Thread, Pernah Mati Suri, Akankah Kali Ini Bisa Sukses?
Thread menjadi salah satu obrolan hangat di kalangan masyarakat saat ini. Namun, apakah produk tiruan Zuckeberg ini bisa bertahan lama?
Mikir Duit – Meta Group yang menaungi Facebook, Whatsapp, dan Instagram membuat kehebohan pekan ini setelah merilis produk bernama Thread. Pasalnya, produk itu 100 persen mirip dengan Twitter, bedanya tidak ada hashtags dan trending topic saja. Apakah aplikasi ini akan bertahan lama?
Awalnya, kami menilai aplikasi besutan Grup Facebook yang meng-copy produk orang lain hampir pasti sukses seperti Snapchat menjadi Snapgram (atau Instastories) hingga TikTok menjadi Reels. Namun, ada fakta menarik, aksi meng-copy bisnis orang lain ala Mark Zuckeberg ini punya peluang gagal yang besar.
Daftar Isi Konten
- Deretan Kegagalan Meta Melakukan Peniruan
- Jejak Thread yang Dibangkitkan dari Mati Suri
- Jadi, Apakah Thread Akan Sukses?
- Kesimpulan
Deretan Kegagalan Meta Melakukan Peniruan
Mungkin kita kurang menyadari kalau Mark Zuckeberg sempat meng-copy bisnis lainnya seperti Clubhouse dan Substacks. Namun, nyatanya kedua bisnis yang di-copy Zuckeberg itu gagal total.
Sebelum bahas tentang Zuckeberg lebih lanjut, ada sebuah kutipan dari novelis terkenal Oscar Wilde. Dalam bukunya, Oscar Wilde menyebutkan kalau peniruan adalah bentuk sanjungan paling tulus.
Menariknya, buku Oscar Wilde itu menjadi salah satu daftar bacaan Mark Zuckeberg pada 2015.
Zuckeberg memang telah mencoba berkali-kali meluncurkan platform tiruan di Facebook Grup, hasilnya dia gagal total.
Salah satunya, Zuckeberg mencoba untuk bersaing dengan Substack, sebuah platform newsletter yang cukup banyak digunakan para creator, penulis, dan bisnis.
Ternyata, Meta Group sempat membuat Meta Bulletin pada musim panas 2021. Meta Bulletin dibuat untuk menangkap pasar newsletter yang dipimpin Substack hingga mengumpulkan modal awal 65 juta dolar AS. Termasuk, beberapa perusahaan lainnya yang membuat bisnis serupa seperti Pico dan Ghost. Termasuk, Twitter yang mengakuisisi Revue untuk platform bulletinnya.
Namun, booming Bulleting pada 2021-2022 mulai mendingin. Substack dilaporkan telah mengurangi 14 persen pegawainya pada Juni 2022. Padahal, Meta Bulletin sudah menandatangani kontrak besar dengan para content creator.
Beberapa orang yang sudah direkrut Meta saat itu antara lain Jurnalis terkenal Malcolm Gladwell dan penyiar olahraga Erin Andrews. Kesepakatan dengan keduanya disebut mencapai angka enam digit.
Banyak yang menilai kegagalan Meta Bulletin adalah ketika tetap mencoba bersikap anti politik.
Salah satu creator bulettin Substack Ryan Broderick menilai dengan berpegang prinsip anti politiknya, Facebook telah menciptakan produk yang membosankan. Sampai-sampai tidak ada yang peduli dengan produk tersebut hingga diam-diam mereka menghentikannya.
Meta Bulletin sendiri nasibnya tamat di Januari 2023. Puhak manajemen Meta mengungkapkan pihaknya memang secara teratur evaluasi produk yang benar-benar bermanfaat untuk konsumen. Meta berkomitmen membayar kontrak para creator yang tersisa secara penuh.
Para creator bulletin disebut juga bisa mengarsipkan semua kontennya dan memindahkan ke platform baru pilihannya.
Mark Zuckeberg juga sempat membuat produk penantang Clubhouse sejak April 2021. Namun, produk itu harus ditutup pada Juni 2022. Cerita sukses Clubhouse pun bisa dibilang hanya kisah sukses saat pandemi Covid-19 saja.
BACA JUGA: Jika Punya Uang Rp100 juta, Di Mana Investasi Terbaik untuk Saat Ini?
Jejak Thread yang Dibangkitkan dari Mati Suri
Mungkin, kita baru tahu Thread setelah dirilis Meta pada pekan ini [awal Juli 2023], tapi faktanya Thread adalah produk mati suri Meta yang kembali dibangkitkan.
Instagram Thread dirilis Meta yang masih bernama Facebook Grup saat itu pada 3 Oktober 2019.
Facebook grup membuat Thread dengan tujuan untuk membagikan momen sehari-hari ke komunitas lebih kecil yang kami pikir mirip dengan platform Path dan Snapchat.Namun, Meta menutup Thread generasi pertama pada 2021.
Thread kembali dibangkitkan lagi pada Juli 2023. Zuckeberg merilis Thread yang 'seadanya' itu di tengah gejolak dalam tubuh Twitter. Banyak karyawan Twitter yang diberhentikan hingga adanya kebijakan pembatasan aktivitas untuk akun gratis, serta biaya untuk bisa terverifikasi.
Elon Musk, sang bos Twitter, agak geram dengan tingkah tukang meniru si Zuckeberg sampai berkelakar mau mengajaknya bertinju. Bahkan, Musk juga ingin menggugat Meta yang membuat produk 100 persen mirip dengan Twitter.
Di sisi lain, kekacauan di Twitter memang membuat beberapa pengguna pindah ke media sosial alternatif. Salah satunya, BlueSky, aplikasi perpesanan sosial yang didirikan oleh founder Twitter. Jack Dorsey.
Dorsey mencatat adanya kenaikan traffic ke level tertinggi sejak adanya pembatasan aktivitas gratis di Twitter. Bahkan, Dorsey sampai harus menghentikan pendaftaran member baru untuk mengantisipasi risiko kenaikan traffik yang terlalu tinggi.
Jadi, Apakah Thread Akan Sukses?
Jujur, peluang Thread akan sukses akan bergantung bagaimana Meta Grup mengembangkan fitur baru dan menjadi berbeda dengan Twitter. Saat ini, Thread bisa dibilang 100 persen mirip dengan Twitter generasi pertama, hanya kurang hashtags dan trending topics saja. Kedua hal itu menjadi salah satu value Twitter sampai saat ini.
Di sini, Zuckeberg harus pandai modifikasi tiruannya agar punya nilai tersendiri sehingga pengguna bisa betah dan mengeksplorasi. Jika dibiarkan seperti saat ini dengan hanya penambahan fitur mirip Twitter lagi, jelas Thread akan menjadi aplikasi yang membosankan.
Apalagi, Thread belum bisa masuk ke kawasan Eropa karena masalah regulasi Digital Market Acts. Salah satu aturan dalam Digital Market Acts adalah penggunaan data konsumen.
Di sini, Threads memang memonetisasi data konsumen terlalu detail. Dalam informasi di Google Play Stores, Threads mengambil data pengguna seperti, riwayat pencarian dalam aplikasi, aktivitas penelusuran web, acara kalender, kontak, rekaman suara atau suara, file musik, berbagai file audio, foto, video, pesan SMS, komunikasi dalam aplikasi, email, informasi kartu pembayaran, detail rekening bank, dan sampai mencakup data keuangan.
Thread juga disebut mengambil data pribadi yang sensitif seperti data biometrik, orientasi seksual, dan informasi etnis.
Kesimpulan
Pengembangan bisnis yang meniru kompetitor bukanlah hal baru dan bukan cuma Zuckeberg saja yang melakukannya. Cara peniruan produk kompetitor adalah sebagai upaya untuk memperluas cakupan bisnis ke lini bisnis baru. Dengan modal yang sudah besar sebagai pemimpin pangsa pasar, pasti ingin ekspansi lagi dengan menjajal lini usaha baru.
Namun, cara Zuckeberg ini bisa dibilang agak kasar. Dia membuat platform yang 100 persen mirip tanpa ada pembeda sedikit pun. Perbedaannya hanya di jumlah karakter yang bisa diketik dan terintegrasi dengan Instagram. Hidden Words bukan salah satu value, itu hanya fitur biasa saja.
Risiko data yang diambil terlalu banyak juga menjadi salah satu yang bisa mengurangi minat orang beraktivitas di sana. Meski, jika sudah terdaftar di Thread seperti kena jebakan betmen, kita tidak bisa menghapus akun di sana. Jika dihapus, berarti akun Instagram kita ikut terhapus.
Dengan berbagai risiko itu, kira-kira Thread bisa bertahan berapa lama ya?