Strategi Analisis Saham Dividen, Tentukan Sell atau Hold
Salah satu hal yang membosankan dari metode investasi saham dividen adalah memantau kinerja keuangan saham tersebut. Untuk menentukan apakah layak hold atau mending sell. Cek penjelasannya di sini.
Mikirduit – Strategi analisis saham dividen untuk pemula diperlukan untuk memantau apakah kita harus jual atau tetap hold saham itu dalam jangka panjang. Bisa dibilang ini adalah bagian dari pemantauan saham dividen yang sudah kita hold. Sehingga investasi saham dividen yang dilakukan bisa tetap menguntungkan secara berkelanjutan.
Setelah mengetahui saham-saham yang rutin membagikan dividen, bagaimana strategi investasi saham dividen? dalam hal ini strategi menentukan kapan waktu beli dan jual saham-saham dividen tersebut agar tidak merugi.
Untuk kamu yang mau tahu cara pilih saham dividen, bisa membaca beberapa artikel ini dulu secara bertahap agar kita memiliki persepsi yang sama.
- Mengenal Dividen dan Pendapatan Pasif
- 5 Cara Mendapatakan Pendapatan Pasif dari Dividen Secara Rutin
- 5 Cara Memilih Saham Dividen yang Menguntungkan Jangka Panjang
- Strategi Investasi Saham Dividen yang Aman Hingga Pensiun
Selanjutnya, kita akan membahas strategi analisis saham dividen untuk pemula. Dalam tulisan kali ini, kami ingin menyampaikan strategi evaluasi emiten berdasarkan kinerja keuangannya.
Strategi Analisis Saham Dividen
Strategi analisis saham dividen untuk pemula ini adalah bagian yang paling membosankan dalam investasi saham dividen. Soalnya, kita sudah beli sahamnya dan tinggal nunggu saja pembagian dividen. Namun, di sela-sela menunggu pembagian dividen, kita juga perlu pantau perkembangan kinerja keuangan untuk estimasi apakah saham ini masih layak di-hold untuk dapat dividen atau tidak.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari fundamental keuangan perseroan seperti:
- Update pertumbuhan pendapatan dan laba kotor: tujuannya untuk mengetahui perkembangan bisnis utama emiten tersebut. Jika pendapatan dan laba kotornya tumbuh konsisten, berarti baik-baik saja. Namun, jika pendapatan naik, tapi laba kotor turun, artinya ada operasional bisnis yang tidak efisien. Itu perlu dicek, apakah ada kenaikan harga bahan baku? kalau cuma masalah itu ya tidak ada hal yang signifikan juga. Lalu, jika pendapatan turun, tapi laba kotor naik, artinya ada efisiensi di beban pokok pendapatan, dan perlu dicari kenapa pendapatan turun. Apakah karena produknya kalah saing dari kompetitor atau permintaan pasar yang memang melemah. Untuk mengetahui penurunan kinerja di emiten itu normal atau tidak, perlu melihat laporan keuangan emiten kompetitornya yang punya bisnis serupa. Jika polanya sama, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kecuali kalau ada biaya dari regulasi pemerintah seperti cukai rokok ya.
- Update pertumbuhan laba bersih: lihat apakah laba bersihnya tumbuh konsisten atau tidak. Lalu, apakah ada komponen non operasional yang mendorong pertumbuhan laba bersih seperti, bagian laba bersih dari perusahaan patungan atau asosiasi, keuntungan selisih kurs, menang gugatan, ada kredit macet yang mulai dibayarkan lagi hingga keuntungan investasi yang belum direalisasikan. Lalu, jika laba bersih turun, padahal laba kotornya naik, bisa dicek apakah penyebabnya ada di beban keuangan terkait cicilan utang emiten, kerugian selisih kurs, kerugian investasi hingga bagian rugi dari entitas asosiasi dan patungan, dan sebagainya. Dengan mengetahui itu semua, jika ada perubahan mendadak di laba bersihnya, kita bisa mengetahui dan lebih tenang karena bisa menilai apakah efeknya bisa parah ke kinerja keuangan atau nggak. Misalnya, jika kinerja laba bersih turun karena investasi turun ya nggak perlu khawatir, begitu juga masalah rugi selisih kurs. Hal yang perlu dikhawatirkan adalah ketika laba bersih turun karena biaya utang naik, sehingga kita perlu cek bagaimana dengan tingkat risiko utangnya tersebut.
- Update Kondisi Kas Operasional: kas operasional menggambarkan apakah bisnis perusahaan itu benar-benar menghasilkan uang atau cuma angka-angka laba bersih saja. Jika kas operasional positif, berarti bisnisnya benar-benar menghasilkan uang, tapi jika perusahaan mencatatkan laba bersih, tapi kas operasionalnya negatif, berarti bisnisnya kurang mampu menghasilkan uang. Rata-rata, saham yang bagi dividen punya kas operasional positif. Namun, kita wajib pantau perkembangan kas operasional ini, jangan sampai tiba-tiba jadi negatif yang menjadi pertanda buruk untuk prospek pembagian dividen ke depannya.
- Update kondisi utang: untuk update kondisi utang ini bisa setahun sekali saja. Kita bisa lihat bagaimana utang berbunga yang berasal dari bank, obligasi, surat utang jangka menengah, dan lainnya. Apakah ada kenaikan atau penurunan. Terpenting melihat di bagian liabilitas jangka pendek, di mana itu adalah kewajiban yang harus diselesaikan dalam kurang dari satu tahun. Dalam liabilitas jangka pendek ada beberapa bagian penting yang dilihat seperti, utang bank jangka pendek, utang bank jangka panjang yang harus dilunasi dalam tempo 1 tahun, obligasi jangka panjang yang jatuh tempo dalam kurang dari 1 tahun, dan surat utang jangka menengah yang jatuh tempo dalam kurang dari 1 tahun. Utang jangka pendek itu berisiko menganggu bisnis perusahaan jika arus kas sedang tidak bagus dan bisnis sedang kurang baik. Hal itu banyak terjadi di beberapa perusahaan saat pandemi Covid-19 kemarin.
Setelah memantau perkembangan laporan keuangan emiten setiap kuartal. Kita juga perlu melihat perkembangan pembagian dividen. Beberapa yang perlu diperhatikan antara lain:
- Memantau perkembangan dividen per saham dan bandingkan dengan perkembangan laba bersihnya. Jika laba bersih naik dan dividen per saham naik berarti semuanya berjalan seperti semestinya. Jika laba bersih turun dan dividen per saham naik, berarti tingkat dividen payout ratio-nya dinaikan meski laba sedang turun. Ini perlu ditanyakan ke investor relation atau mengecek pemberitaan, ada apa dengan bisnis perusahaan hingga berani bagi porsi dividen lebih besar saat laba turun? dalam beberapa kasus karena industri sedang kurang bagus jadi porsi dividen dinaikkan untuk memberikan value ke pemegang saham. Meski, ada beberapa kasus pemegang saham pengendali yang ingin dapat dividen besar ketika bisnis sedang kurang bagus. Bahkan, hingga menggunakan saldo laba ditahan. Lalu, jika laba bersih naik tapi dividen per saham turun, ini perlu cari tahu, apakah perusahaan punya rencana ekspansi bisnis baru hingga membutuhkan modal tambahan dari bagian laba bersih tahunan?
- Memantau tingkat dividen yield dengan harga saham setelah pengumuman dividen, cum-dividen, dan ex-dividen. Untuk secara historis, kita bisa bandingkan dividen yield saat periode ex-dividen yang hack cara cari tahunya bisa baca di artikel 5 Cara Mendapatakan Pendapatan Pasif dari Dividen Secara Rutin . Perkembangan dividen yield kita pantau untuk mengetahui, kenaikan dividen yield disebabkan kenaikan dividen per saham atau penurunan harga saham. Jika disebabkan penurunan harga saham yang signifikan dan konsisten, kita wajib cari tahu di pemberitaan dan kinerja keuangannya, apakah ada masalah dengan fundamental perseroan, seperti harga sudah kemahalan dan risiko bisnis yang bikin kinerja keuangan terganggu.
Studi Kasus Memantau Perkembangan Saham Dividen Sektor Rokok
Saham sektor rokok menjadi salah satu studi kasus paling menarik terkait kapan waktunya keluar dari saham dividen. Dalam kasus ini, kita ambil contoh PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP).
Jika dilihat secara historis, pertumbuhan kinerja keuangan HMSP masih positif hingga 2018. Namun, setelah itu jeblok. Kira-kira, jika kita menjadi investor HMSP 1 lot sejak 28 Agustus 2013 di harga Rp61.300 per saham dengan modal Rp6,13 juta. Periode 28 Agustus 2013 diambil karena salah satu posisi terendah sebelum memasuki periode kelam.
Lalu, kapan kita harus keluar HMSP dengan simulasi tersebut?
Jika kita sudah bisa melihat masa depan. Waktu terbaik menjual adalah pada 23 Januari 2018 ketika harga saham HMSP tembus Rp5.502 per saham setelah stock split pada pertengahan 2016 1:25. Dengan begitu, dari modal 1 lot pada 2013, kini nilai asetmu sudah tumbuh 124 persen ditambah bonus dividen Rp1,11 juta. Menarik kan bisa bagger? tapi itu jika kita bisa melihat masa depan.
Namun kan faktanya kita nggak bisa melihat masa depan. Untuk itu, kapan waktu keluar terbaik adalah dengan melihat tanda-tanda berikut ini:
Pertama, HMSP mulai membagikan cuma dividen final sejak 2016. Padahal, sebelumnya, HMSP rutin bagi dividen interim dan final. Bahkan, dalam setahun bisa 3-4 kali bagi dividen.
Kedua, HMSP tebar dividen sangat banyak pada 2015. Waktu itu, HMSP bagikan dividen final dari laba bersih 2014 senilai Rp975 per saham. Lalu, HMSP juga bagikan dividen Rp1.033 per saham dari saldo laba ditahan sejak 1999 sampai 2014. Terakhir, HMSP juga bagikan dividen Rp787 per saham dari saldo laba hingga 2014. Menurut kami, ini sudah tanda-tanda keanehan yang tidak ditemukan apa alasannya. Namun, sebagai investor pasti seneng-seneng aja dong dapat dividen banyak, meski dividennya dari saldo laba ditahan yang sudah disimpan dari lama.
Di sisi lain, kita akan dibutakan dengan kinerja keuangan HMSP yang masih oke hingga full year 2018. Namun, kita sudah bisa mulai melihat gejala kinerja emiten HMSP sejak semester II/2019. Pendapatan dan laba bersih perseroan secara kuartalan pada kuartal ketiga dan keempat 2019 mulai turun. Meski, hasil setahun penuh di 2019, laba bersih tetap naik. Namun, kenaikan laba bersih itu ditopang dari penurunan beban pokok penjualan.
Jika kita jeli melihat kinerja kuartalan yang sudah melemah serta banyak isu PHK HMSP dan risiko kenaikan cukai. Berarti, waktu keluar secara normal [bukan melihat masa depan] adalah pada Oktober atau November 2019 ketika rilis laporan keuangan kuartal III/2019.
Dengan asumsi laporan keuangan kuartal III/2023 rilis pada Oktober-November, berarti waktu keluarnya kita asumsikan di 3 Desember 2019. Dari situ, investasi sejak 2013 di saham HMSP masih tumbuh 11,96 persen jika dihitung termasuk dividennya. Jika hanya aset saham HMSP sudah turun 15 persen.
Sebenarnya, ada satu cara alternatif untuk mendeteksinya, yakni melihat pergerakan saham dan tingkat dividen yield-nya. Jika dilihat, dividen per saham pada 2017 dan 2018 itu hampir sama, yakni Rp107 per saham. Namun, yieldnya lebih tinggi pada 2018. Berarti, harga sahamnya mengalami penurunan drastis. Kalau dilihat dari Januari-Mei 2018 [saat pembagian dividen 2018], harga saham HMSP memang turun 41 persen. Padahal, secara kasat mata penjualan dan laba bersihnya HMSP masih bertumbuh, meski di kuartal I/2018 sempat turun dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya.
Kalau kamu sudah yakin HMSP ini bisnisnya sudah sunset, berarti keluar pada 30 Mei 2018 atau setelah pembagian dividen pada 2018 di harga Rp3.854 per saham menjadi opsi terbaik. Dengan begitu, aset masih bertumbuh 57 persen dengan pendapatan dividen Rp1,3 juta sejak 2013.
Kesimpulan
Dari strategi analisis saham dividen untuk pemula ini, ada beberapa hal yang bisa jadi acuan:
- Pantau perkembangan kinerja keuangan secara kuartalan dan year on year untuk melihat tanda-tanda anomali dari kinerja keuangannya.
- Perhatikan perkembangan dividen yield dibandingkan dengan laba bersih untuk mengetahui tanda-tanda dividen per saham tetap tapi harga sahamnya turun. Jangan sampai kena jebakan manis dividen yield tinggi padahal laba dan dividen per sahamnya turun.
Dari situ, kita bisa memantapkan hati apakah saatnya keluar dari saham dividen sekarang atau tetap bertahan. Dengan begitu, kita bisa menakar keuntungan yang bisa diperoleh.
Mau dapat guideline saham dividen 2024?
Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini