Terkuak Alasan Saham BREN Meroket, Masih Berani Masuk?
Kenapa saham BREN terus melejit? kamu bertanya-tanya terkait hal tersebut? kami sudah menemukan jawaban dan prediksi kapan saham BREN akan turun. Cek di sini ya
Mikirduit – Kamu penasaran kenapa saham PT Barito Renewable Energy Tbk. atau BREN terus naik tanpa henti sampai mau mengusik BBCA di kursi saham terbesar di Indonesia? lalu kenapa bisa free float BREN menjadi 11 persen, apakah pengendalinya jualan? kita akan membahas semuanya di sini.
Saat ini, free float saham BREN sekitar 11 persen. Menurut BEI, jumlah itu lebih besar dari listing pertama kali karena ada pemegang saham sebelumnya yang diklasifikasikan sebagai free float. Sehingga ditotal sekitar 11 persen.
Hal serupa juga pernah terjadi di saham GOTO. Saat IPO, perseroan hanya melepas 3,43 persen saham ke publik. Namun, setelah listing, ada beberapa pemegang saham di bawah 5 persen yang bisa diklasifikasikan sebagai free float. Sehingga, total free float GOTO menjadi 70 persen.
Lalu, siapa saja yang memegang free float saham BREN?
Jika melihat data komposisi pemegang saham BREN per 31 Oktober 2023. Mayoritas saham BREN sebesar 65 persen dipegang oleh perseroan terbatas dengan total 63 pihak. Lalu, badan usaha asing memegang 34 persen saham BREN dengan total ada 20 pihak.
Sementara sisanya, koperasi, dana pensiun, asuransi, reksa dana dan perorangan Indonesia serta asing hanya pegang sekitar 1 persen.
Dengan kata lain, perorangan Indonesia dan asing yang pegang saham BREN itu adalah pembeli sejak IPO atau masuk setelah IPO. Sisanya, dari pihak perseroan terbatas dan badan usaha asing itu bisa jadi adalah orang-orang terafiliasi pengendali juga. Hal itu pula yang membuat saham BREN mudah didorong naik ke atas.
Di sini, kita bisa menyebutkan, dari 11 persen free float saham BREN, hanya ada 1 persen yang murni bergerak di pasar. Bahkan, dari 3 persen lembar saham yang dilepas saat IPO, hanya 1 persen yang didapatkan oleh publik. Sisanya sudah ada yang menampung di bagian perseroan terbatas hingga badan usaha asing. Hal itu yang membuat saham BREN sangat oversubscribed saat IPO.
Kalau begitu, mungkinkah BREN menjadi nomor 1 di BEI? ya mungkin saja jika para pemegang dari perseroan terbatas dan badan usaha asing bahu membahu menggerakkan harga saham ini ke atas.
Sementara itu, sekitar 8 persen saham free float BREN yang tercatat saat ini berasal dari Jupiter Tiger dan Prime Hill Fund. Jupiter Tiger disebut mencatatkan penurunan porsi saham menjadi 4,36 persen, sedangkan Prime Hill Fund juga turun menjadi 4,36 persen.
Adapun, dengan kepemilikan di bawah 5 persen dan dianggap free float, pemegang saham eksisting minoritas itu bisa saja keluar kapanpun. Adapun, periode lock up saham delapan bulan setelah IPO hanya berlaku untuk Green Era Energy. Saat periode lock up, Green Era Energy dilarang melakukan gadai saham hingga periode itu usai.
BREN dari Kaca Mata Fundamental
Jika dilihat dari segi fundamental, harga saham BREN ini sudah di luar nalar. Pasalnya, dengan pertumbuhan bisnis yang biasa-biasa saja, valuasi saham ini dengan price to book value maupun price to earning ratio mencapai ratusan kali.
Pertumbuhan biasa-biasa saja dengan melihat kenaikan pendapatan sebesar 5 persen dan laba bersih tumbuh 12 persen.
Bahkan, dengan kondisi bisnis yang biasa-biasa saja, tingkat rasio utang berbunga dibandingkan dengan ekuitas pengendalinya sangat tinggi, yakni tembus 8 kali.
Untuk itu, sangat tidak worth it jika masuk ke saham BREN saat ini. Tingkat risikonya sangat tinggi.
Malah lebih menarik kompetitornya PGEO yang harga sahamnya lagi normalisasi setelah sempat naik akibat story bursa karbon.
Kinerja keuanga kuartal III/2023 PGEO tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan BREN. Dari segi pendapatan tumbuh 7,49 persen dan laba bersih tumbuh 19 persen.
Hanya satu kelebihan BREN, yakni memiliki cashflow lebih tebal dibandingkan dengan PGEO. BREN mencatatkan free cashflow sekitar Rp3,09 triliun pada 9 bulan tahun ini, sedangkan PGEO hanya punya free cashflow Rp2,35 triliun.
Dengan cashflow tebal, kondisi BREN dalam jangka pendek cenderung aman. Soalnya, total utang jangka pendek hanya Rp750 miliar yang bisa diselesaikan dengan free cashflow Rp2,35 triliun tersebut.
Kesimpulan
Kami mengakui BREN ini bukan saham yang jelek, meski utang tinggi tapi dengan free cashflow yang tebal sebenarnya kondisi saham ini cukup aman. Masalahnya, dengan kondisi saat ini, serta harga yang sudah terlalu tinggi, masuk ke saham BREN saat ini sangat berisiko.
Jika ingin menambah portofolio saham di sektor panas bumi bisa menggarap saham PGEO atau yang lebih terdiversifikasi seperti UNTR yang sebagian portofolio bisnisnya ada aset panas bumi.
Kenapa saham BREN terus naik? karena mayoritas saham BREN dipegang oleh sedikit pihak. Adapun, masyarakat dan fund manager hanya pegang 1 persen dari total saham BREN beredar. Sehingga untuk mendorong harga saham ini naik sangat mudah.
Kira-kira, setelah harga saham BREN naik tinggi, apakah ada potensi pengendalinya, terutama Green Era yang kena lock up 8 bulan mulai menggadaikan sahamnya untuk menyelesaikan utang yang cukup besar dengan biaya murah? jika iya, ada potensi di semester II/2023 harga saham BREN akan mulai koreksi.
Mau dapat guideline saham dividen 2024?
Pas banget, Mikirduit baru saja meluncurkan Zinebook #Mikirdividen yang berisi review 20 saham dividen yang cocok untuk investasi jangka panjang lama banget.
Kalau kamu beli #Mikirdividen edisi pertama ini, kamu bisa mendapatkan:
- Update review laporan keuangan hingga full year 2023 dalam bentuk rilis Mikirdividen edisi per kuartalan
- Perencanaan investasi untuk masuk ke saham dividen
- Grup Whatsapp support untuk tanya jawab materi Mikirdividen
- Siap mendapatkan dividen sebelum diumumkan (kami sudah buatkan estimasinya)
Yuk langsung join Mikirdividen DISKON LANGSUNG Rp100.000 klik di sini ya
Jangan lupa follow kami di Googlenews dan kamu bisa baca di sini