saham itu semakin besar. Artinya, penurunan harga rata-rata sudah semakin berat. Jika ingin skema mengakumulasi modal (jumlah lot) menjadi lebih besar, bisa menggunakan strategi Dollar cost averaging dengan alokasi modal sama setiap bulan atau tahun tanpa memikirkan posisi harga. 

Jika Belum Punya dan Galau Beli atau Nggak

Jika tadi simulasi apabila sudah punya dan dalam posisi nyangkut, sekarang kita simulasikan jika belum punya barang di harga berapa masuknya dan bagaimana membuat plan-nya. 

Untuk poin ini, kami menggunakan satu cara saja (yang bisa berguna untuk saham yang harganya bergerak sesuai dengan perkembangan fundamental bukan karena digoreng), yakni beli bertahap yang dibatasi. 

Jadi, kami menyebutnya strategi ini adalah lump sum, tapi masuknya bertahap. Cara ini bisa digunakan untuk manajemen risiko bagi kamu modal kecil dan juga cara kamu modal besar masuk ke saham (terutama saham yang tingkat likuiditasnya tidak terlalu tinggi). 

Dalam strategi investasi saham Lump Sum bertahap, kamu harus membuat rencana berikut ini: 

  • Berapa modal yang mau dialokasikan di satu saham?
  • Rencananya mau value investing (beli saat asumsi murah dan jual saat mahal) atau mengejar dividen
  • Mau masuk berapa kali?
  • Skenario terburuk yang menandakan prospek saham itu tidak sesuai dengan perkiraan kita (tanda kapan harus keluar bahkan jika dalam posisi rugi sekalipun). 

Dari sini, kami membuat rencana seperti ini, yakni masuk dengan modal maksimal Rp500 juta. Tujuan mengejar capital gain alias value investing, beli saat murah dan jual saat mahal. Rencana masuk sebanyak 3 kali setiap ada penurunan harga ke bawah harga rata-rata terakhir. Skenario terburuk jika laba bersih emiten ini tidak tumbuh positif hingga semester II/2025. 

Jika menggunakan contoh saham BBRI, berarti kita bisa bagi masuk 3 kali dengan tahapan:

  • Masuk di harga berapapun untuk tahap I. Jumlah persentase modal masuk akan tergantung valuasi saham tersebut
  • Masuk di bawah harga rata-rata pembelian pertama
  • Masuk di bawah akumulasi harga rata-rata pembelian pertama dan kedua. 

Misalnya, dari saham BBRI, kita bisa masuk di Rp4.440 per saham dengan alokasi 50 persen modal atau Rp250 juta. Alasannya, harga saham BBRI saat ini sudah di bawah asumsi wajar paling konservatif di Rp4.800 per saham. Sehingga sangat bagus punya barang lebih banyak di harga saat ini. 

Nantinya, pembelian lebih lanjut jika BBRI turun ke Rp4.300 dan sisanya jika turun ke Rp4.000. Jika semua angka ini terjemput, harga rata-rata BBRI peganganmu sekitar Rp4.200 per saham. 

Strategi beli bertahap ini tidak memiliki risiko signifikan. Jika sebelum sampai pembelian tahap ketiga harga saham cenderung naik, kita bisa lupakan periode masuk ketiga. Dengan kenaikan itu justru kita bisa pantau kapan bisa keluar. 

Untuk itu, kamu harus tahu kenapa saham tersebut mengalami penurunan harga. Jilka penurunan harga disebabkan oleh faktor eksternal, kita bisa kejar. Tapi jika ada masalah internal, lebih baik wait and see dulu saja. 

Kesimpulan

Cara ini tidak akan menghindarimu dari risiko floating loss jangka pendek, tapi cara ini diharapkan bisa membantumu untuk manajemen risiko agar bisa mendapatkan posisi harga rata-rata terbaik. 

Untuk itu, kita juga harus analisis prospek bisnis dan fundamental emiten tersebut agar bisa yakin apakah layak dikejar dan mulai masuk atau tidak.

Selain itu, jika kamu punya toleransi periode waktu hold yang cukup panjang dan tidak terlalu buru-buru menggunakan uangnya, serta hold sahamnya antara lain seperti, big bank, ASII, dan TLKM, kamu juga bisa pilih opsi HOLD dalam jangka panjang dan menikmati dividennya.

Kalau kamu lagi galau di saham apa nih?

Yuk Join Grup Mikirdividen untuk Dapat Pilihan Saham Investasi Jangka Panjang Serta Diskusi dan Update Saham Eksklusif Bersama Ratusan Investor Saham Lainnya

Jika kamu ingin tahu atau mau langsung gabung ke Mikirdividen, kamu bisa klik di sini . Ada promo spesial diskon langsung Rp200.000 untuk langganan setahun! CUMA SAMPAI 31 Desember 2024 dan Kuota terbatas!

Langganan Sekarang dan dapatkan Fix Rate perpanjangan seperti harga pembelian pertama selama dua tahun ke depan.

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini

Referensi