Strategi Investasi Saham Saat Market Bearish, Mau Coba?

Salah satu strategi investasi yang populer adalah contrarian, yakni aksi investasi yang melawan kondisi pasar. Para investor saham dengan strategi ini biasanya borong saham saat market bearish. Bisa cuan berapa banyak ya?

Strategi Investasi Saham Saat Market Bearish, Mau Coba?

Mikirduit – Apa yang sebaiknya dilakukan saat market bearish? jika kamu seorang investor contrarian, market bearish menjadi momen untuk akumulasi saham untuk mendapatkan keuntungan optimal. Namun, banyak investor ritel sudah melakukan hal ini tapi malah mengalami floating loss. Apa yang sebenarnya salah dengan strategi investasi beli saat murah di kala market bearish? 

Sebelum itu, kami akan ulas perbedaan kondisi market bearish dengan market crash. Market bearish adalah kondisi pasar dengan likuiditas yang sedikit sehingga harga saham cenderung turun ketimbang naik. Hal itu terjadi akibat posisi suku bunga tinggi yang menekan laju ekonomi sehingga investor mengamankan modal ke aset yang dianggap lebih aman ketimbang saham yang memiliki underlying asset bisnis perusahaan. Penurunan saham saat market bearish itu bertahap dan cenderung sideways sehingga tanpa terasa tiba-tiba floating loss meningkat. 

Sementara itu, market crash adalah kondisi pasar yang turun secara drastis dalam waktu singkat. Biasanya terjadi dalam sepekan hingga sebulan dengan intensitas penurunan yang tinggi. Market crash disebabkan adanya anomali dengan kondisi ekonomi, seperti saat krisis 1997, bubble dotcom 2000, krisis subprime mortgage 2008, pandemi Covid-19 pada 2020. Meski, ada beberapa market crash yang terjadi karena harga saham sudah terlalu bullish dan mengalami penurunan signifikan tanpa diketahui penyebabnya seperti market crash pada 1989. 

Nah, kondisi market bearish seperti saat ini menjadi momentum para investor dengan strategi contrarian untuk mengakumulasi saham yang sudah murah. Lalu, bagaimana strategi investasi contrarian ini bekerja, serta bagaimana peluang dan risikonya?

Memahami Strategi Investasi Contrarian

Ingat kutipan Warren Buffett, takutlah ketika orang serakah, dan serakahlah ketika orang takut. Kutipan itu menggambarkan strategi investasi contrarian, strategi investasi yang berlawanan dengan trend following. 

Secara definisi, strategi investasi contrarian adalah strategi investasi yang dilakukan dengan melawan tren pasar yang ada. Jadi, investor dengan strategi ini akan membeli saat investor lain jual, dan juga sebaliknya. 

Para investor contrarian percaya kalau banyak yang bilang pasar saham lagi bullish, berarti pasar sudah berada di titik puncaknya. Dalam kondisi market bullish, para contrarian menilai saatnya melakukan penjualan sebelum daya beli investor lain di harga yang lebih tinggi mulai turun. 

Sehingga, saat banyak pihak memperkirakan market mulai turun, para contrarian sudah mulai menjual saham dengan posisi untung.

Sebaliknya, saat pasar lagi bearish dan penuh ketakutan. Contrarian akan masuk ke aset berkualitas dengan harga murah. Sampai akhirnya harga mulai naik dan masuk fase bullish, dan mereka kembali menjualnya untuk mengulangi siklus tersebut. 

Menurut David Dreman, Investor Contrarian dan Penulis Contrarian Investment Strategies: The Next generation, investor sering bereaksi berlebihan terhadap perkembangan berita dan melebih-lebihkan harga saham yang booming serta meremehkan saham fundamental bagus yang membuat harganya tertekan. Sehingga ketika saham berfundamental turun, investor contrarian akan menyeroknya untuk ambil di harga rendah.

Perbedaan Contrarian dengan Value Investing, serta Risikonya

Sekilas strategi investor contrarian ini mirip dengan value investing, yakni mencari saham yang bagus, tapi harganya tetap murah. Keduanya memang fokus di fundamental dan valuasi yang murah, tapi ada perbedaan signifikan keduanya, yakni terkait keputusan membeli berdasarkan sentimen pasar. 

Seorang value investing hanya membeli saham yang murah tanpa memikirkan apakah kondisi market lagi euforia atau fear. Di sisi lain, seorang contrarian akan fokus mencari saham murah saat market bearish dan jual saat market bullish. 

Meski terlihat logis dan bisa memberikan keuntungan, tapi strategi investasi contrarian memiliki risiko. 

Pertama, risiko dari strategi investasi contrarian ini antara lain, jika menjual saham terlalu cepat bisa kehilangan potensi keuntungan besar di masa depan. 

Jadi, seorang contrarian akan menjual sahamnya ketika pasar saham mulai diselimuti euforia market bullish. Namun, para contrarian akan kehilangan peluang cuan lebih besar jika ternyata market bullish terus berlanjut sesuai dengan ekspektasi pasar. 

Untuk risiko ini, kami menilai para contrarian tidak rugi sih, hanya saja kehilangan peluang untuk cuan. 

Kedua, risiko menunggu peluang untung lebih lama saat market bearish. Jadi, saat market bearish, contrarian akan mulai beli saham fundamental bagus yang lagi murah. Namun, bukan berarti setelah beli, market langsung bullish. Jika ternyata market bearish berlangsung lebih lama, ada risiko mereka mengalami floating loss lebih lama hingga pergantian siklus kembali ke bullish. 

Jadi, seorang investor contrarian bisa mengalami periode kinerja investasinya buruk karena membeli saat market bearish berkepanjangan. Sehingga, para investor contrarian juga butuh waktu untuk meraih keuntungan. 

Selain itu, investor contrarian tidak hanya asal beli saham saat market bearish, tapi mereka akan pilih saham dengan fundamental terbaik sesuai dengan metriks yang digunakan. Serta, membeli saat saham itu berada di bawah harga wajar. Ingat, saat market bearish bukan berarti seluruh saham berada di bawah harga wajar, jadi butuh ketelitian juga bagi seorang contrarian.

Risiko Terbesar Investasi Saham Dividen
Setiap strategi investasi atau trading pasti memiliki risikonya masing-masing, termasuk investasi saham dividen. Lalu, apa saja risikonya? simak ulasan lengkapnya di sini

Contoh Investor Contrarian

Strategi investasi contrarian ini cukup populer dilakukan beberapa investor besar dunia, seperti Warren Buffett, Ray Dalio, Sir John Templeton, Bill Ackman, serta Michael Burry. 

Dua contoh aksi contrarian dilakukan oleh Warren Buffett dan Michael Burry dengan instrumen yang berbeda. 

Buffett secara gamblang merekomendasikan untuk beli saham saat puncak krisis finansial Amerika Serikat pada 2008, kala itu beberapa lembaga keuangan tengah mengajukan pailit. Bahkan, Buffett juga melakukan pembelian saham yang sudah murah seperti Goldman Sach. Hasilnya, dalam 10 tahun 2008-2018, keuntungan investasi Buffett di Goldman Sach sudah naik 239 persen. 

Lalu, cerita selanjutnya Michel Burry, sosok paling terkenal saat terjadi krisis 2008. Jika Buffett cuan dari beli saham, Burry bisa cuan karena membeli kredit default swap (CDS) subprime mortgage (KPR ke segmen dengan pendapatan tidak tetap). 

Kala itu, Burry borong CDS Subprime Mortgage yang lagi booming. Pasalnya, lembaga keuangan dan investor di Amerika Serikat saat itu menilai Subprime Mortgage sebagai produk terbaik, sehingga banyak yang borong obligasi Subprime Mortgage. Alasannya, jika debitur tidak bisa bayar, lembaga keuangan bisa sita aset rumahnya. Sayangnya, ketika suku bunga naik, menjual aset properti tidak mudah sehingga terjadi missmatch likuiditas yang bikin krisis finansial di AS pada 2007-2008. 

Di sini, Burry mendapatkan keuntungan karena memegang CDS, sebuah asuransi untuk antisipasi potensi gagal bayar. Jadi skemanya tukar risiko dengan investor pemegang obligasinya. Jika ada obligasi yang mengalami gagal bayar, berarti pemilik CDS yang mencatatkan keuntungan. 

Kesimpulan

Sepanjang 2024, kondisi market bearish makin berasa, dan kami menilai sudah mendekati puncaknya, dalam artian bukan besok langsung bullish, melainkan paling lama 2025 bisa bangkit. 

Di sisi lain, sudah cukup banyak investor ritel di Indonesia bertindak sebagai contrarian dengan beli saham bluechip di harga murah, tapi banyak yang frustasi karena harganya malah terus turun. Sampai, ada yang kehabisan modal karena setiap turun di averaging down terus. Jadi, apakah strategi ini tidak berfungsi di Indonesia?

Sebenarnya, hal itu wajar terjadi dan menjadi risiko seorang contrarian. Jadi, jika kamu mau menggunakan strategi ini saat market bearish, bisa lump sum sekali beli dan tinggal tutup mata hingga market kembali bullish nanti. Syaratnya, kamu benar-benar beli saham bluechip yang fundamentalnya bagus, prospek bisnis oke, dan valuasinya sudah murah ya. 

Selain lump sum, kamu juga bisa cicil 3-6 kali sehingga bisa mendapatka beberapa harga murah. Lalu, setelah itu tutup mata hingga market kembali bullish. Soalnya, kalau nggak tutup mata, kamu sendiri bakal pusing liat floating loss. Hal itu wajar dialami oleh contrarian, para investor yang melawan arah siklus saham.

Telah Dirilis Ulasan 31 Saham Dividen Paling Oke untuk Jangka Panjang Periode 2024

Yuk join Mikirdividen sekarang juga, kamu akan mendapatkan semua benefit di bawah ini:

  • Update review laporan keuangan saham dividen fundamental bagus hingga full year 2024 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
  • Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
  • Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
  • Publikasi eksklusif bulanan untuk update saham mikirdividen dan kondisi market
  • Event online bulanan

Tertarik? langsung saja beli Zinebook #Mikirdividen dengan klik di sini

Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini